Beberapa minggu telah berlalu semenjak kehadiran Reina di desa ini. Sebuah angin yang segar bagi Dimas yang tak pernah kenal dengan seorang gadis. Apalagi yang secantik dirinya.
Hanya saja....
"Dimas! Saatnya berlatih! Mari persiapkan diri untuk...."
"Tidak mau. Aku akan menjawabnya sebanyak kau menanyakannya padaku. Tapi aku tak peduli dengan keinginan para Dewi itu." Balas Dimas dengan wajah yang sinis.
Kebahagiaannya karena Reina hanya berlangsung singkat, segera setelah dihadapkan sebuah kenyataan pahit. Yaitu sebuah kenyataan bahwa beberapa bulan lagi akan mulai memasuki musim dingin.
Dan menurut pernyataan dari pak tua Zack, termasuk beberapa orang yang lain....
Musim dingin di dunia ini adalah salah satu penyebab kematian yang terbesar, selain dari serangan para iblis.
Bagaimana tidak?
Suhu bisa menurun hingga -20°C atau lebih rendah lagi. Tak hanya itu, matahari hanya akan terlihat selama 2 atau 3 jam saja dalam sehari. Sedangkan sisanya akan berada dalam kegelapan malam.
Akan tetapi, Reina juga merupakan sosok yang keras kepala dan pantang menyerah. Semangatnya takkan luntur hanya dengan perkataan Dimas saja.
"Tolonglah.... Ayo, kita harus berlatih untuk mengalahkan Raja Iblis...." Rengek Reina sambil terus menarik tubuh Dimas.
"Menjijikkan sekali! Berhentilah merengek dan berlatihlah sendiri! Aku harus bekerja untuk mencukupi kebutuhan makanan selama musim dingin!" Balas Dimas sambil terus berusaha berjalan menjauhi gadis itu.
Langkah kakinya semakin berat seiring dengan tubuh Reina yang berada di tanah.
Kedua tangan kecil yang halus itu terus menerus memegangi kaki kanan Dimas. Tak ada sedikitpun rencana untuk melepaskannya.
"Dimas.... Kita harus menyelamatkan dunia ini...."
Merasa kesal karena terus diganggu, akhirnya Dimas pun segera berhenti berjalan dan membalikkan badannya.
Seketika, wajah Reina kembali bersinar dengan cerah. Ia pun segera berdiri dan mengepalkan kedua tangannya.
"Hanya untuk memastikan saja. Apa yang telah dikatakan oleh Dewi busuk itu padamu?" Tanya Dimas dengan wajah yang sinis.
Reina yang memperoleh pertanyaan itu pun terlihat sedikit kebingungan. Tak tahu harus menjawab seperti apa.
Tapi bagi orang licik seperti Dimas, yang bahkan bisa mengakali dan membodohi beberapa petugas bank kredit....
"Terserah saja. Aku takkan membantumu jika kau juga tak bisa bekerjasama denganku. Ucapkanlah selamat tinggal pada misi bodohmu itu." Lanjut Dimas sambil segera membalikkan badannya.
Tentu saja, itu bukanlah perkataan yang sebenarnya. Melainkan hanya sebuah umpan untuk membuat lawan bicaranya terdesak.
Dan ketika mereka terdesak.... Biasanya hal yang luarbiasa akan terjadi.
Persis seperti apa yang telah diprediksi oleh Pria itu.
"Tunggu! Aku akan mengatakannya! Jika aku melakukannya, kau akan membantuku dalam misi ini kan?!" Teriak Reina dengan wajah yang terlihat begitu putus asa.
Tanpa menjawab, Dimas hanya sedikit menganggukkan kepalanya. Hanya satu kali saja.
Tapi itu sudah cukup untuk membuat gadis kecil di hadapannya merasa lega. Seakan harapan kembali muncul kepadanya.
"Baiklah.... Aku akan mengatakannya."
Reina tanpa ragu membocorkan semua isi dari rencana yang telah digelontorkan oleh Dewi Silvie kepadanya.
Tak ada sedikitpun detail yang terlewat.
Dimas di sisi lain juga sama sekali tak melewatkan satupun perkataan Reina. Apa yang terjadi saat ini, adalah sebuah rentetan informasi yang sangat penting.
Setidaknya untuk mengetahui mengenai sosok yang disebut sebagai Dewi itu sendiri.
Rencana yang diberikan oleh Silvie sangatlah sederhana. Yaitu untuk memperdaya Dimas dengan kecantikan dari Reina itu sendiri.
Karena Dimas sendiri adalah seorang perjaka yang sangat akut, bahkan bisa disebut sebagai salah satu ahli dalam bidang itu, Silvie berpikir bahwa memanfaatkan seorang gadis yang cantik akan cukup untuk membuat Dimas tergerak.
Dan sejujurnya rencana itu memang berhasil. Segera setelah Dimas memperoleh ciuman dari Reina, jantungnya berdegup kencang dan pikirannya mulai rusak. Seakan-akan mau untuk menuruti semua dari perkataan Reina.
Tapi semua itu luntur kembali beberapa saat kemudian. Alasannya? Tentu saja Dimas mencurigai mengenai hal ini.
Itu karena dia sendiri tahu, bahwa apapun yang terjadi, takkan ada seorang gadis yang mau dengannya. Hal itu telah dibuktikannya berkali-kali.
"Jadi pada intinya, Dewi sialan itu hanya ingin kau memperdaya diriku? Lalu melakukan apa yang mereka inginkan, yaitu mengalahkan raja iblis?" Tanya Dimas kembali untuk memastikan.
Reina pun mengangguk dengan sekuat tenaga berkali-kali.
"Itu benar! Jadi ayolah! Kita harus segera bersiap dan...."
"Untuk memastikan saja. Apakah kau tahu seberapa kuat raja iblis itu?" Tanya Dimas singkat.
Dan apa yang paling ditakutkan oleh Dimas pun terjadi tepat di hadapannya. Wajah dari gadis yang cantik dan menawan itu seketika luntur.
Kini ekspresi wajahnya menyerupai seekor kera yang kebingungan. Tak mampu memahami apa yang dimaksud oleh lawan bicaranya.
"Hmm? Entahlah. Tapi kita pasti akan menang bukan? Itu karena kekuatan kebaikan pasti akan memperoleh jalan un...."
"Kekuatan kebaikan itu telah dikalahkan setidaknya 3.000 kali." Balas Dimas singkat sambil memotong perkataan Reina.
"Eh? Apa maksudnya dengan itu?"
Mendengar pertanyaan yang sangat bodoh itu, Dimas segera membalikkan badannya dan kembali berjalan ke arah lahan gandumnya.
Dengan sikap yang tenang, Dimas pun menjawab pertanyaannya.
"Orang seperti kita berdua. Lebih dari 3.000 orang yang dipanggil sebagai pahlawan telah mati. Apakah Dewi mu tak mengatakan hal itu padamu?"
Dengan mengakhiri perkataannya, Dimas langsung pergi meninggalkan sosok gadis itu sendirian. Untuk menerima kenyataannya.
"Pahlawan.... 3.000 lebih?"
Reina pun tak lagi mampu untuk berkata-kata selain menjatuhkan tubuhnya ke tanah, dengan lutut sebagai tumpuannya.
......***......
...- Wilayah Surgawi -...
Cyrese terlihat sibuk memperhatikan sebuah cermin yang ada di hadapannya. Bukan untuk melihat pantulan dirinya sendiri. Melainkan untuk melihat apa yang sedang terjadi di dunia tingkat SS itu.
Sesekali, Ia melihat pahlawan lain yang sedang bertarung di garis depan. Mereka bersama dengan pasukan kesatuan umat manusia bertarung tanpa henti untuk menahan serbuan dari para iblis.
Setelah menggerakkan tangannya ke arah yang lain, Cyrese melihat pahlawan yang lain yang sedang sibuk melatih para prajurit Kerajaan. Tak hanya itu, beberapa pahlawan lain terlihat sedang bermain-main dengan banyak wanita.
Tapi gerakan tangannya seketika terhenti setelah sampai di satu orang tertentu. Yaitu Dimas itu sendiri.
Pahlawan yang satu ini, justru sedang sibuk untuk mencangkul lahan di sebuah desa terpencil.
Sebuah desa yang lokasinya sangat berjauhan dari invasi para Iblis. Bahkan dapat dikatakan bahwa lokasinya paling jauh dari serangan Iblis.
Itulah mengapa Cyrese menaruh harapan yang tinggi padanya. Tapi tak hanya itu saja.
"Dimas ya? Dengan sikapmu itu.... Aku sebenarnya memiliki harapan yang besar padamu. Tapi sayangnya aku tak bisa memberikanmu banyak kekuatan saat itu. Tapi kini, setelah pahlawan yang lain memburu cukup banyak Iblis...." Ucap Cyrese pada dirinya sendiri.
Tatapannya terlihat begitu tajam. Seakan memiliki suatu rencana tertentu.
Setelah beberapa saat memandangi sosok Pria terlemah yang dipanggilnya ke dunia lain itu....
"Kurasa aku akan memberikanmu berkat yang baru."
Bersamaan dengan kalimat itu, tubuh Cyrese terlihat secara perlahan mulai memudar dan menghilang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments
Apuila Jowo
ahli dari para ahli-ahlinya jones
2024-11-09
0
Semau Gue
jejak
👣👣👣
2023-06-25
2
Kerta Wijaya
🤟🤟
2022-05-01
1