Chapter 8 - Hari Baru

"Reina.... Apa yang kau...." Ucap Dimas dengan jantung yang berdegup begitu kencang. Matanya bergerak kesana kemari karena perasaan gerogi. Hal yang tak pernah dirasakannya sebelumnya.

Di sisi lain, Reina sendiri terlihat sedikit malu-malu setelah melakukan hal itu.

Tanpa memberi kesempatan untuk Dimas berbicara, Reina telah segera berlari untuk kembali ke dalam kedai Nyonya Mia.

"Tunggu!"

Tapi teriakan Dimas diabaikan olehnya begitu saja. Membuat Pria itu semakin kebingungan dengan situasi ini.

Setelah beberapa saat membenahi dan mempersiapkan dirinya sendiri, Dimas pun segera berjalan kembali ke dalam kedai itu.

Apa yang dilihatnya adalah suasana keramaian karena baru saja selamat dari serbuan Goblin. Banyak gadis yang mengelilingi sosok Reina. Baik untuk berbicara, memuji, maupun mentraktirnya.

Tak jarang juga sosok pemuda di dalam kedai ini yang berusaha mendekatinya dengan menawarkan berbagai jenis makanan dan minuman.

Dan tentu saja, Reina dengan senang hati menerima traktiran itu.

"Hah.... Perut macam apa yang kau miliki?" Pikir Dimas dalam hatinya sambil segera berjalan ke arah salah satu kursi yang kosong.

Ia duduk dengan tenang sambil menikmati suasana ini. Perasaan gugupnya barusan telah hilang sepenuhnya begitu melihat sosok Reina yang begitu bahagia berdansa.

Tiba-tiba, seorang gadis muda datang menghampirinya. Ia memiliki rambut bagian belakang yang dikepang menjadi satu. Sedangkan rambut bagian depannya ditata cukup rapi membentuk poni yang indah.

"Traktiran dari Ibu." Ucap Gadis itu sambil menyerahkan sebuah gelas kayu yang berisi minuman yang berwarna kuning itu. Minuman itu juga terlihat sedikit berbusa.

Tak hanya dirinya, tapi Tina juga membawa segelas untuk dirinya sendiri. Hanya saja minumannya berwarna putih.

"Terimakasih banyak, Tina." Balas Dimas sambil menerima gelas itu.

Tina segera duduk di sebelah Dimas. Memegangi gelas kayunya itu dengan erat.

"Jadi kau akan pergi?" Tanya Tina dengan wajah yang cukup datar. Tapi matanya terlihat melirik ke arah Dimas.

"Kenapa kau berpikir seperti itu?"

"Reina.... Rekan kelompok petualanganmu bukan? Ia baru saja menceritakan hal itu. Mengenai rencana kalian untuk menjaga keselamatan penduduk. Jadi.... Apakah kau akan pergi dari desa ini?" Tanya Tina sambil meneguk susu segar itu dari gelasnya.

"Yah, aku baru disini selama beberapa bulan saja. Bukan hal yang besar bagi desa ini. Jika aku memang akan pergi, bukankah takkan ada yang mengingatku?"

Mendengar balasan itu, Tina meletakkan gelas kayunya dengan keras ke meja itu. Membuat suara yang cukup gaduh, namun kalah jauh dari suasana ramai perayaan ini.

"Tak ada yang mengingatmu? Kenapa kau berpikir seperti itu?" Tanya Tina dengan tenang, tapi kedua matanya hanya fokus melihat gelas kayunya.

"Bukankah pak Tua Zack terlihat sedikit membenciku? Terlebih lagi, Kepala Desa terlihat hanya ingin aku bekerja keras demi desanya saja. Tanpa...."

'Brak!'

Tina memukul meja itu dengan kedua tangannya. Kali ini membuat suara yang cukup gaduh. Cukup untuk membuat beberapa pasang mata memperhatikan ke arah sumber suara.

"Begitu kah? Kalau begitu pergi saja sekarang." Balas Tina dengan kesal sambil segera berlari menjauh.

Nyonya Mia yang melihat kejadian itu dari kejauhan terlihat sedikit menggelengkan kepalanya.

Pada akhirnya, malam yang indah itu pun berubah menjadi sedikit pahit. Semua itu karena Dimas yang terlalu sibuk untuk membuat orang di sekelilingnya terlihat begitu buruk.

......***......

"Uuggh.... Kepalaku pusing." Ucap Dimas pada dirinya sendiri yang baru saja terbangun dari tidurnya.

Pemandangannya sama seperti biasanya. Yaitu pemandangan mengenai puluhan cangkul dan sekop, serta berbagai alat yang lainnya.

Kasurnya adalah tumpukan jerami, dengan bantal berupa karung kecil yang diisi jerami lalu dijahit. Cukup untuk meletakkan kepala di suatu tempat yang empuk.

Sedangkan selimutnya hanyalah sambungan dari puluhan potongan kain yang tersisa oleh penjahit di desa ini. Cukup untuk membuatnya tidak merasa kedinginan pada malam hari.

"Sudah pagi ya? Nampaknya aku terlalu lama begadang semalam. Sekarang.... Saatnya kembali bekerja." Ucap Dimas pada dirinya sendiri.

Ia bangun dari tidurnya dan mengambil sebuah topi jerami. Mengganti pakaiannya menjadi pakaian dengan lengan yang cukup panjang, serta celana kain yang panjang.

Sedangkan untuk kakinya sendiri Ia mengenakan sepatu kulit yang cukup tinggi sehingga mampu melindunginya dari panas, kerikil dan juga hewan-hewan yang ada selama berada di lahan.

Dengan tangan kanannya, Ia mengambil sebuah cangkul pribadinya. Cangkul itu selalu diasah hingga tajam untuk memudahkannya bekerja. Dan diatur sedemikian rupa sehingga sudut ayunannya sesuai dengan tubuh Dimas.

Pada saat Ia keluar dari gudang peralatan itu....

Terlihat keramaian di tengah desa. Puluhan orang, terutama gadis dan juga anak-anak kecil.

Merasa penasaran, Dimas pun mencoba melihat kerumunan itu lebih dekat sebelum berangkat ke lahan. Sesampainya disana....

'Swuutt! Wuuutt!!!'

"Hyaaat!"

Apa yang ada di tengah kerumunan itu adalah sosok Reina yang sedang mengayunkan pedangnya kesana kemari. Posisinya sungguh baik, dengan gerakan yang mulus.

"Kyaaaa!"

"Luarbiasa sekali!"

"Kau sangat keren kak Reina!"

"Di masa depan aku juga akan menjadi Ksatria Pengembara!"

Banyak gadis dan juga anak kecil mulai mengagumi sosok bernama Reina itu. Mereka melihat gadis dengan zirah kulit yang sebagian besar telah dijahit dan ditambal itu berlatih.

Meski terlihat begitu keren dan hebat, Reina sebenarnya sama sekali belum menguasai teknik berpedang dengan baik dan benar. Ia hanya menciptakan gerakannya sendiri sesuka hatinya.

Tapi apa yang membuatnya cepat belajar adalah skill bakat berpedang yang diperolehnya dari dunia surgawi oleh Dewi Silvie.

"Hufff...."

Reina terlihat menghela nafasnya. Secara perlahan mengatur pernafasannya yang telah kelelahan itu.

Sedangkan pedang yang sedari tadi diayunkan kesana kemari, kini telah beristirahat kembali di sarung pedangnya yang ada di pinggang gadis itu.

Setelah melirik beberapa saat ke berbagai arah, Reina melihat sosok Dimas yang sedang melihatnya berlatih.

"Dimas! Kau disini?! Ayo berlatih bersamaku!" Teriak Reina dengan keras sambil melambaikan tangan kanannya.

Tapi Dimas hanya memalingkan wajahnya dan segera kembali berjalan. Menjawab tawaran Reina dengan singkat.

"Maaf aku masih perlu bekerja." Balas Dimas yang segera pergi untuk kembali bertani.

Reina yang melihatnya membawa cangkul di bahu kanannya itu hanya memiringkan kepalanya.

"Ah benar juga. Kau masih perlu bekerja ya? Kalau begitu aku akan terus berlatih disini."

Tapi balasan Reina itu tak terdengar hingga ke telinga Dimas.

Segera setelah itu, Ia pun kembali berlatih. Bersama dengan belasan anak kecil yang terus mengidolakannya.

Sementara itu....

"Oh? Kau kemari?" Tanya pak tua Zack kepada Dimas.

"Tentu saja. Bagaimana aku bisa makan jika aku tidak bekerja, dasar pak tua sialan." Balas Dimas yang segera melanjutkan pekerjaannya kemarin. Ia langsung mengayunkan cangkulnya tanpa menunggu perintah.

Mendengar celaan dari Dimas, Zack justru hanya tertawa keras.

"Buahahaha! Kau barusan menyebut pria tua ini sialan? Dasar bocah sialan!" Teriak pak tua Zack yang segera merangkul Dimas.

"Hentikan dasar kakek sialan! Keringatmu bau! Menjauh lah dariku!"

"Nampaknya, kekhawatiran dik Tina hanya berada di dalam pikirannya saja." Balas Zack dengan pelan.

"Apa yang barusan kau bilang?"

"Masih muda tapi sudah tuli? Kau benar-benar bocah yang tua ya?"

Perkelahian ringan antara dua orang itu pun terus berlanjut. Meski begitu, takkan ada yang menyangkal bahwa keduanya sangat akrab.

Termasuk Tina yang baru saja datang ke gazebo di dekat mereka berdua untuk membagikan makanan ringan.

'Bukankah kau terlihat akur?' Pikir Tina dalam hatinya sambil tersenyum.

Itu karena Dimas baru tiba ketika matahari hampir berada di titik tertingginya. Atau dalam bahasa modern....

Pukul 10.30

Terpopuler

Comments

Semau Gue

Semau Gue

jejak

👣👣👣

2023-06-25

2

Hanachi

Hanachi

kaki nya dimas yang kena tebasan goblin sudah sembuh kah?

2022-11-07

0

ꇙꋬ꓄ꌦꋬ ꀘꏂꋊꉔꋬꋊꋬ

ꇙꋬ꓄ꌦꋬ ꀘꏂꋊꉔꋬꋊꋬ

11.59?

2022-08-29

0

lihat semua
Episodes
1 Arc 1 - Redemption
2 Chapter 1 - Pergi ke Dunia Lain
3 Chapter 2 - Bertahan Hidup
4 Chapter 3 - Kehidupan Di Desa
5 Chapter 4 - Pahlawan Baru
6 Chapter 5 - Pagi yang Merepotkan
7 Chapter 6 - Kemenangan
8 Chapter 7 - Kawan Baru
9 Chapter 8 - Hari Baru
10 Chapter 9 - Tidak Mau
11 Chapter 10 - Berkat
12 Ilustrasi (Akan selalu di-update tiap berjalannya cerita)
13 Chapter 11 - Kemampuan Baru
14 Chapter 12 - Tambang Carthia
15 Chapter 13 - Emas!
16 Chapter 14 - Awal Mula
17 Chapter 15 - Kegelapan
18 Chapter 16 - Pergantian
19 Chapter 17 - Musim Dingin
20 Chapter 18 - Penjelasan
21 Chapter 19 - Awal Baru
22 Chapter 20 - S Rank Skill : Enchanter
23 Chapter 21 - Rencana
24 Chapter 22 - Balasan
25 Chapter 23 - Kenyataan
26 Chapter 24 - Keluar
27 Chapter 25 - Danau Aegis
28 Chapter 26 - Istirahat
29 Chapter 27 - Sisi Lain
30 Chapter 28 - Pekerjaan
31 Chapter 29 - Pijakan Pertama
32 Chapter 30 - Hasil
33 Chapter 31 - Petualang
34 Chapter 32 - Keseharian
35 Chapter 33 - Akhir dari Musim Dingin
36 Chapter 34 - Awal Perjalanan
37 Chapter 35 - Monster
38 Chapter 36 - Kenyataan
39 Chapter 37 - Bantuan
40 Chapter 38 - Akhir dari Pelarian
41 Chapter 39 - Tenaga Kerja Tambahan
42 Chapter 40 - Pasar
43 Chapter 41 - Negosiasi
44 Chapter 42 - Persiapan
45 Chapter 43 - Pencatatan
46 Chapter 44 - Mencari Uang
47 Chapter 45 - Perkembangan
48 Chapter 46 - Tawaran
49 Chapter 47 - Pembicaraan
50 Chapter 48 - Kontrak
51 Chapter 48.5 - Sisi Lain
52 Chapter 49 - Kehidupan Baru
53 Chapter 50 - Misi Peramu
54 Chapter 51 - Berbisnis
55 Chapter 52 - Kegiatan
56 Chapter 53 - Surat
57 Chapter 54 - Garis Depan
58 Chapter 55 - Pekerjaan
59 Chapter 56 - Akademi Sihir
60 Chapter 57 - Kelas Sihir
61 Chapter 58 - Pasar Budak
62 Chapter 59 - Benang Takdir
63 Chapter 60 - Pencarian
64 Chapter 61 - Pertemuan
65 Chapter 62 - Kenyataan
66 Chapter 63 - Reuni
67 Chapter 64 - Lembaran Baru
68 Arc 2 - Nobility
69 Chapter 65 - Kedai Makan Baru
70 Chapter 66 - Manajemen
71 Chapter 67 - Penglihatan
72 Chapter 68 - Sisi Lain
73 Chapter 69 - Panggilan
74 Chapter 70 - Pahlawan Baru?
75 Chapter 71 - Perjalanan
76 Chapter 72 - Desa Rarth
77 Chapter 73 - Igor Sikorsky
78 Chapter 74 - Semangat Juang
79 Chapter 75 - Motif
80 Chapter 76 - Pesan
81 Chapter 77 - Kembali
82 Chapter 78 - Kota Venice, 17 Hari Kemudian
83 Chapter 79 - Kedai Bulan
84 Chapter 80 - Kunjungan
85 Chapter 81 - Enchantment
86 Chapter 82 - Hasil
87 Chapter 83 - Rapat
88 Chapter 84 - Pekerjaan Baru
89 Chapter 85 - Pertemuan
90 Chapter 86 - Akademi Sihir Aselica
91 Chapter 87 - Pendaftaran
92 Chapter 88 - Promotor
93 Chapter 89 - Kenyataan
94 Chapter 90 - Pelajaran
95 Chapter 91 - Pertukaran
96 Chapter 92 - Senjata Sihir
97 Chapter 93 - Mark 1
98 Chapter 94 - Parade?
99 Chapter 95 - Penyergapan
100 Chapter 96 - Perburuan
101 Chapter 96.5 - Benteng Kayu
102 Chapter 97 - Dua Sisi
103 Chapter 98 - Hasil Akhir
104 Chapter 99 - Pengorbanan
105 Chapter 100 - Revelation
106 Chapter 101 - Kelulusan
107 Chapter 102 - Kenyataan
108 Chapter 103 - Kekosongan Kekuatan
109 Chapter 104 - Pengganti
110 Chapter 105 - Kebijakan Baru
111 Chapter 106 - Divisi Khusus
112 Chapter 107 - Langkah Berikutnya
113 Chapter 108 - Serangan Dadakan
114 Chapter 109 - Pertempuran
115 Chapter 110 - Pembantaian
116 Chapter 111 - Kembali
117 Chapter 112 - Sisi Lain
118 Chapter 113 - Kepala Akademi
119 Chapter 114 - Pilihan
120 Chapter 115 - Mengatakan yang Sejujurnya
121 Chapter 116 - Pemerintahan Selama Musim Dingin
122 Chapter 117 - Masalah Besar
123 Chapter 118 - Raja Iblis
124 Chapter 119 - Saran
125 Chapter 120 - Saudari
126 Chapter 121 - Kecurigaan
127 Chapter 122 - Utusan
128 Chapter 123 - Hal tak Terelakkan
129 Chapter 124 - Keputusan
130 Chapter 125 - Kebenaran
131 Chapter 126 - Iblis
132 Chapter 127 - Kekacauan
133 Chapter 128 - Akhir
134 Epilog Arc 2
135 Arc 3 - Golden Age
136 Chapter 129 - Perkembangan
137 Chapter 130 - 6 Tahun Kedamaian
138 Chapter 131 - Krisis
139 Chapter 132 - Pertempuran di Crystalcourt
140 Promosi
141 Chapter 133 - Pertempuran di Crystalcourt 2
142 Chapter 134 - Kekuatan Mutlak
143 Chapter 135 - Phyrric Victory
144 Chapter 136 - Taste of Defeat
145 Chapter 137 - Kepulangan
146 Chapter 138 - Kabar
147 Chapter 139 - New Dawn
148 Chapter 140 - Agreement
149 Chapter 141 - Journey
150 Chapter 142 - Kebenaran
151 Chapter 143 - Encounter
152 Chapter 144 - Pengorbanan
153 Chapter 145 - Sisi Lain
154 Chapter 146 - Panggung untuk sebuah Akhir
155 Chapter 147 - Dua Pemikiran
156 Chapter 148 - Dua Buah Pilihan
157 Selfish Ending - A Peaceful World
158 Sacrificial Ending - A Bloodbath World
159 Epilog Bagian 2 - Dunia Impian
Episodes

Updated 159 Episodes

1
Arc 1 - Redemption
2
Chapter 1 - Pergi ke Dunia Lain
3
Chapter 2 - Bertahan Hidup
4
Chapter 3 - Kehidupan Di Desa
5
Chapter 4 - Pahlawan Baru
6
Chapter 5 - Pagi yang Merepotkan
7
Chapter 6 - Kemenangan
8
Chapter 7 - Kawan Baru
9
Chapter 8 - Hari Baru
10
Chapter 9 - Tidak Mau
11
Chapter 10 - Berkat
12
Ilustrasi (Akan selalu di-update tiap berjalannya cerita)
13
Chapter 11 - Kemampuan Baru
14
Chapter 12 - Tambang Carthia
15
Chapter 13 - Emas!
16
Chapter 14 - Awal Mula
17
Chapter 15 - Kegelapan
18
Chapter 16 - Pergantian
19
Chapter 17 - Musim Dingin
20
Chapter 18 - Penjelasan
21
Chapter 19 - Awal Baru
22
Chapter 20 - S Rank Skill : Enchanter
23
Chapter 21 - Rencana
24
Chapter 22 - Balasan
25
Chapter 23 - Kenyataan
26
Chapter 24 - Keluar
27
Chapter 25 - Danau Aegis
28
Chapter 26 - Istirahat
29
Chapter 27 - Sisi Lain
30
Chapter 28 - Pekerjaan
31
Chapter 29 - Pijakan Pertama
32
Chapter 30 - Hasil
33
Chapter 31 - Petualang
34
Chapter 32 - Keseharian
35
Chapter 33 - Akhir dari Musim Dingin
36
Chapter 34 - Awal Perjalanan
37
Chapter 35 - Monster
38
Chapter 36 - Kenyataan
39
Chapter 37 - Bantuan
40
Chapter 38 - Akhir dari Pelarian
41
Chapter 39 - Tenaga Kerja Tambahan
42
Chapter 40 - Pasar
43
Chapter 41 - Negosiasi
44
Chapter 42 - Persiapan
45
Chapter 43 - Pencatatan
46
Chapter 44 - Mencari Uang
47
Chapter 45 - Perkembangan
48
Chapter 46 - Tawaran
49
Chapter 47 - Pembicaraan
50
Chapter 48 - Kontrak
51
Chapter 48.5 - Sisi Lain
52
Chapter 49 - Kehidupan Baru
53
Chapter 50 - Misi Peramu
54
Chapter 51 - Berbisnis
55
Chapter 52 - Kegiatan
56
Chapter 53 - Surat
57
Chapter 54 - Garis Depan
58
Chapter 55 - Pekerjaan
59
Chapter 56 - Akademi Sihir
60
Chapter 57 - Kelas Sihir
61
Chapter 58 - Pasar Budak
62
Chapter 59 - Benang Takdir
63
Chapter 60 - Pencarian
64
Chapter 61 - Pertemuan
65
Chapter 62 - Kenyataan
66
Chapter 63 - Reuni
67
Chapter 64 - Lembaran Baru
68
Arc 2 - Nobility
69
Chapter 65 - Kedai Makan Baru
70
Chapter 66 - Manajemen
71
Chapter 67 - Penglihatan
72
Chapter 68 - Sisi Lain
73
Chapter 69 - Panggilan
74
Chapter 70 - Pahlawan Baru?
75
Chapter 71 - Perjalanan
76
Chapter 72 - Desa Rarth
77
Chapter 73 - Igor Sikorsky
78
Chapter 74 - Semangat Juang
79
Chapter 75 - Motif
80
Chapter 76 - Pesan
81
Chapter 77 - Kembali
82
Chapter 78 - Kota Venice, 17 Hari Kemudian
83
Chapter 79 - Kedai Bulan
84
Chapter 80 - Kunjungan
85
Chapter 81 - Enchantment
86
Chapter 82 - Hasil
87
Chapter 83 - Rapat
88
Chapter 84 - Pekerjaan Baru
89
Chapter 85 - Pertemuan
90
Chapter 86 - Akademi Sihir Aselica
91
Chapter 87 - Pendaftaran
92
Chapter 88 - Promotor
93
Chapter 89 - Kenyataan
94
Chapter 90 - Pelajaran
95
Chapter 91 - Pertukaran
96
Chapter 92 - Senjata Sihir
97
Chapter 93 - Mark 1
98
Chapter 94 - Parade?
99
Chapter 95 - Penyergapan
100
Chapter 96 - Perburuan
101
Chapter 96.5 - Benteng Kayu
102
Chapter 97 - Dua Sisi
103
Chapter 98 - Hasil Akhir
104
Chapter 99 - Pengorbanan
105
Chapter 100 - Revelation
106
Chapter 101 - Kelulusan
107
Chapter 102 - Kenyataan
108
Chapter 103 - Kekosongan Kekuatan
109
Chapter 104 - Pengganti
110
Chapter 105 - Kebijakan Baru
111
Chapter 106 - Divisi Khusus
112
Chapter 107 - Langkah Berikutnya
113
Chapter 108 - Serangan Dadakan
114
Chapter 109 - Pertempuran
115
Chapter 110 - Pembantaian
116
Chapter 111 - Kembali
117
Chapter 112 - Sisi Lain
118
Chapter 113 - Kepala Akademi
119
Chapter 114 - Pilihan
120
Chapter 115 - Mengatakan yang Sejujurnya
121
Chapter 116 - Pemerintahan Selama Musim Dingin
122
Chapter 117 - Masalah Besar
123
Chapter 118 - Raja Iblis
124
Chapter 119 - Saran
125
Chapter 120 - Saudari
126
Chapter 121 - Kecurigaan
127
Chapter 122 - Utusan
128
Chapter 123 - Hal tak Terelakkan
129
Chapter 124 - Keputusan
130
Chapter 125 - Kebenaran
131
Chapter 126 - Iblis
132
Chapter 127 - Kekacauan
133
Chapter 128 - Akhir
134
Epilog Arc 2
135
Arc 3 - Golden Age
136
Chapter 129 - Perkembangan
137
Chapter 130 - 6 Tahun Kedamaian
138
Chapter 131 - Krisis
139
Chapter 132 - Pertempuran di Crystalcourt
140
Promosi
141
Chapter 133 - Pertempuran di Crystalcourt 2
142
Chapter 134 - Kekuatan Mutlak
143
Chapter 135 - Phyrric Victory
144
Chapter 136 - Taste of Defeat
145
Chapter 137 - Kepulangan
146
Chapter 138 - Kabar
147
Chapter 139 - New Dawn
148
Chapter 140 - Agreement
149
Chapter 141 - Journey
150
Chapter 142 - Kebenaran
151
Chapter 143 - Encounter
152
Chapter 144 - Pengorbanan
153
Chapter 145 - Sisi Lain
154
Chapter 146 - Panggung untuk sebuah Akhir
155
Chapter 147 - Dua Pemikiran
156
Chapter 148 - Dua Buah Pilihan
157
Selfish Ending - A Peaceful World
158
Sacrificial Ending - A Bloodbath World
159
Epilog Bagian 2 - Dunia Impian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!