...Jangan lupa ramein part ini ya supaya aku semangat buat update, masih sedikit nih yang fav, like, dan koment. Ayo ramein dong!...
...Happy reading...
****
"Kalau begitu jadilah mama yang di harapkan Cika!" ujar Fathan dengan serius.
Diam!
Tri mencerna ucapan Fathan dengan kening yang berkerut. "Apa maksud Dokter?" tanya Tri dengan bingung.
Fathan menghela napasnya, ternyata Tri sama sekali tidak memahami ucapannya. Sebaiknya Fathan jangan terlalu terburu-buru untuk mengikat Tri masuk ke dalam kehidupannya.
"Maksud saya kamu bisa menganggap Cika sebagai anak kamu dan dengan begitu Cika merasa mempunyai mama," jelas Fathan dengan tegas.
Tri tersenyum. "Emangnya saya boleh menganggap Cika sebagai anak saya, Dok?" tanya Tri dengan menatap Fathan serius.
"Boleh. Asal..." Fathan menggantungkan ucapannya yang membuat Tri menjadi menahan napas.
"Asal?" tanya Tri dengan pelan.
"Kamu bisa menjadi mama yang baik untuk Cika asal kamu bisa menjaga Cika," ucap Fathan dengan tegas.
"Maksudnya, Dok?" tanya Tri yang memang belum paham.
"Begini, Cika nyaman dengan kamu. Saya minta kamu menjaga Cika saat saya bekerja di rumah sakit," ujar Fathan dengan serius.
"Dok, saya tidak bisa menjaga Cika karena saya sudah bekerja bersama dengan pak Alan dan bu Ulan," ucap Tri menjelaskan dengan lembut.
Fathan bersandar di sandaran kursi mobil. Tatapannya lurus ke depan seakan sedang berpikir dengan keras. "Sekarang kita masuk dulu. Nanti saya pikirkan lagi," ucap Fathan pada akhirnya.
"Sebentar saya bukakan pintu dulu," ucap Fathan dengan tegas.
Fathan membukakan pintu untuk Tri. Ia mengambil ahli Cika, anaknya itu sudah tertidur pulas di dalam pangkuan Tri.
"Ayo masuk!" seru Fathan yang diangguki oleh Tri.
Tri dengan ragu masuk ke dalam rumah Fathan. Matanya menatap seluruh isi rumah Fathan dengan takjub, dan matanya tertuju pada bingkai foto antara Fathan dan seorang wanita yang sangat cantik. Di dalam foto itu keduanya tampak tersenyum bahagia dengan Fathan yang memegang perut buncit wanita itu. Tri menduga wanita yang berada di foto tersebut adalah istri dari dokter FathanFathan yang sedang hamil Cika waktu dulu.
"Wanita itu adalah mendiang istri saya," ucap Fathan setelah membawa Cika ke kamarnya.
Tri sangat terkejut dengan kedatangan Fathan yang sudah berada di sampingnya. "Cantik," gumam Tri dengan tersenyum.
"Ya dia sangat cantik sekali bahkan setelah kepergiannya saya tidak bisa memikirkan wanita lain. Tetapi sekarang saya merasakan cinta kembali kepada seseorang wanita," gumam Fathan memandang Tri dengan dalam.
"Wah sangat beruntung sekali wanita yang dicintai dokter Fathan," ucap Tri dengan tersenyum padahal di dalam hatinya merasa sakit karena ternyata dokter Fathan sudah mencintai wanita lain.
"Saya yang beruntung bisa mengenalnya," ujar Fathan dengan serius.
Tri terdiam, ia tidak tahu membalas apa lagi ucapan Fathan. Ia menjadi sangat canggung sekarang. "Ternyata dokter Fathan sudah mempunyai kekasih. Seharusnya kamu tidak banyak berharap Tri! Tiga lelaki yang ingin menikahimu saja memutuskan pernikahan kalian dengan sepihak, kamu tidak pantas untuk dokter Fathan! Jangan banyak berharap Tri!" ucap Tri di dalam hatinya.
"Kamu duduk dulu. Biar bibi memberikanmu minum," ucap Fathan dengan perhatian.
"Tidak usah, Dok. Sebaiknya saya pulang saja karena Cika juga sudah tidur, dan pekerjaan saya masih banyak," ucap Tri dengan sopan.
"Sebaiknya kamu di sini dulu. Saya takut ketika Cika terbangun dia akan menangis karena tidak melihat kamu di rumah ini," ucap Fathan yang mencoba menahan Tri agar lebih lama di rumahnya.
"Saya tidak bisa berlama-lama, Dok. Saya takut majikan saya mencari saya," ucap Tri dengan sopan.
Fathan tidak bisa menahan Tri lebih lama lagi. "Baiklah kalau begitu saya antar," ujar Fathan dengan tegas.
"Tidak usah, Dok. Nanti Cika tidak ada yang menemani, saya bisa pulang sendiri," ucap Tri dengan sopan.
"Saya tidak menerima penolakan, Hanum! Cika biar bibi yang menjaga. Ayo kamu saya antar," ucap Fathan dengan tegas.
"T-tapi..."
"Bi Sumi, tolong jaga Cika ya! Saya akan mengantarkan Hanum pulang," teriak Fathan yang membuat Tri tidak bisa menolak kebaikan dokter Fathan yang akan mengantarkannya pulang.
"Baik, Pak!" jawab Bi Sumi dengan tersenyum senang karena melihat majikannya membawa seorang wanita pulang ke rumah ini setelah 5 tahun menyendiri.
"Ayo!" ucap Fathan menarik tangan Tri dengan lembut.
Deg...
Jantung Tri berdetak sangat kencang ketika tangan dokter Fathan menggenggam pergelangan tangannya dengan erat, ia merasa pipinya memanaa sekarang. "Ya Tuhan... Tolong jantungku seperti ingin copot dari tempatnya," gumam Tri dengan lirih.
"Maaf, Dok! Tangan saya," ucap Tri melihat ke arah tangannya yang digenggam oleh Fathan.
"Sorry, saya refleks," ucap Fathan melepaskan tangannya dari tangan Tri.
Dan kedua orang itu merasa kehilangan saat tangan Fathan terlepas dari tangan Tri. "Kenapa aku merasa kehilangan kehangatan ya?" gumam Tri dengan lirih.
"Kenapa aku menjadi sangat tidak rela melapas genggaman tanganku pada Tri?" gumam Fathan di dalam hati.
******
"Bu, maafkan Tri yang pulang terlambat," ucap Tri merasa tak enak hati kepada Ulan.
Ulan menatap Tri dan dokter Fathan secara bergantian setelah itu ia tersenyum geli kepada dua orang tersebut. "Tidak apa-apa, Tri," ucap Ulan dengan lembut.
"Maaf, Bu. Saya yang membawa Tri ke rumah saya karena anak saya ingin Tri ikut bersama kami," ucap Fathan dengan tegas.
"Saya mengerti, Dok. Silahkan masuk dulu kebetulan suami saya sudah ada di rumah," ucap Ulan dengan sopan.
"Tri ke dapur ya, Bu," ucap Tri dengan sopan. "Dokter Fathan terima kasih sudah mengantarkan saya," ucap Tri dengan lembut.
"Iya Tri. Jangan lupa buatkan minum untuk dokter Fathan karena dokter Fathan akan mengobrol bersama dengan bapak mengenai Mentari," ucap Ulan dengan lembut.
"Baik, Bu. Permisi!" ucap Tri dengan sopan.
Sepeninggal Tri ke dapur, Ulan menatap Fathan dengan serius. "Sepertinya dokter menyukai Tri? Benar begitu?" tanya Ulan dengan serius.
Fathan terkejut dengan pertanyaan Ulan setelah itu ia tersenyum ke arah Ulan. "Apa saya terlihat sangat jelas menyukai ART, Ibu?" tanya Fathan dengan serius.
"Sangat! Mata anda yang menjawab semuanya, Dok! Saya sangat senang jika ada lelaki yang menyukai Tri karena Tri sudah 3 kali gagal menikah," ujar Ulan dengan sendu.
"A-apa tiga kali gagal menikah, Bu? Ini serius?" tanya Fathan dengan syok.
"Benar, Dok. Cerita lebih jelasnya anda bisa bertanya kepada Tri sendiri," jawab Ulan dengan tersenyum tipis.
"Sebelum kita mengobrol serius tentang Mentari. Apakah saya boleh bertanya?" tanya Fathan dengan tegas.
"Apa itu?" tanya Ulan dengan penasaran.
"Bolehkah Tri bekerja dengan saya? Tentu anda paham yang saya maksud bukan? Saya ingin mengenal Tri lebih jauh," ucap Fathan dengan serius.
Ulan terkekeh. "Sebegitunya Dokter sangat menginginkan Tri?" tanya Ulan.
Fathan mengangguk. "Yaps... Sangat menginginkannya, Bu!" jawab Fathan dengan mantap.
Ulan menepuk punggung Fathan dengan pelan. "Saya akan bantu!" jawab Ulan yang membuat Fathan tersenyum senang.
Sebentar lagi Tri akan dalam jangkauan matanya.Dan saat itu tiba Fathan tidak akan pernah melepaskan Tri apapun keadaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
Lyla.99
lajut thor❤️❤️❤️
2022-03-05
1
Jumaedar Medar
gasssskan
2022-03-05
3
Queen
dpt bantuan si fathan 😁😁
2022-03-05
2