...Jangan lupa ramaikan part ini ya....
...Bom komentarnya juga jangan lupa....
...Happy reading...
****
Tri mengerjapkan matanya dengan perlahan. Ia meringis saat merasakan tubuhnya sakit semua, Tri melihat ke arah sampingnya dan ia tersenyum melihat Fathan yang masih tertidur dengan pulas dengan memeluknya.
Tri memiringkan tubuhnya menjadi menghadap ke arah Fathan. Tangannya terulur untuk mengelus rahang tegas Fathan yang di tumbuhi bulu-bulu halus di sana, ia tersenyum dengan menatap wajah tampan Fathan. Tri tidak menyangka jika dirinya akan jatuh di pelukan Fathan dengan sejuta pesona yang Fathan miliki. Kenapa ia bisa secepat ini mencintai Fathan? Tri sangat mencintai Fathan sampai ia rela melepas mahkotanya demi Fathan.
Dengan mata yang masih terpejam Fathan menggenggam tangan Tri yang sudah berada di pipinya. Fathan mengecup tangan Tri dengan lembut yang membuat Tri tersipu malu dengan perlakuan Fathan terhadapnya.
"Terima kasih, Hanum!" bisik Fathan dengan tersenyum.
"Untuk?" tanya Tri dengan pelan.
"Untuk malam-malam panas yang sudah kita lewati berdua," jawab Fathan dengan terkekeh.
Pipi Tri bersemu merah dan terasa panas saat mengingat betapa liarnya malam panas yang mereka lewati semalam hingga banyaknya bekas keunguan di seluruh tubuhnya akibat perbuatan nakal bibir Fathan kepada tubuhnya.
"Sudah jam berapa ini? Aku harus kembali ke kamar Cika," ucap Tri melihat ke arah jam dinding di kamar Fathan.
"Baru jam setengah lima, Hanum. Sebentar lagi ya," ucap Fathan memeluk Tri kembali. Ia mengecup bagian dada atas Tri dengan lembut.
"Mas aku harus kembali ke kamar cika. Aku takut ada yang curiga karena aku berada di kamar Mas subuh-subuh begini," ujar Tri memberi pengertian agar Fathan tidak terus menahannya di dalam kamar pria itu.
"Ssttt... Bibi sudah tahu hubungan kita karena saya tidak ingin bibi berpikir yang tidak-tidak tentang kita, walaupun dia tidak tahu hubungan kita dengan jauh yang jelas bibi tahu jika kamu kekasih saya!" ucap Fathan dengan tegas.
"Walaupun bibi tahu aku ini kekasih Mas Fathan tetapi tetap saja tidak baik ketika bibi melihat aku sering keluar masuk ke kamar Mas Fathan," ujar Tri dengan gemas membuat Fathan terkekeh mengecup bibir Tri.
"Iya-iya, Hanum. Saya mengerti kecemasan kamu. Minggu depan kamu bisa mengantarkan saya ke rumah orang tua kamu?" tanya Fathan dengan serius.
"U-untuk apa Mas?" tanya Tri dengan jantung yang berdetak dengan sangat kuat menunggu jawaban Fathan.
"Kamu akan tahu nanti. Yang pasti saya menemui orang tua kamu untuk kejelasan masa depan kita," ucap Fathan dengan tegas.
"M-mas mau melamar saya?" tanya Tri dengan spontan.
Fathan tidak menjawab ia hanya tersenyum dan membuat Tri semakin penasaran. "Kamu akan tahu nanti," ucap Fathan dengan misterius.
"Hanum, saya harap apapun yang terjadi nanti kamu harus percaya dengan saya. Saya sangat mencintai kamu dan tidak ada wanita lain selain Tika dan kamu di hati saya," ucap Fathan dengan tegas.
Tri menatap Fathan dengan dalam, ia merasa sedang ada beban berat yang menimpa Fathan saat ini. "Ada apa Mas? Aku mohon jangan ada yang disembunyikan dariku," ujar Tri dengan lirih.
Fathan menghela napasnya dengan perlahan, ia menatap Tri dengan dalam. "Saya dijodohkan dengan adik ipar saya, Hanum. Saya tidak mau turun ranjang karena saya tidak mencintainya. Mama saya dan mama mertua saya yang tetap ingin saya menikah dengan adik ipar saya," ujar Fathan dengan sendu.
Tri menatap Fathan dengan Berkaca-kaca, hatinya merasa sangat sakit dengan pengakuan Fathan saat ini. "A-aku...." Napas Tri tercekat karena air matanya hendak turun begitu saja karena sedih yang ia rasakan saat ini.
"Hiks....hiksss..." Tri menangis yang membuat Fathan langsung memeluk kekasihnya dengan erat. Ia tahu kejujurannya membuat hati Tri terluka tetapi menurut Fathan ini lebih baik dari pada Tri mengetahui dari mamanya dan Tri bisa salah paham kepadanya.
"Jangan menangis, Hanum. Saya yakin perjodohan ini tidak akan terlaksana, saya hanya menginginkan kamu, Hanum! Saya sedang berusaha untuk memperjuangkan kamu. Mama saya sangat keras kepala makanya saya belum mengenalkan kamu kepada mereka, saya takut mereka tidak suka denganmu," ucap Fathan dengan tegas.
Fathan mengusap air mata Tri dengan lembut. "Adik ipar Mas pasti sangat cantik. Dia gadis yang terpandang, pantas saja mama Mas sangat ingin menjodohkan kalian. Aku sama sekali tidak sebanding dengannya," ujar Tri minder.
"Hei, yang paling cantik di mata saya itu kamu! Saya tidak peduli kamu dari keluarga sederhana sekali pun!" ucap Fathan dengan lembut.
"Jangan menangis ya. Saya akan memperjuangkan kamu," ucap Fathan dengan tegas.
"Mas janji tidak akan meninggalkanku?" tanya Tri dengan takut.
"Janji, Sayang!" sahut Fathan dengan tersenyum tipis.
Tri sedikit lega dengan jawaban Fathan walaupun di dalam hatinya ia masih merasa takut jika Fathan akan meninggalkannya dan menikah dengan adik iparnya. Jika itu terjadi maka hancur lah hati Tri karena ia sudah menyerahkan sesuatu yang paling berharga untuk Fathan.
"Jangan nangis. Senyum dong," ucap Fathan dengan pelan.
Tri berusaha tersenyum di hadapan Fathan. "Aku harus kembali ke kamar Cika, Mas!" ucap Tri dengan lirih.
Fathan mengangguk membiarkan Tri keluar dari kamarnya. Tetapi ia mengeryitkan dahinya saat Tri sedang kebingungan mencari sesuatu. "Kenapa Hanum?" tanya Fathan dengan heran.
"Bajuku mana ya Mas?" tanya Tri dengan celingukan mencari pakaiannya di lantai. "Astaga pakaian kita masih di lantai dapur, Mas!" pekik Tri dengan histeris.
"Gimana ini, Mas?" tanya Tri dengan panik mengigit kukunya sendiri.
Fathan juga ikut merasa panik tetapi ia harus terlihat tenang. "Pakai dulu pakaian yang ada di lemari. Mungkin bibi belum bangun dan kamu bisa mengambilnya di dapur," ujar Fathan dengan tenang.
"Gimana kalau bibi sudah bangun dan melihat pakaian kita yang berserakan di dapur? Celan* d*l*m kita juga? Bekas cairan kita?" ucap Tri dengan panik.
"Hanum tenanglah! Sekarang pakai pakaian kamu yang ada di lemari dan kita segera ke dapur!" ucap Fathan dengan tegas.
"I-iya, Mas!"
****
Tri dengan cepat berjalan ke dapur, degup jantungnya sangat menggila sekarang, ia takut bibi mengetahui semuanya hingga tubuhnya langsung mematung saat melihat bibi yang sedang berjalan ke dapur.
Dengan cepat Tri langsung memunguti pakaiannya dan juga Fathan agar tidak ketahuan oleh bi Sumi.
"Mbak Tri sedang apa?" tanya Bi Sumi merasa heran.
Tri memaksakan senyumnya. "I-ini Bi, saya mau mencuci pakaian," ucap Tri dengan gugup.
"Biar saya saja, Mbak. Saya tidak enak dengan Pak Fathan," ujar Bi Sumi dengan tersenyum.
"Tidak Bi. Biar saya saja! Bibi kerjakan pekerjaan yang lain saja," ucap Tri dengan cepat. Bisa gawat jika bi Sumi yang mengambil pakaian di tangannya, cairan cintanya dengan Fathan pasti akan tercium.
"T-tapi..."
"Biarkan Hanum yang mencucinya, Bi! Saya memang yang menyuruhnya!" ucapan Fathan dengan tegas menyelamatkan Tri dari ketakutannya.
"Baik, Pak!" jawab Bi Sumi yang membuat Tri menghela napasnya lega.
"Selamat!" ucap Tri di dalam hatinya.
Fathan mengedipkan sebelah matanya kepada Tri. Ia merasa gemas dengan wajah panik Tri saat ini, Fathan ingin tertawa tetapi Tri melototinya dengan tajam.
Bukankah bercinta secara sembunyi-sembunyi seperti ini sangat menantang adrenalin mereka? Seperti Fathan akan mencobanya sekali lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
evi epriatni
krn dlm realita hidup, peremp yg udh ksh kehormatannya sblm nikah, cm akan disia2kan, yg serius cm 1/1000, kenikmatan sesaat itu cm kerjaan syetan
2022-10-11
0
🦢 𝐢𝐜𝐡𝐚❣︎ˢᵉˡˡᵒʷ͢ ㉿ᵇᵍᶠ•ʲʳ
tri jatuh kepelukan duda gtu 🤣🤣
2022-04-21
2
Rahma Kanza Putri
lanjut
2022-03-19
1