...Jangan lupa ramaikan part ini ya. ...
...Happy reading...
*****
Dalam keadaan canggung Tri masuk ke rumah Fathan bersama dengan Cika yang berada di gendongannya. Tri dan Fathan memang menjemput Cika di rumah orang Fathan.
"Mama, Cika kangen banget sama Mama!" ucap Cika memeluk leher Tri dengan erat.
Tri tersenyum dan mencium kening Cika dengan sayang. "Sekarang Mama akan tinggal bersama dengan Cika," ucap Tri dengan lembut.
Fathan menatap Tri dengan tidak percaya, ia meminta penjelasan melalui tatapannya dan Tri mengangguk dengan tegas membuat Fathan tersenyum dengan senang, akhirnya ia Tri dalam jarak pandangannya.
"Benar, Ma? Yeee... Cika senang banget akhirnya Mama bisa tinggal bersama dengan Cika dan papa," ucap Cika dengan senang, ia mencium Tri bertubi-tubi.
Tri terkekeh geli saat Cika menciuminya dengan bertubi-tubi membuat Fathan mendengus kesal karena Cika menguasai Tri saat ini.
"Sekarang Cika masuk kamar dulu, Papa mau bicara dengan mama!" ucap Fathan dengan tegas.
"Iya, Pa! Mama punya Cika ya Pa!" ucap Cika berlalu pergi dari kamarnya setelah Cika turun dari gendongan Tri.
"Iya!" jawab Fathan dengan menahan rasa kesalnya. Tidak mungkin kan ia cemburu dengan anaknya sendiri? Sama sekali tidak lucu, Bukan?
Setelah Cika benar-benar masuk ke kamarnya Fathan menatap Tri dengan dalam. "Kamu sudah yakin ingin tinggal di sini?" tanya Fathan dengan serius.
"Yakin, Dok. Saya ingin menjaga Cika," jawab Tri dengan yakin.
"Yakin hanya Cika menjadi alasan kamu untuk bekerja bersama dengan saya?" tanya Fathan mendesak Tri dengan pertanyaan yang menyudutkan Tri.
"Y-yakin, Dok," jawab Tri dengan terbata.
Fathan menyeringai menatap Tri, ia mendekat ke arah Tri. "Tetapi saya yakin alasan kamu juga mau tinggal bersama saya dan bekerja di sini itu karena saya," bisik Fathan dengan pelan setelah itu meninggalkan Tri begitu saja dalam keadaan tubuh yang mematung karena syok atas perkataan Fathan.
"Kenapa dokter Fathan menjadi seperti ini?" ucap Tri dengan menelan ludahnya dengan kasar.
****
Malam harinya Tri membacakan dongeng untuk Cika hingga gadis kecil itu tertidur dengan lelap.
"Dan akhirnya pangeran hidup bahagia dengan Cinderella," ucap Tri mengakhiri ceritanya.
Tri menutup buku dongengnya, ia tersenyum menatap Cika yang sudah tertidur pulas di sampingnya. Tri membenarkan selimut Cika dengan perlahan, ia mengelus pipi Cika dengan lembut.
"Kamu cantik seperti mama kamu, Nak," gumam Tri dengan lirih.
Tri memeluk Cika, ia asyik memandang wajah Cika hingga tidak sadar jika Fathan sudah masuk di kamar Cika dan memperhatikan keduanya.
Fathan mendekat ke arah Tri, ia mengelus lengan Tri dengan perlahan tetapi itu justru membuat Tri terkejut dan menatap Fathan dengan tajam.
"Sejak kapan Dokter masuk ke kamar Cika?" tanya Tri dengan syok.
"Sejak kamu memperhatikan Cika!" sahut Fathan dengan pelan, ia tidak mau Cika terganggu dalam tidurnya karena suaranya.
"Dokter mau apa?" tanya Tri saat Fathan menggeser Cika.
"Mau tidur," jawab Fathan sesudah berhasil menggeser Cika agar dirinya mendapatkan ruang tidur di samping Tri.
Fathan benar-benar merebahkan tubuhnya di samping Tri membuat Tri menahan napasnya saat dirinya berjarak sangat dekat dengan Fathan saat ini. Fathan sengaja menatap Tri tepat di manik mata gadis itu membuat Tri kembali gugup dan teringat ciumannya dengan Fathan.
"Sebaiknya Dokter tidur di kamar Dokter saja! Biar saya yang tidur bersama dengan Cika," ucap Tri dengan menelan ludahnya kasar.
"Kita tidur bertiga. Ini adalah impian Cika sejak dulu, bisa tidur dengan papa dan mamanya," ujar Fathan dengan tegas.
"T-tapi..."
"Ssssttt..." Fathan meletakkan jari telunjuknya di bibir Tri membuat gadis itu langsung terdiam seketika. "Kita terlihat seperti keluarga yang sangat bahagia, Bukan?" tanya Fathan memeluk Tri dengan erat hingga tubuh Tri menempel dengan tubuh kekar Fathan.
Tri menahan napasnya saat Fathan mengecup puncak kepalanya dengan sayang. Dengan mudah juga Fathan membalikkan tubuh Tri menjadi menghadap ke arahnya.
Tatapan Fathan seperti mengunci tubuh Tri hingga diam seperti patung. "Kamu milik saya, Hanum!" ucap Fathan dengan tegas mengusap pipi Tri dengan lembut.
Fathan kembali memeluk Tri dengan erat, malam ini mereka hanya tidur tanpa melakukan apapun. Tetapi perbuatan Fathan yang memeluk Tri sama sekali tidak bisa membuat Tri memejamkan matanya, ia dapat mendengar suara detak jantung dokter Fathan yang sangat keras, keduanya belum tertidur hingga Fathan kembali bersuara.
"Hanum!" panggil Fathan dengan suara lirihnya.
"I-iya, Dok!" jawab Tri dengan terbata.
"Kenapa belum tidur?" tanya Fathan dengan pelan.
"Saya tidak biasa dipeluk," jawab Tri dengan jujur.
"Biasakan dengan pelukan saya, karena saya ingin terus memeluk kamu sepanjang malam seperti ini," ujar Fathan dengan tegas.
Seperti tersihir dengan kata-kata dokter Fathan, Tri mengangguk dengan patuh ysng membuat Fathan tersenyum senang.
Dengan perlahan Fathan kembali mendekatkan wajahnya ke arah Tri hingga kedua bibir mereka kembali menyatu. Sebagai pria dan wanita dewasa, keduanya sama-sama menginginkan sentuhan lebih dari pada sekedar ciuman. Kali ini tidak hanya bibir Fathan yang berperan menguasai bibir Tri tetapi lidah Fathan juga ikut berperan mengabsen setiap gigi Tri dan membelit lidah Tri dengan tidak sabaran hingga Tri melenguh pelan.
Tangan Fathan tidak tinggal diam. Ia menyentuh kedua dada Tri dengan lembut membuat Tri merinding, ingin menolak tetapi ia tidak mampu menahan rasa nikmat akan sentuhan tangan dokter Fathan di kedua dadanya.
"Ahhhh..." Tri mendesah saat tangan Fathan memijat lembut kedua dadanya dan memainkan puncak dadanya dengan gemas yang memang sudah mengeras.
Fathan melepaskan ciumannya. Napasnya tersengal-sengal dengan bibir yang melengkungkan senyuman manisnya. "Benda ini sangat pas di tangan saya," ujar Fathan dengan merem*s dada Tri dengan perlahan.
"Ouhh..Uhhh..." Tri menahan suara desah*nnya tetapi tetap saja keluar dari bibirnya. Dirinya wanita dewasa yang juga sangat menginginkan sentuhan lelaki, hingga Tri tidak kuasa saat Fathan memperlakukannya seperti ini. Tiga kali gagal saat ingin menikah membuat Tri mendamba akan sentuhan lelaki dan ia mendapatkannya dari dokter Fathan. Hasrat yang selama ini ia tahan akhirnya keluar juga akibat perbuatan dokter Fathan.
"Dok sudah!" ucap Tri dengan napas yang sama sekali tidak teratur.
Fathan menurut. Ia membenarkan piyama Tri dan tersenyum ke arah Tri.
"Kamu milik saya, Hanum!"
Kali ini Fathan dan Tri tertidur bersama diawali dengan perbuatan yang membuat milik mereka sama-sama berkedut, tetapi keduanya tidur dengan nyenyak dan saling memeluk. Bagi Tri malam ini adalah mimpiyang sangat indah untuknya dan bagi Fathan ini adalah permulaan yang sangat sempurna. Sedikit lagi dirinya akan memiliki Tri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜
astaga tangan nya nakal banget 😆
2022-10-08
0
💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜
jadi nakal yaa mba Tri 😁
2022-10-08
0
Sur Anastasya
lnjut💖💖💖
2022-08-15
0