Tepat setelah Wanita itu membuat penampilan yang luarbiasa....
'Bruukk!'
"Eh?!"
6 ekor Goblin yang lain segera menendang dan menyerang Wanita itu. Mulai dari memukulinya dengan tongkat kayu, menusuknya dengan pisau, dan bahkan menginjak-injaknya.
"Ughhh! Tolong aku!" Teriak Wanita itu dengan kedua lengan yang berusaha melindungi wajahnya.
Sedangkan Dimas sendiri?
'Yang benar saja? Jadi orang ini hanyalah orang bodoh yang tak takut mati?' Pikir Dimas dalam dirinya sendiri sambil memasang wajah yang terlihat begitu jijik.
Tapi untungnya, perhatian dari 6 Goblin yang tersisa telah teralihkan. Memberikan Dimas cukup waktu untuk memberikan serangan balasan.
'Jleebbb!'
Dimas menusukkan pisau kecilnya tepat ke punggung salah satu Goblin itu. Membunuhnya seketika karena mengenai organ vitalnya.
"Kraaaaa!!!"
Kelima Goblin yang tersisa segera berbalik arah dan kini kembali mulai menargetkan Dimas.
'Jadi makhluk ini benar-benar bodoh ya?' Pikir Dimas dalam hatinya. Ia berpikir bahwa mereka mudah terprovokasi dan tak bisa berpikir dengan baik.
Padahal jika mereka membagi anggotanya menjadi dua, setengah untuk melawan Dimas dan setengah lagi untuk melawan wanita itu, keduanya mungkin takkan selamat.
Tapi karena mereka mudah terprovokasi seperti ini....
"Oi! Kau jangan tidur saja. Segera lakukan sesuatu lagi sebelum aku terbunuh!" Teriak Dimas yang mulai menggunakan jurus rahasianya, yaitu mengayunkan pisau ke segala arah secara acak. Membuat keenam Goblin itu merasa sedikit terintimidasi.
Mendengar teriakan itu, Wanita yang baru saja dijadikan bulan-bulanan oleh para Goblin itu pun kembali bangkit. Tangan kanannya telah memegang pedangnya dengan erat.
Tapi perbedaannya, kali ini wajahnya cukup babak belur dengan zirah kulit yang mulai robek di beberapa bagian. Termasuk juga darah yang mengalir secara perlahan pada beberapa bagian tubuhnya.
"Kuugghh.... Goblin sialan. Aku akan membunuh kalian semua." Ucap Wanita itu kini memegang pedang itu dengan kedua tangannya.
Kuda-kudanya telah siap. Siap untuk melayangkan tebasan yang paling kuat yang pernah dilakukan seumur hidupnya.
Segera setelah mengatur nafasnya, Wanita itu pun bergerak untuk menyelamatkan Dimas yang setiap detiknya semakin panik.
"Oi wanita sialan! Apalagi yang kau tunggu?!"
Bersamaan dengan teriakan itu....
'ZRAAAATTT!!!'
Sebuah tebasan yang sangat kuat berhasil dilayangkan oleh wanita itu. Menebas leher empat Goblin sekaligus.
'Truukk! Ttuukk!'
Empat kepala berjatuhan dan menggelinding di tanah. Tak berselang lama setelah itu, tubuh dari keempat Goblin itu pun mulai tersungkur.
"Kaaa...."
Kali ini, respon dari para Goblin sedikit berbeda. Mereka terlihat sedikit ketakutan karena tindakan dari dua manusia yang ada di hadapan mereka itu.
Tubuh mereka seakan mulai sulit untuk digerakkan. Bahkan kaki mereka tak lagi selaras dengan pikiran mereka.
Satu-satunya hal yang dipikirkan di kepala hijau mereka adalah untuk segera kabur dari tempat ini.
Akan tetapi....
"Hah.... Kalian benar-benar merepotkan sekali. Sekarang akan kutunjukkan, bagaimana caranya seorang laki-laki bertarung." Ucap Dimas sambil segera menyiapkan pisaunya.
Ia memasang kuda-kuda dengan tangan kiri di depan sedangkan tangan kanan yang membawa pisau di belakang. Tatapannya sangat fokus kepada seekor Goblin yang tepat berada di depan matanya.
Sementara itu, Wanita dengan tubuh yang penuh luka itu nampak memberikan tatapan yang sangat mengerikan.
"Makhluk kecil sialan.... Berani-beraninya kau melakukan ini padaku...." Ucap Wanita itu sambil berjalan secara perlahan ke arah Goblin yang satunya.
Ia menyeret pedangnya di tanah dan terus memberikan tatapan mata yang mengintimidasi.
Tak butuh waktu lama bagi mereka berdua untuk membunuh sisa Goblin yang telah terdiam karena rasa takut mereka itu.
Dan akhirnya....
Lahan pertanian yang baru saja akan digarap ini, memperoleh beberapa benda tambahan seperti darah dan juga mayat dari Goblin.
'Brukk!!'
"Hah! Melelahkan sekali! Aku bisa mengerjakan lahan ini seharian tapi apa-apaan dengan bertarung?!" Keluh Dimas pada dirinya sendiri sambil melemparkan tubuhnya ke tanah.
Di sisi lain, Wanita yang telah penuh luka itu juga tergeletak seakan kehabisan tenaganya.
"Dimas ya? Terimakasih atas bantuannya." Ucap Wanita itu sambil mengistirahatkan badannya. Meski begitu, luka yang ada di tubuhnya tetap terus berlanjut.
Darah secara perlahan mengalir dari sisi samping perutnya. Melewati zirah kulit yang telah robek itu.
Setelah mengamatinya sesaat, Dimas mulai merasa sedikit khawatir.
'Tunggu dulu! Apakah wanita yang ditakdirkan untuk menjadi penyelamat diriku dari status single ini akan mati disini?! Tidak! Aku takkan membiarkannya!' Teriak Dimas dalam hatinya sambil segera berdiri dari tidurnya.
Ia mendekat ke arah tubuh wanita itu yang seakan telah tak berdaya sama sekali.
"Dewi Silvie... maafkan diriku karena gagal melaksanakan tugas yang kau berikan... aku... nampaknya akan mati disini." Ucap wanita itu dengan suara yang semakin lama semakin lirih.
Tak hanya perutnya, bahu kirinya juga berdarah. Termasuk juga dengan kaki yang mulai membengkak karena banyaknya serangan dari Goblin itu.
Dimas yang melihat pemandangan ini pun tak bisa tinggal diam.
"Jangan berbicara seperti itu! Aku akan menyelamatkanmu! Aku berjanji!" Teriak Dimas yng kini mulai mengabaikan keinginan pribadinya.
Saat ini, apa yang ada di dalam pikirannya hanya satu. Yaitu untuk menyelamatkan wanita yang ada di hadapannya.
'Sreeeetttt!!!'
Dimas membuka pakaiannya dan merobeknya menjadi beberapa bagian yang cukup panjang. Setidaknya cukup untuk menutup lukanya sementara waktu.
Dimulai dari bahu wanita itu, Dimas membalut lukanya dengan baik.
Sedangkan untuk luka yang ada di kakinya, Dimas hanya melepaskan sepatu kulit dan pelindung kaki yang menempel di tubuh wanita itu. Setidaknya untuk mengurangi tekanan pada luka yang ada.
Dan yang terakhir luka di perutnya....
Dimas sendiri merasa sedikit ketakutan untuk melihat luka apa yang ada di balik zirah kulit itu. Ia sudah membayangkan banyaknya darah dan isi perut yang mungkin keluar.
Itu semua didasarkan atas tingkah dan sikap Wanita itu selama ini. Seakan-akan luka yang dideritanya begitu parah.
Tapi melihat wajah wanita itu yang setiap detiknya semakin lemas, Dimas pun memberanikan dirinya untuk membuka zirah kulit itu.
'Sreeett!'
Dimas memotong zirah kulit itu dengan pisaunya untuk memastikan dimana luka itu berada. Termasuk juga untuk segera mengobatinya.
Jantungnya berdegup kencang karena rasa takut yang ada di dalam hatinya. Tak hanya itu, jika memang benar wanita ini diutus oleh Dewi Silvie untuk membantunya....
'Apapun yang terjadi aku tak boleh membiarkannya mati.'
Tapi pada saat Dimas membuka matanya lebar-lebar untuk melihat luka yang diderita....
"Apa yang kau lakukan sekarang?! Apakah kau akan menggauliku di saat aku tak berdaya?!" Teriak wanita itu dengan keras sambil berusaha untuk menjauhi Dimas.
Tapi tak ada sedikitpun reaksi dari Pria itu.
Hanya sebuah tatapan datar yang penuh dengan kekecewaan. Atau mungkin kekesalan.
Bagaimana tidak?
"Oi.... Itu hanya luka gores biasa kan? Tak perlu untuk membuat heboh situasi ini...." Ucap Dimas sambil memberikan tatapan yang penuh dengan kekecewaan.
"Maaf saja! Tapi ini pertama kalinya bagiku terluka seperti ini!"
Dan akhirnya....
Sosok Heroine yang dinanti-nanti oleh Dimas, yang diharapkan mungkin akan menjadi pemecah masalah statusnya....
Nampaknya harus menunggu keajaiban yang lain.
Yang mungkin takkan pernah tiba.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments
Pecinta MILF
di GB kek goblin slayer
2023-10-13
1
Semau Gue
jejak
👣👣👣
2023-06-14
1
Hanachi
kok bisa ya mikir ke situ ini dimas 😄
2022-11-07
0