...Aku double up nih. Jangan lupa ramaikan part ini ya. Dan jangan lupa bom komentarnya dong biar aku tambah semangat....
...Happy reading...
****
Ini sudah 5 hari berlalu setelah kejadian di mana Tri menyerahkan mahkota berharganya kepada Fathan kini mereka semakin dekat bak suami istri yang hidup bahagia. Walaupun begitu Tri masih merasa jika Fathan tidak serius dengannya karena Fathan belum meresmikan hubungan mereka kepada kedua orang Fathan dan kedua orang tuanya. Tri tidak mengetahui jika Fathan sedang melindungi dirinya dari mamanya sendiri sehingga Fathan masih menyembunyikan hubungan mereka.
"Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Tri dengan pipi yang bersemu merah.
Saat ini keduanya sedang berada di dalam kamar setelah Fathan meminta jatah paginya kepada Tri. Fathan menarik pinggang Tri agar semakin menempel kepadanya, ia menyatukan keningnya dengan kening Tri.
"Saya tahu kamu sedang memikirkan jika saya tidak serius denganmu karena saya belum mengenalkanmu secara resmi kepada kedua orang tuaku. Saya mohon bersabarlah, saya pasti akan melakukan itu," ucap Fathan dengan tegas.
"Aku akan sabar menunggu Mas," sahut Tri dengan memaksakan senyumannya.
Cup...
Fathan mengecup bibir Tri dengan perlahan. Fathan mengerti jika Tri sedang dalam keadaan gundah karena dirinya tak kunjung mengenalkan Tri kepada kedua orang tuanya.
Tri membalas ciuman Fathan dengan perlahan. Hingga Fathan melepaskan ciuman mereka karena dirinya harus bekerja walau sebenarnya Fathan tidak ingin meranjak dari kamarnya.
"Tidak usah takut saya akan mengenalkan kamu," ucap Fathan dengan lembut.
Tri mengangguk walau di dalam hatinya masih terselip rasa bimbang dirinya kepada Fathan. Bukankah ia harus percaya kepada calon suaminya ini yang sudah merenggut kesuciannya? Hubungan terlarang mereka pasti akan membuahkan hasil yang sangat manis, Tri percaya itu.
Sekali lagi Fathan mengecup kening Tri dengan lembut. Tri tersenyum tipis dan membantu Fathan memakai jas dokternya. "Aku boleh mengajak Cika ke rumah bu Ulan? Aku ingin mengunjungi mereka," izin Tri dengan pelan karena bagaimana pun Tri tidak ingin seenaknya saja walau Fathan membebaskan dirinya dalam hal apapun.
"Boleh. Supir yang akan mengantarkan kalian nanti," jawab Fathan dengan lembut. "Oo iya... Saya sudah membelikanmu pakaian dan sudah tertata rapi di dalam lemari. Pakai saat nanti kamu pergi. Calon istri dokter harus terlihat elegan," ucap Fathan dengan tersenyum.
"Lagi? Pakaian yang Mas berikan lusa belum aku pakai semua dan Mas sudah membelikan aku pakaian lagi?" ujar Tri dengan tidak percayanya dengan Fathan yang terlalu royal kepadanya. Fathan terlalu menghambur-hambuskan uang untuk hal yang tidak terlalu penting, padahal pakaiannya masih bagus walau tidak sebagus dengan pakaian yang Fathan berikan kepadanya tetapi tetap saja Tri merasa tidak enak karena ia merasa tidak berhak menerima semuanya apalagi Fathan memberikan dirinya perhiasan juga serta barang-barang mewah, bukannya senang memakainya Tri malah merasa takut untuk memakai pemberian Fathan yang sangat berlebihan menurut Tri.
"Iya, itu saja belum cukup, Hanum. Saya ingin memberikan yang terbaik untukmu," ucap Fathan dengan tegas.
"T-tapi Mas..."
"Sssttt...Jangan menolak pemberian saya karena saya tulus memberikan semuanya ke kamu," ucap Fathan menyela ucapan Tri. "Saya akan pulang terlambat. Tunggu saya malam ini," lanjut Fathan dengan mengedipkan matanya ke arah Tri.
Tri hanya bisa mendesah dengan pasrah. Ia akan menerima semua pemberian Fathan tetapi ia yakin tidak semuanya akan ia pakai karena Fathan juga memberikan dirinya gaun malam yang sangat tipis hingga Tri merinding hanya melihat gaun tipis itu terpajang di dalam lemari. "Hati-hati, Mas!" ucap Tri dengan tersenyum manis.
"Iya, Hanum. Saya akan ke kamar Cika bentar. Beberapa hari ini Cika benar-benar menurut dengan ucapan saya agar tidak menganggu aktivitas kita dan saya sangat bangga kepadanya," ujar Fathan dengan tersenyum senang tetapi tidak dengan Tri yang merasa malu karena mengingat Cika pernah bertanya kepadanya tentang olahraga yang ia lakukan setiap malam hingga membuat dirinya bangun kesiangan. Bukankah olahraga yang ia lakukan sangat menguras tenaga tetapi sangat nikmat? Ahhh...kenapa bisa pikiran mes*mnya muncul di saat seperti ini? Benar-benar tidak beres! pikir Tri yang mulai aneh.
Tri menatap kepergian Fathan dengan pandangan yang sulit diartikan. Bukankah ia terlihat seperti istri yang sangat setia? Melayani suaminya dengan sangat baik? Namun sayang, Tri hanyalah kekasih simpanan Fathan yang entah kapan terpublikasikan kepada keluarga Fathan. Ia takut kejadian di mana calon suaminya membatalkan pernikahan mereka dengan sepihak. itu kembali terjadi lagi kepada dirinya saat ini.Tri sudah terlanjur memberikan seluruh hatinya kepada Fathan, jika dulu dirinya bisa setegar itu maka saat kehilangan Fathan mungkin Tri tidak akan setegar dulu.
"Aku akan menunggu saat itu tiba, Mas. Jika itu terjadi maka aku akan menjadi wanita yang sangat beruntung. Aku dan mbak Tika adalah orang yang beruntung bisa memiliki kamu. Apakah kamu juga merasa seberuntung itu memiliki aku, Mas?"
*****
Fathan berjalan melewati lorong demi lorong di rumah sakit hingga ia sampai di ruangannya sendiri. Hari ini ia akan memeriksa beberapa pasien termasuk Mentari yang sudah kembali sehat.
"Sus, jadwal saya hari ini banyak tidak?" tanya Fathan saat melihat suster sedang membersihkan tempat kerjanya.
"Lumayan, Dok. Ada beberapa pasien yang hanya ingin diperiksa oleh dokter termasuk ibu Mentari," jawab Suster dengan tersenyum.
"Oke. Segera persiapkan semua karena hari ini saya ingin segera selesai," ucap Fathan dengan tegas.
"Baik, Dok!" jawab Suster dengan sopan.
"Oo iya, Dok. Ada yang mencari anda tadi," ujar suster tersebut dengan sopan.
"Siapa?" tanya Fathan.
"Saya kurang tahu, Dok. Sepertinya seorang dokter juga," jawab Suster tersebut dengan tenang mengikuti langkah tegas Fathan ke dalam ruang pemeriksaan.
Fathan berpikir. Apakah itu Tiara? Karena Tiara akan kembali ke Jakarta dan kalau tidak salah ini adalah waktu di mana Tiara kembali. Tetapi walaupun Tiara kembali, Fathan tidak ingin ambil pusing karena menghadapi Tiara tidak sesulit menghadapi kedua orang tuanya.
"Jika ada yang mencari saya bilang saja saya sedang sibuk memeriksa pasien!" ucap Fathan dengan tegas.
"Baik, Dok!"
Fathan memasuki ruang pemeriksaan, ternyata sudah banyak yang menunggunya. Ia tidai habis pikir kenapa para ibu hamil sangat suka diperiksa olehnya padahal banyak dokter kandungan wanita di rumah sakit ini. Tidak lama setelah nomor antriannya di sebutkan masuklah Mentari dengan Elang.
"Selamat pagi Elang dan Mentari," sapa Fathan dengan ramah.
"Selamat pagi, Dok," balas keduanya tak kalah ramah.
"Bagaimana? Apa ada keluhan?" tanya Fathan kepada Mentari.
"Iya, Dok. Saya mudah lelah dan mengantuk," jawab Mentari dengan tersenyum.
"Itu adalah hal wajar. Nanti saya akan berikan vitamin. Oke, kita periksa dulu calon bayinya," ucap Fathan dengan tegas.
"Baik, Dok."
Suster membantu Mentari agar berbaring di ranjang. Fathan dengan sangat profesionalnya memeriksa kandungan Mentari.
Layar monitor sudah menampilkan gambar calon anak Mentari dan Elang. Elang memperhatikan dengan sangat teliti, matanya penih dengan binar bahagia karena sebentar lagi dirinya akan menjadi seorang ayah.
"Lihat titik ini. Ini adalah calon anak kalian dan semuanya sehat, tidak ada yang harus di khawatirkan," ujar Fathan dengan tegas.
"Emm Dok. Apakah kami tetap boleh melakukan hubungan suami istri?" tanya Elang dengan hati-hati.
Mentari mencubit tangan suami karena dirinya merasa malu dengan Fathan karena pertanyaan suaminya yang membuat Elang sedikit meringis.
Fathan terkekeh. "Boleh. Asal melakukannya dengan lembut, hentakannya jangan kasar sehingga bisa membuat janin merasa tidak nyaman," ujar Fathan.
Elang tersenyum senang. "Terima kasih sarannya, Dok!" ucap Elang dengan sumringah.
"Sama-sama. Ini sudah selesai. Mentari bisa bangun dan kembali duduk di sana, saya akan memberikan resep vitamin untuk istri anda," ucap Fathan dengan tegas.
Mentari bangun dan kembali ke kursinya tadi dengan Elang yang berada di sebelahnya.
"Ini resepnya dan bisa langsung ditebus di bagian farmasi," ujar Fathan.
"Terima kasih, Dok. Kalau begitu kami permisi!"
"Sama-sama!"
Setelah Mentari dan Elang keluar. Fathan kembali memeriksa pasiennya hingga siang menjelang. Sungguh melelahkan hari ini, entah mengapa ia ingin terus berada di dekat Tri. Tanpa Tri hari-harinya sama sekali tidak bersemangat untuk melakukan apapun. Sihir apa yang diberikan wanita itu kepada hingga dirinya seperti ini?
*****
"Selamat siang, Dok," sapa sebuah suara yang membuat Fathan menghentikan gerakan tangannya saat ingin melanjutkan makan siangnya.
Tubuh Fathan mematung saat melihat Tiara yang sudah berada di hadapannya dengan tersenyum manis ke arahnya.
"Tiara," gumam Fathan dengan pelan.
"Hai, Kak! Apa kabar?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
Queen
naaahhhh kerikil udah datang nih 2 biji.. kmrn mamak skrg mantan adek ipar 🤭🤭🤭 besok apalagi thor 😁
2022-03-17
0
Lili Wirgianti
semoga Tiara jg menolak d jodohkan dg fathan&mendukung fathan dg tri,...semoga...jd para orang tua g usah maksa2 jodohin
2022-03-17
0
Tyas
semoga tri bs nikah ma fathan.jgn sampai tri gagal lg
2022-03-17
0