...Double up malam ini. Bom like dong biar aku semangat. ...
...Happy reading...
****
Fathan menyesap kopinya dengan perlahan. Pikirannya berkecamuk dengan ucapan sang mama yang menyuruhnya untuk menikah dengan Tiara. Fathan menghembuskan napasnya dengan kasar, tidak mungkin ia menikah dengan Tiara karena Fathan sama sekali tidak memiliki rasa untuk adik iparnya tersebut.
Perkataan mamanya mampu membuat Fathan terus kepikiran tentang Tiara yang akan kembali ke Jakarta dan pasti wanita itu menyetujui perjodohan mereka karena Tiara tidak pernah membantah ucapan kedua orang tuanya.
Ini malam kedua setelah kedatangan mamanya dan Fathan semakin gelisah karena hari semakin dekat di mana Tiara akan pulang ke Jakarta.
"Bagaimana caranya agar mama setuju dengan pilihanku?" gumam Fathan dengan lirih.
"Dok!" panggil Tri dengan pelan tapi masih membuat Fathan terkejut.
"Astaga, Hanum! Untung saya tidak jantungan," ucap Fathan dengan mengelus dadanya.
Tri tersenyum, baru kali ini ia melihat dokter Fathan melamun dan sampai terkejut dengan kedatangannya. Dua hari ia memperhatikan Fathan dan dirinya merasa ada yang berbeda dengan Fathan, pria itu lebih banyak melamun dan terdiam seperti ini. Ada apa dengan Fathan? Kenapa Tri menjadi sangat khawatir dengan Fathan yang seperti ini?
"Duduk!" ucap Fathan menepuk sofa yang kosong di sampingnya dan menyuruh Tri duduk di sebelahnya.
Dengan ragu Tri duduk di sebelah Fathan. "Kenapa belum tidur?" tanya Fathan dengan mata yang menatap ke arah televisi. Tidak ada yang menarik sebenarnya tetapi Fathan sengaja melakukan itu agar pandangannya tidak ke arah tubuh Tri yang memakai gaun tidur tipis.
"Haus, Dok. Jadi kebangun," ujar Tri dengan pelan. "Dokter sendiri kenapa belum tidur?" ucap Tri berbalik tanya ke arah Fathan.
Fathan menghela napasnya dengan perlahan. "Tidak bisa tidur," jawab Fathan seadanya.
Fathan menyesap kopinya sekali lagi, setelah itu dia menatap Tri dengan dalam.
Glukk...
Fathan menelan ludahnya dengan kasar saat melihat ke arah Tri yang membuat tubuhnya panas dingin sekarang. Fathan berdehem dan mulai fokus ke arah televisinya, tetapi itu tidak bertahan lama karena matanya terus melirik ke arah Tri.
"Hanum!" panggil Fathan dengan suara beratnya.
"Iya, Dok!" jawab Tri dengan lembut.
"Kamu ingin menikah tidak?" tanya Fathan dengan serius.
"N-nikah, Dok?" tanya Tri dengan terkekeh.
Fathan mengangguk. "Iya menikah! Mau tidak?" tanya Fathan.
Tri tertawa lirih. "Ya mau, Dok. Tapi rasanya tidak mungkin karena saya sudah tiga kali gagal menikah," sahut Tri dengan lirih.
"Lagian mana ada yang mau dengan wanita seperti saya. Perawan tua dan tidak laku," ujar Tri dengan miris.
"Ada!" ucap Fathan dengan cepat.
Tri mematung dan menatap Fathan dengan serius. "Siapa?" tanya Tri dengan pelan.
"Saya!" jawab Fathan dengan serius.
Tri terdiam dam sedetik kemudian ia tertawa merasa lucu dengan jawaban Fathan yang menurutnya sama sekali tidak mungkin. "Dokter ini bercanda hahaha," ucap Tri dengan tertawa.
"Hanum, tatap mata saya! Apa saya terlihat sedang bercanda sekarang?" tanya Fathan dengan tegas.
Tri langsung terdiam menatap ke arah mata Fathan. Jantungnya berdetak sangat cepat kala Fathan juga menatapnya dengan sangat dalam.
"K-kenapa?" tanya Tri dengan terbata.
"Tidak ada alasan! Yang pasti saya menyukai kamu. Banyak wanita yang terang-terangan mencari perhatian saya tetapi saya sama sekali tidak tertarik dan saat saya melihat kamu untuk pertama kalinya saya kembali tertarik dengan wanita setelah 5 tahun kepergian istri saya. Hati saya yang sudah lama mati kini kembali merasakan cinta, dan itu karena kamu!" ujar Fathan dengan serius.
Tri terdiam, ia tidak tahu harus berkata apa. Di satu sisi dirinya sangat senang dan di sisi lain ia merasa tidak pantas. Bagaimana mungkin seorang majikan jatuh cinta dengan pembantunya sendiri? Tidak ada! Karena tidak ada hal yang istimewa di dalam dirinya.
"S-saya harus kembali ke kamar Cika!" ucap Tri dengan terbata.
Di saat Tri ingin bangun dari duduknya. Fathan menarik tangan Tri hingga wanita itu terjatuh di pelukan Fathan. Detak jantung keduanya menggila, mata mereka saling mengunci hingga keduanya terdiam. Fathan memberanikan diri mengelus pipi Tri dengan lembut, ia tersenyum tipis dengan tatapan mata yang sangat mendamba akan Tri.
Perlahan Fathan mendekatkan wajahnya ke arah wajah Tri hingga bibir keduanya kembali bertemu.
Cup...
"Hanum, kamu tahu? Hanya kamu yang aku ingin, tidak ada yang lain!" bisik Fathan dengan lirih. Setelah itu Fathan kembali mengusai bibir Tri dan tidak membiarkan wanita itu bersuara untuk menolaknya. Dengan cara apapun Fathan akan membuat Tri menjadi miliknya walau kedua orang tuanya menentang keputusannya.
Fathan memangku Tri dengan tautan bibir mereka yang tidak terlepas. Decapan kedua bibir mereka terdengar di malam yang sunyi seperti ini.
Tangan Fathan tak tinggal diam, ia merem*s bok*ng Tri dengan gemas. Hingga Tri melenguh nikmat.
"Ahhhh...."
"Katakan jika kamu juga menginginkan saya, Hanum!" ucap Fathan dengan serak.
"Ahhh...ouuhh..." Tri memejamkan matanya saat tangan Fathan mengelus pahanya dengan lembut membuat Tri gemetar menahan sesuatu yang mendesak ingin keluar dari pusat tubuhnya saat ini.
"Hanum, katakan!" desak Fathan dengan tangan yang terus bermain di area goa lembab milik Tri yang masih terbungkus itu.
"S-saya...ahhh!" ucap Tri dengan tertahan. "Saya mohon jangan permainkan saya seperti ini, Dok!" ucap Tri dengan wajah yang memerah.
Fathan membalikkan tubuh Tri hingga membelakanginya. Ia mengecup leher Tri perlahan yang membuat Tri semakin tersiksa.
"D-dok!" ucap Tri mencegah tangan Fathan yang hendak masuk ke goa lembabnya yang masih terhalang benda segitiga di sana. Dan tangan yang satu lagi sudah memainkan gunung kembar milik Tri.
Dapat Tri rasakan saat ini milik Fathan sudah menegang sempurna dan terkena bok*ngnya saat ini yang membuat Tri kembali mendesah nikmat. Ia benar-benar menginginkan sentuhan lebih dari Fathan.
"Kamu mau saya seperti apa, Hanum?" tanya Fathan dengan serak.
"Saya mohon jangan siksa saya seperti ini, Dok!" pinta Tri dengan lirih, dengan kaki yang terus bergerak gelisah.
Tangan Fathan berhasil menyingkirkan benda segitiga yang Tri pakai. "Kamu juga menyukai sentuhan saya, hanum!" ucap Fathan saat merasakan milik Tri sudah basah.
"Katakan dengan jujur!" ucap Fathan dengan menggerakkan jarinya perlahan di sana.
"I-iya...ouhhhh..."
Fathan menyeringai saat Tri mengakui semuanya. Gairah dan hasratnya kembali meninggi karena pengakuan Tri. Fathan menggerakkan tangannya keluar masuk ke goa lembab Tri hingga wanita itu terus mengerang nikmat karena perbuatan Fathan hingga tidak lama tubuh Tri bergetar dengan hebat, ia sudah mendapatkan pelepasannya karena perbuatan tangan Fathan. Ini baru jari yang masuk lalu bagaimana jika junior Fathan yang masuk? Pasti rasanya lebih nikmat dari pada ini.
"Mulai malam ini kamu milik saya, Hanum!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
Susilowati Wati
ihhhh pak dokter gemes dehhh🤣🤣🤣🤣
2022-05-30
0
Queen
akhirnya kena juga si tri 👍
2022-03-15
2
Reniawati
wah si duda mau belah duren,Hanum kan msh perawan 🤣🤣🤣
2022-03-15
2