'Sruug! Sruugg!'
Dimas masih mencangkul sama seperti biasanya. Tak ada yang berbeda dari hari-hari yang sebelumnya. Pak tua Zack juga ada di sebelahnya.
Tapi entah kenapa, firasatnya merasakan akan ada sesuatu yang buruk yang akan terjadi.
Dan itu benar terjadi.
Pandangannya yang sebelumnya adalah tanah dan ladang gandum, kini berubah drastis menjadi sebuah ruangan yang dipenuhi dengan kegelapan. Tapi kegelapan itu tak berlangsung lama.
Dengan cepat, cahaya dari banyak bintang-bintang menerangi tempat ini. Dan di ujung dari tempat itu....
'Tap! Tap!'
Sosok seorang wanita yang begitu anggun berjalan secara perlahan mendekati Dimas. Wanita itu memiliki rambut keemasan yang indah, dengan gaun putih yang tak kalah menawan.
Tanpa ragu, Dimas pun segera berbicara.
"Kupikir apa, ternyata Dewi sialan bernama Cyrese ya? Apakah aku mati karena suatu hal? Atau kau mencabut nyawaku karena aku tak bersiap-siap melawan raja iblis itu?"
Bukan kemarahan, melainkan sebuah senyuman yang lembut menjadi balasan dari Cyrese.
"Aku tahu bersikap ke-dewian padamu takkan berguna. Maka aku akan mengatakannya langsung padamu." Ucap Cyrese yang kini berada tepat dihadapan Pria itu.
Meski wajahnya terlihat tenang, tapi jantung Dimas berdegup cukup kencang. Pikirannya mempersiapkan diri untuk melakukan apapun yang diperlukan, membalas apa yang akan dilakukan oleh Dewi itu padanya.
Karena pengalamannya sebelumnya, kepercayaan Dimas kepada para Dewi itu menurun dengan sangat drastis. Akan tetapi, saat ini semua itu akan segera berubah.
Cyrese mengangkat 2 jarinya kepada Dimas sambil berkata.
"Dua ratus. Itu adalah poin yang akan kuberikan padamu saat ini. Jika kau bekerja dengan lebih baik lagi, mungkin aku akan memberikanmu lebih dari itu." Ucap Cyrese sambil tersenyum dengan lebar.
Seketika, kedua mata Dimas pun terbuka lebar setelah mendengar hal itu.
"Tunggu dulu?! Poin? Kenapa? Bukankah Dewi miskin sepertimu sudah kehabisan poinnya?!" Teriak Dimas kebingungan.
Meskipun memiliki kesabaran yang cukup tinggi, bahkan Cyrese sekalipun langsung merasa sangat kesal dengan apa yang dikatakan oleh Dimas.
Amarahnya pun memuncak dalam sekejap.
"Dewi miskin kau bilang?! Aku tak ingin mendengar kata miskin diucapkan oleh orang miskin yang hidupnya dipenuhi dengan hutang sepertimu!"
"Oh begitukah?! Lalu bagaimana denganmu sendiri?! Bergantung pada orang miskin ini?! Itu sudah membuktikan bahwa kau jauh lebih miskin dariku!" Balas Dimas kesal sambil menuding wajah Cyrese.
"Apa kau bilang?! Aku hanya menyelamatkanmu dari semua beban hutangmu! Kau seharusnya berterimakasih padaku!" Balas Cyrese yang juga sambil menuding wajah Dimas itu.
"Hah?! Jika aku ingin berterimakasih maka aku akan berterimakasih pada perampok yang telah membunuhku itu!"
Perdebatan antara mereka berdua terus berlanjut selama beberapa menit. Tak ada satu pun pihak yang mau mengalah, ataupun mengakui kebenaran dari yang lawan bicara mereka katakan.
Hingga akhirnya, Cyrese pun mengakhiri perdebatan itu secepat mungkin. Bukan karena Ia ingin kalah. Tapi....
"Gawat! Sudah berapa menit sekarang?! Biaya untuk memanggil jiwa pahlawan kemari cukup mahal! Cepatlah selesaikan urusan ini dan kembalilah bekerja!" Teriak Cyrese panik sambil mengeluarkan banyak kertas dari udara.
Kertas-kertas itu bertuliskan berbagai nama skill dan kemampuan yang memiliki harga dibawah 200 poin.
Setelah semua kertas itu terkumpul, Ia dengan segera memberikannya kepada Dimas.
Dimas yang sebelumnya merasa sangat kesal dan marah, kali ini terlihat cukup terkejut. Ia sama sekali tak menyangka bahwa Dewi yang dianggapnya hanya sebagai omong kosong itu akan benar-benar melakukannya.
Yaitu memberikannya sebuah berkat.
"Pilihlah sesuka hatimu dari semua itu. Batas maksimal yang bisa kau gunakan adalah 200 poin. Tak lebih. Dan waktumu untuk memilih hanya 3 menit lagi." Ucap Cyrese sambil menyilangkan kedua lengannya.
Dimas yang melihat hal itu hanya memasang wajah tak percaya. Tapi Ia juga tak berminat untuk menyia-nyiakan kesempatan ini.
Sekecil apapun itu tak masalah. Tak bisa dipungkiri bahwa Ia akan membutuhkan kemampuan dari Dewi ini untuk bisa bertahan hidup.
Berbeda dengan Reina, Dimas membaca seluruh kertas skill dan kemampuan itu dengan cepat. Lalu di dalam kepalanya, Ia membuat daftar peringkat sederhana. Memilah antara kemampuan yang berguna dan yang tidak berguna untuk jangka panjang.
Dimas memang merupakan orang yang miskin dan hidup dengan dikelilingi kesialan selama ini. Tapi itu tak mengubah kenyataan bahwa dulunya Ia adalah putra dari salah satu pengusaha sukses.
Pendidikan yang diperolehnya sangatlah tinggi, hingga membuat wawasan Pria itu begitu luas. Tak hanya itu, Ia juga mewarisi sifat cerdas dari ayahnya, dan sifat perhitungan dari ibunya.
Sifat yang seharusnya bisa membuatnya sebagai pengusaha sukses di dunia nyata. Tapi karena berbagai hal, kini Ia justru terdampar kemari.
Lebih dari itu, Dimas sendiri menyadari kemampuannya. Tak seperti orang lain yang menganggap apa yang dimilikinya sebagai 'bakat terpendam'
'Aku telah mengasah hidupku selama ini untuk itu. Oleh karena itu....' Pikir Dimas dalam hatinya sambil menarik sebuah kertas.
...- C Rank Skill -...
...- Keen Eyes -...
...Sebuah kemampuan untuk mempertajam penglihatan pemiliknya. Efek dapat ditingkatkan dengan penggunaan energi sihir....
...Harga : 180 poin...
Ia memilih kemampuan itu karena akan sangat membantunya dalam berbagai hal. Baik itu melakukan mata-mata, menilai suatu barang, hingga berbagai permasalahan lainnya.
Tak hanya itu, harganya sangat rendah untuk ukuran sebuah skill yang memiliki kegunaan yang besar. Dimas sendiri merasa keheranan dengan hal itu.
Tapi tak mau ambil pusing, Ia segera mengambilnya.
Sedangkan sisa 20 poin lainnya....
...- F Rank -...
...- Attribute Boost -...
...Vitality : + 2...
...Meningkatkan atribut dasar pada Vitality sebesar 2 poin. Meningkatkan kemampuan bertahan hidup baik dari lingkungan maupun serangan dalam jumlah yang sangat kecil....
Alasan dibalik pemilihan hal itu bukan hanya untuk menghabiskan seluruh poinnya. Tapi Dimas sendiri telah menyadarinya.
Meskipun dirinya terdidik dengan cukup baik mengenai ilmu pengetahuan, kemampuan fisiknya tak begitu bagus.
Satu-satunya alasan Ia bisa bertahan hidup di dunia modern itu adalah karena Ia selalu menggunakan kepalanya. Bahkan selama bertarung sekalipun.
Dan setelah melihat Reina yang mampu mengalahkan 8 dari 10 Goblin sendirian, bahkan sebagai seorang wanita, Dimas semakin menyadari hal itu.
Termasuk dirinya yang hanya bernilai sebesar satu kantung emas. Tak lain dan tak bukan, pasti karena kemampuan fisiknya yang terlalu rendah.
Sedangkan beberapa saat lagi, musim dingin akan segera tiba. Ia bahkan tak tahu apakah bisa bertahan hidup atau tidak.
Oleh karena itu....
"Aku memilih dua ini." Ucap Dimas setelah sekitar 90 detik memilah semua kertas yang ada di hadapannya.
Cyrese pun tersenyum tipis melihat hal itu. Ia merasa bahwa ada sesuatu yang lebih dari Pria bernilai 200 poin itu.
"Kalau begitu, aku akan segera memberkatimu dengan kekuatan yang kau pilih ini." Ucap Cyrese sambil mengarahkan kedua tangannya kepada Dimas.
Seketika, cahaya kehijauan dan putih mulai memasuki tubuh Pria itu. Kekuatan baru yang dipilihnya pun langsung masuk dalam dirinya.
Dengan segera, penglihatannya menjadi lebih tajam walaupun baru saja memperoleh kemampuan itu.
Dan entah mengapa, tubuhnya terasa sedikit lebih bugar. Dimas pun tanpa sadar membuat senyuman sambil melihat kedua telapak tangannya.
Lingkaran sihir berwarna biru mulai muncul di tempat Dimas berdiri. Bersiap untuk mengirimkannya kembali ke dunia itu.
Tak seperti yang pertama, kini Dimas terlihat lebih tenang.
Sesaat sebelum Dimas terlempar kembali ke dunia itu, Cyrese memberikan sebuah pesan yang sangat penting.
"Jika kau terus bekerja dengan baik, maka aku akan memberikanmu lebih banyak poin." Ucap Cyrese sambil tersenyum.
"Asal kau tahu saja, aku tetap takkan mau melawan Raja Iblis yang berbahaya itu. Tapi.... Aku akan bekerja lebih keras mulai saat ini." Balas Dimas dengan wajah yang jauh lebih ramah daripada biasanya.
"Tak masalah bagiku. Selama kau, dan manusia lainnya masih hidup.... Aku sudah cukup senang dengan kerjamu. Apapun itu."
Bersamaan dengan kalimat itulah, kini Dimas kembali ke dalam tubuhnya yang sedang mencangkul itu.
"Oi! Bocah! Kau sudah mati?!" Teriak Zack yang ternyata terus menerus menampar wajah Dimas yang kini telah tergelatak di tanah itu.
"Pak tua sialan! Enyahlah dariku!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments
call me oni chan
k
2024-06-24
1
Semau Gue
jejak
👣👣👣
2023-06-26
2
Whats Shapt
cih terllu bnyk narasi
2022-12-23
0