Lika terus memikirkan kejadian saat dirinya melihat sekilas sosok seorang pria yang ia kenal, ia sampai tidak sadar banyak waktu yang telah terlewati karna lamunannya itu.
Suara derap langkah kaki yang mendekat membuat lika kaget, ia yang tengah duduk di atas kasur pun bergegas bangkit, bergerak tak tentu arah bingung dengan apa yang harus ia lakukan, hingga ia pun memilih untuk bersembunyi di kolong tempat tidur.
Sejenak lika tersadar, tindakan impulsif yang ia lakukan kemudian membuat dirinya merasa bodoh, gadis itu bertanya pada diri sendiri, tentang apa yang ia takutkan sampai harus bersembunyi di dalam sana.
“ Aku tidak melihat lika, apa kau tahu ke mana perginya gadis itu?” tanya arjuna sedikit penasaran.
“ entahlah! Aku belum melihatnya lagi setelah jam makan siang” jawab beni sedikit acuh.
Kedua pria itu sudah masuk ke dalam kamar pribadi yang berada di ruangan presdir.
“ Aku harap dia tidak main-main di sini” ucap arjuna
“ Aku si tidak berharap banyak, dia tidak membuat masalah saja sudah syukur” sahut beni
Lika kesal mendengar percakapan mereka yang terkesan meremehkannya, tidak! Bukan mereka! Tapi beni, hanya dia yang terdengar meremehkan lika.
Lika mengintip untuk melihat apa yang tengah kedua pria itu lakukan, agar bisa memastikan berapa lama dia harus bertahan dalam persembunyiannya.
Lika melihat arjuna yang hendak mengganti pakaian, dimulai dengan membuka satu per satu kancing kemejanya, lalu helaian kain pun mulai berjatuhan tepat di hadapannya, membuat sang gadis kesulitan untuk menelan salivanya sendiri.
Gadis yang tengah bersembunyi itu bergegas menutup mata, ia takut melihat apa yang tidak seharusnya ia lihat.
Setelah memberi sedikit waktu, perlahan lika kembali membuka matanya, ia melihat arjuna sudah mengenakan celana hitamnya, namun tubuh bagian atasnya masih terlihat polos, pria itu belum mengenakan kemejanya.
Lika menganga saat melihat tubuh pria itu sangat kontras dengan wajahnya yang tampan, matanya sampai membulat sempurna saat melihat kondisi tubuh pria yang ketampanannya sangat ia idolakan.
Tubuh arjuna di penuhi bekas luka cambukkan, ada bagian yang sudah hampir pudar, tapi ada juga yang masih terlihat kemerahan, ditambah dengan beberapa luka memar di beberapa titik, seperti lengan, bahu, dan pinggang.
Sebagai mantan seorang dokter gadis itu tentu saja merasa heran, kenapa seorang presdir yang bergelut dengan tumpukan berkas itu memiliki luka seperti orang yang telah dianiaya.
Apa yang terjadi sampai arjuna bisa memiliki luka separah itu? Dan siapa yang melakukannya? Kedua tanya itu terus berputar di kepalanya, bahkan setelah dirinya berhasil keluar dari kamar pribadi presdir tanpa ketahuan.
“ lika! “ seru juli heran saat melihat lika keluar dari ruangan presdir.
“ kenapa kak juli?” tanya lika bingung
“ tidak! Aku hanya heran, jika kau ada di dalam, lalu kenapa pak arjun dan pak beni mencarimu tadi? ” wanita itu tampak menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Lika menempelkan telunjuk di bibirnya, memberi kode pada juli untuk tidak bicara terlalu keras, gadis itu kemudian mendekatkan diri pada juli, wanita itu pun mendekatkan telinganya karna tahu lika hendak berbisik padanya.
“ tadi aku ketiduran, kak tolong jangan adukan aku yah!” bisik lika pelan
Gadis itu kemudian sedikit menjauh, lalu mengatupkan kedua tangan seraya berkata “ kumohon...” dengan memasang ekspresi wajah memelas
Juli menghela nafas kasar lalu mengangguk sambil tersenyum, 5 detik kemudian ia menggelengkan kepala sesaat setelah mendengar ucapan “terima kasih” yang begitu manis dari mulut lika.
Lika pun berlalu pergi, ia kembali ke tempatnya, beberapa bill pembayaran sudah terlihat mengisi kekosongan di meja lika, gadis itu pun memeriksanya dengan cepat, lalu kembali bangkit dari duduknya untuk membayar semua tagihan itu.
“ kak juli aku akan pergi untuk melakukan pembayaran” seru lika, ia bicara sambil berjalan, dengan mata yang melihat ke arah juli.
Langkah lika harus terhenti saat dirinya membentur sesuatu, lika tidak sengaja menabrak arjuna, hingga kini gadis itu berada dalam pelukan seorang pria beristri, lika langsung bisa mengenali arjuna dari kemeja yang ia kenakan.
Tangan lika terangkat menyentuh ragu tubuh kekar di depan matanya, nalurinya sebagai seorang dokter membuat gadis itu ingin mengobati luka di balik kemeja arjuna saat itu juga.
Arjuna menatap heran pada perubahan tatapan mata lika, hatinya bertanya “ apa yang terjadi sampai lika menatap kasihan padanya?” pria beristri itu sampai lupa untuk melepas rangkulan di pinggang ramping lika.
Beni menarik tangan lika untuk menjauh, dan itu sontak membuyarkan pikiran kedua insan tengah berkelana.
Arjuna bergegas memalingkan wajahnya, begitu pun dengan lika, gadis itu kini mengalihkan pandangannya menatap pergelangan tangan yang masih di genggam oleh beni.
Di waktu bersamaan beni memberikan lika sedikit peringatan, ia berkata “ jangan menatap presdir dengan penuh hasrat seperti tadi, dia sudah punya istri, awas saja jika aku melihatmu berani menatapnya seperti itu lagi” lalu menghempaskan tangan lika dari genggamannya.
Arjuna melangkah pergi dari sana tanpa memedulikan lika, pria itu kembali masuk ke ruangannya seperti tidak pernah ada yang terjadi.
Beni pun ikut berlalu meninggalkan lika, pria berkacamata itu terlihat berjalan mendekati rani, beni meminta wanita itu untuk mengubah jadwal presdir yang tiba-tiba batal.
Lika pun pergi meninggalkan kantor setelah menghembuskan nafas kasar.
Lika tidak bisa bersikap biasa saja, pikiran dan hatinya seolah berontak akan sesuatu, gadis cantik itu memang tidak pernah bisa pura-pura tidak tahu pada penderitaan orang lain.
Lika bisa menahan apa pun, tapi sungguh, gadis itu tidak bisa menahan untuk tidak membantu orang yang penderitanya terlihat di depan mata.
“ harusnya tadi aku mengikutinya ke ruangan dan memeriksa lukanya” geram lika pada dirinya sendiri
Lika tidak sadar bahwa teriakan frustasinya menjadi sorotan banyak orang, gadis itu kini tengah berada di sebuah restoran dan tengah melakukan pembayaran.
Lika begitu sibuk dengan pikirannya hingga panggilan dari sang kasir pun tak bisa terdengar, ia bahkan tidak sadar saat seorang gadis bercadar mendekatinya.
“ nona! “ lika tersentak saat seorang wanita mengguncangkan tubuhnya.
“ Jangan terlalu banyak melamun nanti kerasukan” seru wanita itu lagi.
“ ah iya!” hanya itu yang bisa ia katakan, ia merasa malu karna ketahuan melamun.
“ ini kartu anda nona” seru sang kasir seraya menyodorkan sebilah kartu.
Lika menerima kartu itu, pandangannya lalu terarah pada wanita bercadar yang tadi mengguncangkan tubuhnya, wanita itu tampak kesulitan membawa makanan yang begitu banyak sendirian.
“ mau di bawa ke mana?” tanya lika seraya meraih dua kantung jinjingan besar.
“ terima kasih sudah mau membantu saya” sahutnya.
Wanita bercadar itu kemudian mengajak lika menuju keluar dari gedung restoran, langkahnya terhenti tepat di trotoar jalan.
“ taruh di sini saja nona! “ serunya
“ kau tidak bawa kendaraan? Tadi kau kesini naik apa? “ tanya lika beruntun
“ tidak! Tadi saya di antar oleh kakak saya, tapi kakak mendadak harus pergi” jawabnya, nada suaranya sangat lembut, lika baru menyadarinya.
Lika pun pamit lalu pergi meninggalkan gadis itu sendirian di pinggir jalan, ia bertekat jika wanita itu masih ada di sana setelah ia membawa mobilnya keluar, maka lika akan mengantarkannya.
Dan ya! Wanita itu masih berdiri di tempatnya, lika membuka kaca mobil untuk memperlihatkan wajahnya, lalu berkata “ butuh taksi nona?”
“ kau sopir taksi? “ tanya wanita itu sedikit bingung
“ terkadang!” seru lika seraya keluar dari mobilnya.
Lika membantu wanita itu untuk memasukkan kantung belanjaannya ke dalam mobil, lalu meminta wanita itu masuk.
Lika mengantar wanita itu sampai ke tujuannya, ia sempat ragu untuk turun di kawasan pesantren, karna pakaian yang ia kenakan tidak cocok di tempat itu, lika memang memakai celana dan baju yang tertutup, tapi ia tidak memakai kerudung.
Seorang pria terlihat menghampiri mereka, ia menundukkan kepalanya di hadapan lika, gadis itu jadi merasa tidak enak hati, walau pria itu menundukkan kepala untuk menjaga pandangannya, tapi lika merasa tidak etis jika ada orang yang lebih tua menunduk kepadanya.
“ Maaf! Karna pakaianku kurang sopan” ucap lika
“ tidak apa-apa lika, terima kasih sudah mengantar” sahut inaya wanita bercadar yang lika bantu.
“ berapa ongkosnya dhe?” tanya harlan pada inaya, dan wanita bercadar itu langsung melirik ke arah lika seolah menanyakan hal yang sama.
Lika dengan cuek kembali masuk ke dalam mobil, ia menyalakan mobil lalu berniat untuk pergi, namun inaya memegang pintu mobil yang kacanya terbuka itu, lika tahu inaya tengah menuntut jawaban darinya.
“ sebenarnya saya bukan sopir taksi, saya mengatakan itu karna takut kamu sungkan jika saya antar begitu saja” ucap lika jujur,
Inaya dan harlan saling melirik satu sama lain, namun kemudian keduanya melempar senyum pada lika.
Lika membalas senyum itu seraya membungkukkan sedikit kepalanya, memberi hormat sebelum pergi meninggalkan kawasan pesantern itu.
Selepas kepergian lika, harlan yang hendak membongkar belanjaannya kemudian melihat secercah kertas dalam salah satu kantung belanjaan itu, ia mengambilnya dan terkejut mendapati uang dalam lipatan kertas itu.
“ Untuk membantu membangun ulang dapur yang terbakar” hanya ada satu kalimat yang ditinggalkan sebagai petunjuk, tapi kakak beradik itu tahu dari mana asal uang itu.
Kakak beradik itu kembali saling melirik satu sama lain, keduanya takjub pada cara lika berbuat baik, di saat semua orang berbondong-bondong memamerkan kebaikan, lika justru terkesan ingin menutupinya, inaya bahkan tidak sadar kapan dan bagaimana lika memasukkan uang yang di lipat dalam kertas itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Ghendis Arrumi
kapan cerita terbakarnya kak hehe
2022-05-06
1
Sherly Andes
kapan inaya menceritakan dapur pesantren terbakar
2022-04-24
3
Rabiatul Addawiyah
Hrs di contoh neh org seperti Lika 👍👍
Lanjut thor... penasaran neh Arjuna luka krn kdrt mungkin ya istrinya jahat 🤔
2022-03-04
2