Menjadi Pelakor
Malika atau yang biasa di sapa lika, adalah seorang wanita mandiri, ia yang pernah berusaha keras dalam mencapai cita-citanya menjadi seorang dokter, dia yang tengah menikmati ke bahagianya sebagai dokter yang sukses, tiba-tiba harus berada di tengah ruang sidang dan menjadi tersangka.
Lika di tuduh telah melakukan malpraktek, melakukan tindakan operasi tanpa melakukan prosedur operasi terlebih dulu, ia di tuntut oleh sekelompok orang yang mengaku sebagai keluarga korban mati dari operasi itu.
" dokter malik silahkan naik ke mimbar untuk melakukan pembelaan anda" ucap hakim ketua
Lika yang semula duduk di kursi tersangka pun naik untuk melakukan pembelaannya.
" Saya Drs. Malika putri gunawan SpOT berjanji hanya akan mengatakan kebenaran dengan sejujur-jujurnya" lika mengambil sumpah dengan tangan yang menyentuh al kitab
" Dokter malik! Apa benar anda yang melakukan operasi itu? " tanya pengacara yang membela lika
" tidak!" lika menolak tuduhan dengan tegas karna itulah yang sebenarnya terjadi
" tapi andalah yang terlihat di rekaman cctv itu? Bisakah anda memberikan kami penjelasan" pinta pengacara yang membela lika
" Saya akui saya memang masuk ke ruang operasi, tapi sekali lagi saya katakan, saya masuk justru untuk menghentikan operasi yang hendak mereka lakukan itu, tapi sayangnya saya terlambat, orang itu sudah tiada, dan ruangan itu pun sudah di tinggalkan"
Lika menjelaskan bahwa sejak awal korban yang meninggal di meja operasi adalah pasiennya, dari laporan diagnosa yang lika buat, pria itu sakit perut hanya karna asam lambungnya tinggi bukan karna usus buntu.
" Saya memintanya kembali jika obat yang saya berikan tidak membuatnya membaik, tapi mereka malah mengngoprasinya saat saya sedang tidak bertugas "
Lika membeberkan semua kecurangan di rumah sakit itu, dari mulai pasien keseleo yang dinyatakan patah tulang, pemberian obat yang tidak sesuai untuk memperlambat kesembuhan pasien yang dirawat inap, sampai korupsi besar-besaran yang dilakukan secara berkelompok.
" keberatan pak hakim, wanita ini terlalu banyak mengarang cerita, saya yakin dia tidak bisa memberikan bukti sedikitpun " ucap pengacara lawan
" dokter malik! Apakah anda mempunyai bukti nyata yang bisa mendukung ucapan anda tadi? " tanya sang hakim
Lika menggeleng kemudian menundukan kepala, bagaimana mungkin lika bisa mendapatkan bukti dari persekongkolan satu klinik, bukan tidak pernah mencoba, ia sudah berusaha keras mencari bukti, tapi sayangnya usaha lika dan pengacaranya tak membuahkan hasil.
Pengacara yang membela lika pun kehabisan akal, ia hanya bisa menyerahkan petisi dari para dokter lain untuk memperingan hukuman lika.
'harusnya aku tahu ini tidak akan mudah, aku berusaha untuk membenahi klinik di mana orang-orangnya hanya mementingkan uang, tapi malah terjerumus dalam jebakan mereka'
Telak! Lika benar-benar sudah kalah telak, di tengah persidangan itu lika sudah benar-benar tersudut, kejujurannya satu orang ternyata tidak mampu membongkar kebusukan puluhan pekerja klinik yang saling bekerja sama.
Saat hendak membacakan putusan, hakim menerima surat dari presiden, cerita tentang dokter malik yang memiliki tangan ajaib sudah terdengar sampai ke telinga presiden republik.
Hakim agung itu menjadi tambah bimbang saat hendak membacakan putusan, pertama adalah surat petisi yang ditandatangani oleh 80% dokter di kota B ini, di tambah dengan dua tanda tangan orang tersohor seantero negeri.
Dan yang kedua adalah surat dari presiden, dalam suratnya presiden secara pribadi meminta hakim untuk tidak memberikan hukuman penjara bagi dokter malik.
Hakim itu juga memikirkan dirinya yang mendapat tekanan dari seseorang yang cukup berpengaruh, orang itu memberikan pilihan untuk menjatuhkan lika atau dia yang akan dijatuhkan.
Nasib lika benar-benar tidak beruntung, setelah dijebak oleh satu klinik, ia disidang oleh hakim yang tidak jujur dalam melakukan pekerjaannya.
Suasana hening di dalam ruangan saat hakim hendak membacakan putusan, jutaan jantung berdegup kencang dalam penantian, lika sudah pasrah, ia hanya berharap dirinya tidak sampai kehilangan lisensi medisnya.
" Pengadilan dengan ini menyatakan bahwa Drs. Malika putri gunawan SpOT dinyatakan bersalah, pembelaan yang diajukan ditolak karna tidak disertai bukti nyata, dengan ini pengadilan menyatakan bahwa Dr. Malika putri gunawan SpOT akan menerima hukuman berupa penarikan lisensi medis dan pencabutan gelar dokternya"
Lika tergulai lemas setelah mendengar keputusan hakim, harapannya hancur seketika bersama cita-citanya yang harus berakhir sampai disini.
Semua dokter yang mendukung lika berdiri dengan serempak sesaat sebelum hakim mengetukkan palunya, mereka merasa bahwa hukuman itu tidak adil, tapi tindakan protes itu sama sekali tidak diindahkan oleh sang hakim.
Tiga kali ketukan palu itu adalah kiamat bagi karir lika, ia menguatkan dirinya walau air matanya tak bisa ia bendung.
Lika kemudian berdiri dari duduknya seraya menyeka air mata di pipinya, gadis itu melangkahkan kakinya dengan cepat mendekati meja hakim.
" pak hakim tolong tarik keputusan anda, bukan saya yang melakukan operasi itu, tolong percayalah, anda boleh penjarakan saya, tapi saya mohon jangan menarik lisensi medis dan mencabut gelar dokter saya" ucap lika
Dengan derai air mata ia memohon sambil memegang tangan hakim itu,namun hakim itu melepaskan diri dan berlalu begitu saja.
" pak hakim... pak hakim... "
Lika memanggil hakim itu berulang kali, tapi hakim itu malah tersenyum dengan liciknya, saat itulah lika sadar bahwa hakim itu juga bagian dari mereka yang memang berniat menjatuhkan dirinya.
Semua dokter yang membela lika berjalan mendekatinya dengan serempak, memeluknya secara bersamaan, memberikan sedikit penghiburan bagi rekan mereka yang baru saja menerima ketidak adilan.
Untuk beberapa saat mereka tetap berada di sana, menceritakan masa lalu yang bahagia untuk sedikit membuat lika sedikit terhibur.
" Aku tidak apa-apa teman-teman, terimakasih banyak atas dukungan kalian, sampaikan rasa terimakasih ku pada rekan-rekan yang tidak hadir ya! " ucap lika sambil tersenyum.
Gadis itu kini sudah bisa mengendalikan dirinya, dan satu persatu dari mereka pun mulai pergi, kini hanya ada lika dan pengacaranya di ruang tunggu yang besar itu.
" maafkan aku dokter malik" ucap pengacara yang membelanya, pria itu berlutut di hadapan lika seolah semua yang terjadi adalah kesalahannya, padahal ini juga adalah kekalahan pertamanya dalam persidangan.
" Aku sudah bukan dokter lagi pak fahri, ayo bangun jangan berlutut di hadapanku, aku bukan tuhan yang bisa kau sembah seperti ini"
" Anda sudah bisa bercanda rupanya! " Pengacara yang bernama fahri itu sedikit tersenyum mendengar candaan lika
" tidak ada lagi yang bisa kulakukan selain menerima dan terus bertahan hidup" ucap lika seraya menanggalkan jas dokter dari tubuhnya, ia mencium jas itu sesaat lalu menggantungnya di lengan kanan.
Keduanya pun berjalan bersama menuju parkiran, sebelum masuk ke dalam mobil, lika mengeluarkan uang yang sudah ia persiapkan untuk membayar pengacaranya itu.
" ini bayaran atas kerja kerasmu pak fahri" ucap lika seraya menyodorkan amplop berwarna coklat
" tidak!" jawabnya seraya mendorong pelan tangan lika
" kenapa?" tanya lika heran
" Saya merasa malu untuk menerimanya, saya yang notabennya seorang impoten ini, bisa sembuh dan memiliki seorang putra berkat pengobatan dari tangan seorang dokter malik, tapi saya malah mengalami kekalahan pertama saat membela kasus anda, saya benar-benar merasa bersalah dan menyesalinya" terangnya
Lika kembali memasukan uang itu ke dalam tasnya, pria di hadapannya ini tidak akan menerima uang itu walau lika memaksa, jadi dia berpikir untuk menyumbangkan uangnya atas nama pengacara itu.
" Hari ini bukan hanya seorang dokter yang telah kalah, tapi seorang pengacara yang selalu menang di persidangan juga harus kalah, aku jadi merasa bersalah karna membuatmu kalah"
" jangan membuatku semakin malu dengan merasa bersalah dokter, pulang dan beristirahat lah" ucap pengacara itu seraya membukakan pintu mobil untuk lika
" terima kasih, dan yah! Jangan lupa bahwa aku bukan lagi seorang dokter" ucap lika yang kemudian pamit untuk pergi.
Setelah pamit, mobil itu melaju meninggalkan pengadilan, namun sebelum pulang lika meminta sang sopir utuk berhenti di sebuah warung makan yang cukup kumuh di wilayah yang kumuh pula, ia memborong semua makanan di sana lalu berjalan ke suatu tempat yang cukup sering ia kunjungi.
Lika berdiri di kawasan perumahan kardus, dimana para pemulung tinggal dan mengistirahatkan diri mereka, ia memanggil anak-anak yang tengah bermain untuk berkumpul di dekatnya.
Setelah dikelilingi oleh anak-anak, ia membagikan semua makanan yang ia bawa pada mereka, ada yang mengambil dua, ada yang mengambil tiga, dan ada pula yang mengambil empat bungkus, mereka mengambil nasi bungkus sesuai dengan anggora keluarga mereka.
Walau telah kehilangan, indahnya berbagi membuat hati lika kembali tenang, saat melihat mereka tersenyum, kebahagian seolah menyusup masuk menghapus duka di hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Nur Alhusnawati
crita nya bgs
2022-05-23
1
Anisa Wafa
bagus sih cerita nya
2022-05-11
1
lusika
bagus sihhh tpii awal cerita nya kok sedih bangettt terus Lika baik bngettt.trauma gw kek sinetron Indosiar
2022-05-10
1