...Double up. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya....
...Happy reading...
*****
Tri tertawa dengan gembira saat bermain dengan Cika di taman rumah sakit. Cika seperti magnet yang membuat Tri ingin terus mendekat ke arah Cika, wajah ceria Cika membuat Tri merasa bahagia, jiwa keibuannya seketika muncul ketika bersama dengan Cika.
Cika tertawa dengan riang saat meniup gelembung sabun dan gelembung sabun itu beterbangan di udara. "Mama, Cika bahagia hari ini bisa bermain bersama Mama," ucap Cika dengan bahagia.
"Cika, Tante bisa minta tolong tidak jangan panggil Tante itu mama. Tante tidak enak dengan papa kamu," ucap Tri tidak enak hati
Cika menunduk dengan sedih. "Kenapa? Tante malu ya punya anak seperti Cika? Padahal Cika cuma mau punya mama. Salah Cika apa Tante sampai Allah saja mengambil mama Cika waktu melahirkan Cika?" tanya Cika dengan lirih.
Tri mendekat ke arah Cika. Ia menjadi merasa bersalah sekarang kepada anak kecil yang hari ini sudah membuatnya bahagia. Tri memeluk Cika dengan erat. "Maafkan Tante ya. Emmm Cika boleh kok panggil Tante dengan sebutan mama deh," ucap Tri dengan tersenyum.
"Yeee... Terima kasih, Mama. Cika sayang sama Mama," ucap Cika memeluk Tri erat.
"Sama-sama, Sayang!" ucap Tri mencubit pipi Cika dengan gemas membuat Cika tertawa.
Fathan menyaksikan kebahagiaan anaknya saat ini. Ia menjadi ikut bahagia karenanya. "Aku tidak salah memilih kamu Hanum," gumam Fathan dengan pelan.
Fathan menghampiri Tri dan Cika yang sedang duduk di rumput. Ia duduk di sebelah Tri yang membuat Tri sedikit terkejut dengan kedatangan Fathan.
"D-dokter bikin kaget saya saja," ucap Tri dengan mengelus dadanya.
Fathan tersenyum tipis. "Maaf saya tidak sengaja," seru Fathan dengan lembut.
"Pa, kapan Papa dan Mama menikah?" tanya Cika dengan polosnya.
"Uhuk..uhuk..." Tri dan Fathan sama-sama terbatuk saat mendengar ucapan Cika yang begitu polosnya.
"Cie batuk saja kompak," ucap Cika menggoda Tri dan papanya.
"Maafkan kepolosan Cika ya," ucap Fathan dengan canggung padahal di dalam hati ia merasa bahagia jika bisa secepatnya menikah dengan Tri.
"I-iya, Dok," jawab Tri dengan gugup dan wajah memerah menahan malu.
Kedua mata mereka tidak sengaja saling memandang membuat degup jantung keduanya menggila. "Sial, matanya benar-benar sangat menghayutkan," gumam Fathan di dalam hati.
"Ya Tuhan... Tatapan dokter Fathan membuatku sangat gugup sekali," gumam Tri di dalam hatinya.
Tri yang tidak ingin semakin hanyut dengan tatapan Fathan memutuskan kontak mata di antara dirinya dan Fathan. Dirinya menyibukkan diri dengan Cika yang asyik bermain gelembung sabun.
Setelah puas bermain kini Cika sudah tertidur di gendongan Tri. Anak perempuan itu sudah terlihat sangat lelah sekali.
"Kasihan anak Papa sampai ketiduran karena asyik bermain," ucap Fathan dengan mengelus pipi Cika.
Bagi yang tidak tahu siapa Fathan dan Tri, mereka pasti menganggap jika keduanya adalah sepasang suami istri yang terlihat sangat bahagia sekali.
"Hanum, sini biar Cika saya gendong," ucap Fathan dengan lembut.
Tri mengangguk dan membiarkan Fathan mengambil ahli Cika dari gendongannya. Mengapa Tri merasa tidak rela jika berjauhan dengan Cika? Ada apa ini? Tri merasa ingin selalu bersama dengan Cika.
"Hanum, saya bisa minta tolong sekali lagi untuk bawa tas Cika? Saya harus membawa Cika pulang," ucap Fathan.
"Bisa, Dok!" jawab Tri dengan cepat.
"Terima kasih, Hanum!"
"Sama-sama, Dok!"
****
"Mama ikut Cika," rengek Cika ketika ia terbangun begitu saja saat Fathan meletakkannya di kursi penumpang.
"Sayang, mama tidak bisa ikut kita," ujar Fathan memberi pengertian walau di dalam hatinya ia sangat ingin Tri ikut bersamanya.
"Mama harus ikut kita, Pa!" rengek Cika yang membuat Fathan menatap Tri yang terlihat bingung.
"Hanum, sudah berkali-kali saya minta tolong ke kamu hari. Dan ini permintaan Cika, bisakah kamu ikut dengan saya?" tanya Fathan dengan pelan.
"T-tapi, Dok. Saya harus menemani majikan saya di sini," ucap Tri menolak dengan halus.
"Mama ikut Cika please!" rengek Cika yang membuat Tri semakin tidak tega dan semakin merasa bimbang.
"Gini saja. Kamu ikut saya nanti saya yang akan meminta izin kepada majikan kamu ya! Tenang saja mereka pasti akan mengizinkan kamu ikut bersama dengan saya," ucap Fathan pada akhirnya.
"Ya sudah, Dok," ucap Tri tersenyum canggung.
Dalam hati Fathan bersorak senang. Akhirnya ia bisa membawa Tri ke rumahnya.
"Yeee..ayo Mama masuk!" ucap Cika dengan senang.
Tri mengangguk, ia masuk ke dalam mobil Fathan dan dengan perhatiannya Fathan melindungi kepala Tri agar tidak terkena pinggiran mobil. Lagi dan lagi perhatian kecil Fathan mampu membuat hatinya meleleh.
Fathan dan Tri saling diam saat mobil Fathan sudah jalan. Sedangkan Cika sudah tertidur kembali di pangkuan Tri.
"Dok, apa tidak apa-apa saya ikut Dokter?" tanya Tri dengan hati-hati.
Fathan menatap Tri sekilas. "Tidak apa-apa. Saya dan Cika hanya tinggal ber-empat saja. Saya, Cika, pembantu, dan satpam. baby sitter Cika datang pagi dan pulang saat saya sudah di rumah," jawab Fathan dengan tersenyum.
"Tapi saya merasa tidak enak, Dok," ucap Tri dengan lirih.
"Tidak perlu merasa begitu. Saya bahagia hari ini karena Cika bahagia bersama kamu, Cika itu sangat susah dekat dengan orang lain bahkan saya sering berganti baby sitter untuk Cika," ucap Fathan dengan jujur.
"Tapi kenapa Cika bisa akrab dengan saya?" tanya Tri dengan serius.
"Karena kamu mirip dengan mamanya," jawab Fathan yang membuat Tri mematung.
"M-mirip?"
"J-jadi karena saya mirip istri dokter Cika memanggil saya mama?" tanya Tri terkekeh sedih.
Fathan mengendarai mobilnya masuk ke perkarangan rumahnya. Ia mematikan mesin mobilnya sebelum berbicara dengan Tri.
"Tapi bukan itu alasan utamanya. Kamu tahu apa yang membuat anak saya bisa nyaman sekali dengan kamu?" tanya Fathan dengan serius.
Tri menggelengkan kepalanya. "Tidak, Dok!" jawab Tri dengan pelan.
"Karena kamu mempunyai jiwa keibuan yang tidak pernah Cika dapatkan dari siapa pun!" jawab Fathan dengan tegas.
"Dan karena kamu juga wanita yang saya cintai," gumam Fathan di dalam hati.
Deg...
Mata Tri berkaca-kaca menatap Cika yang tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu. "S-saya sangat senang bisa kenal dengan Cika," ujar Tri dengan tersenyum manis yang membuat Fathan tersenyum.
"Kalau begitu jadilah mama yang di harapkan Cika!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
Dandelion
gas lah bang fathan pepet trs neng hanum
2023-02-18
0
💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜
Dokter Fathan gerak cepat yaa...
suka dehhh 😍
2022-10-07
0
💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2022-10-07
0