...Hei aku kembali lagi nih dengan cerita baru. Jangan lupa like, vote, dan komentar yang banyak ya. Biar aku semangat update....
...Happy reading...
****
Tri masih tampak syok karena melihat langsung bagaimana majikannya diculik. Ia terus menangis menunggu pak Maman di ruang tunggu rumah sakit.
"Sudah Tri, kamu tenang. Pulihkan saja kondisi kamu ya," ucap Ulan dengan lembut. Ia tidak mau asistennya merasa terguncang karena melihat langsung bagaimana penculik membawa menantunya.
"Tapi, Bu. Hiks...hiks.. non Mentari diculik, Bu. S-saya takut non Mentari kenapa-kenapa, semua penculiknya berbadan besar, Bu," ucap Tri sesugukan.
"Saya juga khawatir dengan menantu saya, Tri. Kita berdoa saja supaya Elang dan yang lainnya dapat menemukan Mentari dengan cepat," ujar Ulan dengan lirih.
"Iya, Bu." Tri menjawab dengan lirih. Tubuh dan hatinya benar-benar terguncang saat ini hingga ia merasa tubuhnya terasa sakit semua.
"Tri, kamu kenapa?" tanya Ulan saat melihat ART-nya memucat.
"Saya tidak apa-apa, Bu," jawab Tri mencoba tersenyum.
Tidak jauh dari mereka Fathan melihat semuanya. Ia tersenyum saat sudah mengetahui nama dari seseorang yang telah membuat jantungnya berdebar dan bagian bawahnya berdenyut sakit memberontak karena sudah lama tertidur dan tidak memiliki gairah bercinta. "Jadi namanya Tri. Cantik seperti orangnya," gumam Fathan dengan lirih.
"Aku harus menjadikan dia milikku secepatnya. Harus!" ucap Fathan dengan penuh tekad.
Fathan berjalan mendekati Tri dan wanita yang sedang bersama dengan Tri. "Selamat sore," sapa Fathan dengan gaya coolnya.
Tri dan Ulan menatap seseorang yang menyapa mereka. "Selamat sore, Dokter. Ada apa ya?" tanya Ulan dengan ramah.
"Bu, ini dokter yang menolong saya dan pak Maman tadi," ucap Tri dengan pelan.
Fathan yang dikenali dengan suara yang amat lembut menjadi meleleh, ia semakin yakin untuk memiliki Tri dengan secepatnya. "Perkenalkan saya dokter Fathan. Dokter spesialis kandungan di rumah sakit ini. Saya tadi bertemu dengan mbak Tri dan pak Maman diparkiran supermarket dalam keadaan tidak berdaya," ujar Fathan menjelaskan.
"Terima kasih, Dok. Berkat Dokter, supir dan ART saya baik-baik saja," ucap Ulan dengan tulus.
"Sama-sama, Bu," ucap Fathan dengan tersenyum tipis.
Fathan melirik ke arah Tri yang terlihat diam. kekhawatiran terhadap kondisi Tri benar adanya, wanita itu tampak pucat sekali. "Bu, sebaiknya bawa mbak Tri ke dalam ruangan saya. Dia terlihat pucat sekali," ucap Fathan dengan cemas sekaligus beralibi agar Tri berada di dalam pengawasannya.
Ulan menatap Tri dengan cemas. "Apa tidak sebaiknya dibawa ke ruang perawatan saja, Dok?" tanya Ulan dengan cemas.
"Di dalam ruangan saya tidak apa-apa, Bu. Saya bisa mengobati lebam yang ada di lehernya," ujar Fathan dengan tegas.
"Benar tidak apa-apa, Dok?" tanya Ulan memastikan.
"Saya di sini saja, Bu. Dokter tidak perlu repot-repot mengobati saya, saya baik-baik saja," ucap Tri dengan lirih.
"Kamu harus istirahat Tri! Ayo Dok bawa Tri," ucap Ulan dengan tegas.
"Sini saya bantu," ucap Fathan memegang lengan Tri dengan pelan.
Tri yang awalnya menolak menjadi tidak enak dengan majikannya akhirnya ia mau di bawa ke ruangan dokter Fathan. Tri sama sekali tidak sadar saat Fathan menatapnya dengan sangat intens sampai di ruangan dokter Fathan.
Dokter Fathan membaringkan Tri di brankar dengan perlahan. di belakang mereka ada Ulan yang menatap cemas ke arah Tri.
"Tri, apa yang kamu rasakan sekarang?" tanya Ulan dengan pelan.
"Pusing, Bu!" jawab Tri dengan lirih.
"Dok keeadaan Tri baik-baik-baik saja, kan? Dia menolak untuk dirawat, saya khawatir dengan keadaannya," ujar UlUlan dengan cemas.
"Tidak apa-apa, Bu. Mbak Tri hanya syok saja," ucap Fathan dengan tersenyum.
"Alhamdulillah," ucap Ulan dengan lega.
"Biarkan saja Mbak Tri istirahat di ruangan saya saat ini," ucap Fathan dengan tegas.
"Panggil saya Tri saja, Dok. Terima kasih atas kebaikan anda," ucap Tri dengan tulus.
"Karena saya tidak mau kamu terluka," gumam Fathan dengan lirih.
"Apa, Dok? Dokter ngomong apa?" tanya Tri dengan penasaran.
"S-sama-sama, sudah kewajiban saya menolong kamu," ucap Fathan dengan terbata. Ia takut Tri mendengar ucapannya tadi.
"Dokter saya titip Tri ya. Suami saya sudah menelepon," ucap Ulan dengan terburu-buru.
"Dengan senang hati, Bu."
Tri merasa tidak nyaman dengan tatapan Fathan saat majikannya keluar. Rasanya tatapan Fathan mampu membuat sistem sarafnya tidak berdaya. Bahkan bagian intim bawahnya berkedut, tubuhnya panas dingin hanya karena tatapan seorang dokter Fathan. Ini gila, Tri tidak sanggup jika berlama-lama berada di dalam satu ruangan bersama dengan Fathan.
"Tri, kamu begitu cantik bahkan milik saya yang sudah lama tertidur ingin memberontak dari pembungkusnya. Lama-lama saya bisa gila jika seperti ini terus," gumam Fathan dengan panas dingin.
"Tatapan dokter Fathan sangat mengerikan sekali Ya Tuhan. Seakan tatapannya mampu membuat tubuhku lumpuh tidak berdaya di dalam kuasanya. Astaga...Tri kamu tidak boleh berpikir seperti itu," gumam Tri dengan lirih.
Pertemuan mereka kembali seakan menjadi magnet dimana keduanya tidak bisa terpisahkan. Dan kisah keduanya akan segera dimulai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
Kusii Yaati
oh my God otakku ikut traveling.🤣🤣🤣...
2022-11-30
0
💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜
dari hati banget yaa Dok....😁
2022-10-07
0
Mien Mey
ini.pak dokter sm mba tri pd knp yah pas ktmu pd slit bgian bawahnya😅😅😅😅
2022-05-27
0