...Jangan lupa tinggalkan jejak kakian ya!...
...Happy reading...
*****
"Lea, maaf kamu harus saya berhentikan sekarang juga. Ini uang pesangon untukmu," ucap Fathan dengan tegas saat memanggil Lea ke ruang kerjanya.
Lea menerima uang dari Fathan yang cukup banyak. Ada perasaan lega saat ia dipecat tetapi ada perasaan tidak rela ketika tidak bisa melihat wajah Fathan kembali karena setelah ini ia harus kembali ke yayasan.
"S-saya dipecat, Pak?" tanya Lea dengan terbata.
"Iya. Kamu tahu anak saya selalu rewel jika bersama kamu dan mungkin kamu juga sudah lelah menjaga Cika. Apa uang pesangon dari saya kurang?" tanya Fathan dengan datar.
"T-tidak, Pak. Ini sudah dari cukup. Saya tidak merasa lelah menjaga non Cika, Pak. Mungkin non Cika yang tidak nyaman dengan saya," ucap Lea dengan pelan.
Padahal di dalam hati Lea selalu mengeluh ketika Cika rewel. Tetapi di depan Fathan sekarang ia mengatakan tidak lelah menjaga Cika, dasar Lea!
"Baguslah! Sekarang kamu bisa keluar dari rumah saya!" ucap Fathan dengan tegas.
Dan dengan ragu Lea keluar dari ruangan Fathan. "Huhuhu senang sih dipecat dengan uang pesangon sebanyak ini. Tapi aku masih merasa tidak rela karena tidak bisa melihat wajah pak Fathan lagi," ujar Lea setelah keluar dari ruangan Fathan.
"Saya juga tidak rela kamu melihat wajah saya dengan penuh perasaan seperti itu. Ingat Lea saya tidak suka dengan seseorang seperti kamu! Berhenti menyukai saya atau kamu tidak lagi bisa bekerja di mana pun!" ucap Fathan dengan dingin.
Lea berjengkit kaget. Ia menjadi sangat takut ketika Fathan menatapnya dengan begitu dingin dan juga tajam. "M-maaf, Pak. Jangan lakukan itu kepada saya, Pak. Saya akan menurut asal Bapak tidak membuat saya menjadi pengangguran. Saya permisi, Pak!" ucap Lea dengan cepat.
Fathan menghela napasnya dengan perlahan saat melihat kepergian Lea dari rumahnya. Ia ssngat tahu Lea menyukainya tetapi Fathan sama sekali tidak tertarik dengan Lea ia hanya tertarik pada Tri.
"Lea sudah pergi. Kini giliranku untuk membujuk Hanum agar mau bekerja di sini," ucap Fathan dengan licik.
"Cika, ayo kita bertemu dengan mama! Sudah beberapa hari kita tidak bertemu dengannya dan rasanya sangat menyesakkan sekali," gumam Fathan dengan lirih.
Lalu Fathan menghampiri Cika yang sedang berada di kamar dan mengajak anaknya untuk kembali membuat Tri menyukai mereka.
*****
"Tri, ada dokter Fathan bersama dengan Cika mencari kamu," ucap Ulan saat ia baru saja pulang dari rumah sakit untuk menjaga Mentari yang keadaannya sudah mulai membaik.
"Hah? Dokter Fathan mencari saya, Bu?" tanya Tri dengan terkejut.
"Iya. Sepertinya Cika sakit," ucap Ulan dengan pelan.
"Apa? Sakit, Bu?" tanya Tri dengan panik.
Tri langsung berlari ke depan untuk melihat keadaan Cika. "Cika, Sayang!" panggil Tri dengan panik saat melihat Cika sangat lemas digendong Fathan.
"Mama," panggil Cika dengan lirih.
"Kamu kenapa, Nak? Dok, Cika kenapa?" tanya Tri beruntun menatap Fathan dan Cika secara bergantian.
"Cika demam, Hanum!" jawab Fathan dengan lembut.
Ya memang sejak semalam Cika demam dan terus memanggil nama Tri. Dan ini menjadi kesempatan agar Fathan bisa bertemu dengan Tri dan membujuk Tri agar mau bekerja di rumahnya dan tentu saja sudah diizinkan oleh Ulan.
"Sini sama Mama!" ucap Tri dengan cepat.
Cika sudah berada di gendongan Tri sekarang. Anak itu terlihat pendiam ketika sedang sakit yang membuat Tri merasa kasihan.
"Tri bisa ikut saya ke rumah? Saya butuh kamu untuk menjaga Cika," ucap Fathan dengan sarat akan memohon agar Tri mau ikut dengannya.
"Tapi..."
"Ikut saja, Tri. Pekerjaan rumah masih ada bibi yang lain, kamu jaga saja Cika," ucap Ulan menimpali.
"Apa tidak apa-apa Bu saya ikut dokter Fathan?" tanya Tri merasa tidak enak dengan pekerjaan yang lainnya.
"Tidak apa-apa. Yang lain pasti mengerti juga," ujar Ulan dengan lembut.
"Ya sudah. Saya ikut dokter Fathan," ucap Tri dengan pelan.
Fathan tersenyum senang dan berterima kasih tanpa suara ke arah Ulan yang sangat pengertian kepadanya.
"Bu, saya pergi dulu ya," ucap Tri yang diangguki oleh Ulan.
"Semoga kamu bahagia Tri!" doa Ulan dengan tulus.
****
Tri mengelus punggung Cika dengan sayang saat mereka sudah berada di rumah Fathan dan sekarang Tri sudah berada di kamar Cika untuk menemani Cika tidur.
"Mama tidak tahu kenapa Mama sangat menyayangimu, Sayang!" gumam Tri dengan pelan.
"Cepat sembuh Cika!" ucap Tri mengecup kening Cika dengan sayang.
Tanpa sepengetahuan Tri, Fathan melihat bagaimana kasih sayang Tri kepada anaknya dan Fathan menjadi terharu karenanya.
"Saya tidak salah memilih kamu untuk menjadi ibu sambung Cika," gumam Fathan dengan lirih.
Fathan perlahan masuk ke kamar Cika. "Sejak semalam Cika terus meminta ingin bertemu denganmu," ujar Fathan yang membuat Tri sedikit terkejut.
"Dokter," ucap Tri dengan cepat bangun dari posisinya sekarang.
"Tidur saja tidak apa-apa," ujar Fathan tersenyum tipis.
Tri tersenyum canggung. Ia terburu-buru terbangun karena gugup ada Fathan di kamar Cika.
"Menginaplah di sini. Saya sudah meminta izin kepada bu Ulan dan pak Alan," ucap Fathan.
"Tapi saya merasa tidak enak dengan bu Ulan dan yang lainnya, Dok!" ucap Tri dengan pelan.
"Saya tahu. Tetapi Cika sangat membutuhkan kamu," ujar Fathan dengan tegas. "Pasti yang lainnya sudah mengerti," lanjut Fathan.
Akhirnya Tri mengangguk setuju yang membuat Fathan hampir saja berteriak kesenangan. Namun, Fathan mampu menahan kesenangannya.
****
Malam harinya.
Tri merasa haus dan dirinya memutuskan untuk keluar dari kamar Cika menuju dapur.
Sepi...
Itulah yang Tri rasakan saat ini karena semua orang sudah tertidur kecuali Fathan yang masih berada di rumah sakit.
Setelah berada di dapur Tri mengambil gelas dan menuang air dingin ke dalam gelas. Akhirnya Tri merasa lega karena tenggorokannya sudah tidak kering lagi.
"Belum tidur?" tanya Fathan dengan tiba-tiba.
"Astaga, Dokter!" ucap Tri dengan mengelus dadanya.
Fathan tersenyum tipis. Ia ikut menuang air minum ke dalam gelas dan meneguknya dengan perlahan.
"Kapan dokter pulang?" tanya Tri dengan canggung.
"15 menit yang lalu, Hanum. Kamu kenapa jam segini berada di dapur?" tanya Fathan dengan lembut.
"Saya merasa haus, Dok!" jawab Tri.
Fathan mengangguk. Setelah itu keduanya saling terdiam satu sama lain, hingga Fathan memberanikan diri mendekat ke arah Tri.
"Hanum!" panggil Fathan dengan lirih.
"I-iya, Dok," jawab Tri dengan terbata.
"Tidurlah ini sudah malam," ucap Fathan dengan mengacak rambut Tri dengan lembut.
Tri menahan napasnya saat sosok Fathan sangat berjarak dekat dengannya. Apalagi saat Fathan mengacak rambutnya dengan lembut, jantungnya seakan seperti mau lepas dari tempatnya.
"Saya ke kamar Cika dulu, Dok!" ucap Tri dengan cepat.
Tetapi karena tidak hati-hati berjalan Tri hampir kesandung kakinya sendiri dan untung saja Fathan dengan sigap menarik pinggang Tri hingga kedua tubuh mereka berdempetan.
Jarak wajah Fathan dan Tri sangat dekat sekali bahkan kedua hidung mereka sudah saling bersentuhan. Dapat keduanya rasakan detak jantung masing-masing yang mulai menggila.
Aroma mint dari napas Fathan sangat terasa di indra penciuman Tri saat ini. Hingga keduanya tersadar dan saling melepaskan diri.
"Lain kali hati-hati, Hanum!"
"Maaf, Dok! Saya permisi!" ucap Tri dengan gugup dan berlari ke arah kamar Cika.
Fathan terkekeh melihat Tri yang begitu lucu baginya. "Untung tidak khilaf sekarang. Tapi besok-besok aku yakin tidak bisa menahannya kembali untuk merasakan bibirnya yang manis," gumam Fathan dengan terkekeh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
Sur Anastasya
lnjut n bikin cefet yatu dong tor
2022-08-15
0
Susilowati Wati
aduh kpn nih thor nyatu nya Tri sm hot daddy😅😅😅😅
2022-05-30
0
Mien Mey
ikonik nik d dunia halu kl ga tabrakan tersandung terjatuh kl dvdumi nyata mh yg ad bbk belur atw ga benjol.lah boro" ad yg gnteng nolongin😅😅😅
2022-05-27
1