...Jangan lupa ramaikan part ini ya....
...Happy reading...
****
"Mama, kenapa sih Mama tidak tinggal bersama Cika dan papa?" tanya Cika saat Tri sedang menyuapi dirinya.
Tri meletakkan sendok ke piring dan menatap Cika dengan dalam. "Sayang, Mama harus bekerja untuk membiayai hidup Mama dan kedua orang tua Mama yang berada di kampung. Jadi, Mama tidak bisa tinggal bersama dengan Cika," ujar Tri menjelaskan kepada Cika dengan lembut.
"Papa bisa membiayai kebutuhan Mama. Papa itu banyak uangnya! Papa pemilik rumah sakit tempat dia bekerja. Nanti Cika bilang sama papa kalau Mama perlu uang," ucap Cika dengan polos.
Tri terkekeh, ia mengelus rambut Cika dengan perlahan. "Sayang, Papa tidak bisa memberikan uang ke Mama," jelas Tri.
"Tapi kenapa? Kenapa tidak bisa Ma?" desak Cika dengan menggoyangkan paha Tri.
"Karena Mama tidak bekerja dengan papa Cika," ucap Tri dengan gemas.
"Kenapa harus bekerja baru papa memberikan uang ke Mama?" tanya Cika dengan cerewetnya.
"Karena... " Tri tidak bisa menjawab pertanyaan Cika yang terdengar sangat gampang karena Tri takut salah bicara dan didengar oleh Fathan nantinya.
"Karena apa, Ma?" tanya Cika menunggu jawaban Tri dengan tidak sabar.
"Cika, keluar kamar yuk! Mama mau ajak Cika ke taman belakang," ucap Tri mengalihkan pembicaraan.
"Ayo, Ma!" seru Cika dengan bahagia.
Tri tersenyum senang akhirnya Cika tak banyak bertanya kepadanya. Tri menggendong Cika dengan perlahan karena bobot Cika sudah lumayan beratberat untuk di gendongnya.
Keduanya keluar kamar dengan wajah yang sangat ceria hingga mereka menatap ke arah kamar Fathan yang terbuka dan di sana sedang ada Fathan yang kerepotan memasang dasinya.
"Bantu papa ya, Ma! Papa selalu kerepotan jika memasang dasinya sendiri," ucap Cika dengan berbisik.
"Emang selama ini yang memakaikan dasi papa siapa?" tanya Tri dengan bingung
"Nenek, Ma. Kalau ada meeting penting papa selalu ke rumah nenek buat dipakaikan dasinya. Tapi sekarang mungkin papa kesiangan bangunnya," ucap Cika dengan polosnya.
Tri tercengang mendengar penjelasan Cika. Ternyata lucu juga seorang dokter Fathan tidak bisa memasang dasinya sendiri atau Fathan hanya berpura-pura saja? Tetapi wajah Cika terlihat sangat serius sekali. Tri ragu untuk membantu Fathan kali ini, tetapi ia kasihan melihat Fathan yang tampak frustasi. Mungkin terbiasa dengan istrinya yang memenuhi segala keperluan dokter Fathan hingga dokter Fathan seperti ini.
"Ya sudah Cika turun dulu ya. Mama bantu papa kamu dulu," ucap Tri pada akhirnya.
Cika menangguk dengan senang. Ia menurut saja ketika Tri menurunkan dirinya. "Sebentar ya, Sayang!" ucapTri dengan lembut.
"Iya, Ma!" ujar Cika dengan tersenyum.
Tri berjalan ke arah kamar Fathan. Dan mengetuk pintu kamar Fathan dengan perlahan.
Tok...tok...
Fathan melihat ke arah pintu, ia menjadi terdiam malu saat Tri melihat wajah frustasinya karena tidak bisa memasang dasinya sendiri.
"K-kenapa Hanum? Apa Cika rewel?" tanya Fathan.
"Tidak, Dok. Saya dan Cika melihat anda sedang kesusahan memasang dasi. J-jadi, saya berniat ingin membantu anda karena kata Cika anda tidak bisa memasang dasi anda sendiri," ucap Tri dengan tulus.
Antara malu dan senang Fathan berterima kasih kepada anaknya yang membuat Tri membantunya saat ini. "Baiklah bantu saya memasang dasi, Hanum. Sejak dulu saya memang tidak bisa memasang dasi sendiri, menurut saya sangat sulit dari pada membantu pasien melahirkan. Pagi ini saya ada meeting penting dengan para petinggi rumah sakit dan saya tidak sempat ke rumah ibu saya," ucap Fathan dengan tegas.
"Masuklah!" ucap Fathan yang diangguki ragu oleh Tri.
"Maaf ya, Dok!" ucap Tri berusaha membantu Fathan memakaikan dasinya tetapi tinggi Fathan membuat Tri kesusahan untuk memasangkannya.
Fathan yang paham menundukkan badannya hingga tubuhnya hampir tidak berjarak dengan Tri. Harum wangi tubuh Tri membuat Fathan panas dingin, hingga Fathan menarik tubuh Tri hingga menabrak dadanya.
"Dok..."
"Pasang saja dulu Hanum. Pinggang saya sakit jika harus menunduk seperti tadi," ucap Fathan beralibi.
Tri mengangguk dengan ragu. Dan dengan gemeter Tri fokus memasang dasi Fathan hingga terpasang dengan rapi.
"S-sudah, Dok!" ucap Tri dengan terbata.
Fathan yang tadinya fokus menatap wajah Tri kini beralih menatap ke arah dasinya dan ia tersenyum senang ketika dasi yang tadi ia coba pasang sendiri sudah terpasang dengan rapi karena bantuan Tri.
"Terima kasih, Hanum!" ucap Fathan dengsn lembut.
"Sama-sama, Dok!" ucap Tri dengan tersenyum.
"B-bisa turunkan saya sekarang, Dok? Cika menunggu saya di luar," ucap Tri dengan canggung karena posisinya sekarang berada di gendongan Fathan..
Fathan yang tersadar langsung menurunkan Tri dalam gendongannya karena tadi Fathan sengaja mengangkat Tri agar tingginya sama dengannya.
"Hanum!" panggil Fathan menatap Tri dengan dalam.
"Iya, Dok!" jawab Tri dengan pelan.
"Bekerja lah di rumah saya! Saya sudah membahas ini bersama dengan pak Alan dan beliau sudah mengizinkan kamu untuk tetap bekerja di rumah saya," ujar Fathan dengan serius.
Tri terdiam, ia tidak harus menjawab apa permintaan Fathan.
"Hanum!" panggil Fathan sekali lagi.
"Tapi, Dok. Saya tidak mungkin berpindah pekerjaan begitu saja. Pak Alan dan bu Ulan sudah sangat baik kepada saya," ucap Tri dengan tegas.
"Lihat saya, Hanum! Saya melakukan ini agar Cika semakin mendapatkan sosok mama dari kamu. Sebagai orang tua tunggal saya merasa menjadi papa yang gagal karena saya terlalu sibuk bekerja di rumah sakit! Kamu mau kan bekerja di rumah saya? Ini semua demi Cika!" ucap Fathan dengan serius.
"Dan demi saya, Hanum!" lanjut Fathan di dalam hati.
Tri menarik napasnya dengan perlahan. "Saya tidak bisa memutuskan hal sepenting ini dengan cepat, Dok. Saya harus bicara langsung kepada pak Alan dan bu Ulan," ucap Tri dengan tegas karena ia tidak mau dianggap seseorang yang lupa akan jasa majikannya yang sangat baik.
"Baiklah saya tunggu 3 hari ya. Kalau begitu ssya berangkat dulu, tolong jaga Cika dengan baik," ucap Fathan mencoba memahami posisi Tri sekarang.
"Iya, Dok."
Fathan dengan enggan keluar dari kamarnya. Ia ingin sekali mengurung Tri di kamarnya tetapi ini bukan waktu yang tepat untuk membuat Tri mendesah di bawah kuasanya.
"Tunggu saja saatnya, Sayang! Aku akan membuat kamu tidak bisa pergi dari hidupku!"
****
Setelah meeting selesai Fathan langsung ke ruangan Mentari. Di sana sudah ada Elang yang senantiasa menemani istrinya hingga keadaan Mentari berangsur-angsur membaik.
"Selamat siang Pak Elang! Bagaimana sudah ada perkembangan kesehatan bu Mentari?" tanya Fathan dengan ramah.
"Selamat siang, Dok! Alhamdulillah keadaan istri saya sudah mulai membaik, tetapi sampai sekarang belum sadarkan diri," ucap Elang dengan sendu.
Fathan memeriksa kandungan Mentari. Keadaan janinnya baik-baik saja, mungkin Mentari masih enggan membuka matanya karena kejadian yang hampir merenggut nyawanya karena sebuah siksaan dan tembakan yang mengenai punggungnya menyisakan trauma untuknya.
"Sabar, Pak! Saya juga sudah pernah mengalami hal yang sama seperti anda, istri saya meninggal saat melahirkan anak saya. Dirinya mengorbankan nyawanya untuk mempertahankan anak saya padahal dia tahu kanker terus menggerogoti tubuhnya. Sebagai seorang suami dan dokter kandungan untuk istri saya, saya merasa gagal menolong nyawa istri saya," ucap Fathan dengan lirih.
"Dan keadaan bu Mentari juga janinnya baik-baik saja, hanya tinggal menunggu waktu untuk menunggu bu Mentari sadar," jelas Fathan dengan pelan.
Elang tak menyangka jika kisah dokter Fathan sangat tragis ditinggal istrinya saat melahirkan karena kanker yang menggerogoti tubuh istri dokter Fathan.
"Saya turut berduka cita, Dok. Saya juga tidak ingin kehilangan istri saya di saat saya menyadari jika saya sangat mencintainya," ujar Elang dengan lirih.
Fathan menepuk punggung Elang dengan perlahan. "Terus ajak bu Mentari berbicara!" ucap Fathan dengan tegas.
Fathan melihat ke arah Mentari. "Aku seperti melihat Tika yang terbaring lemah saat ini. Sayang, semoga kamu tenang di sana!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜
modusss
2022-10-07
0
mbak i
Ojo kesusu pak dokter,,,sabar pelan pelan entar kabur hanumnya🙊🙊🙊
2022-03-13
1
🌈wury agustin 🍒🌈
gaskeun dok, desahdesahannyaaa
2022-03-09
1