Dari pohon ke pohon, anak laki-laki itu terus melompat. Terkadang, dia meraih sebuah dahan pohon lalu berputar untuk mengambil momentum lalu melompat lagi ke pohon lainnya.
Anak laki-laki itu, tentu saja adalah Jean. Selain berlatih untuk pertarungan, berburu juga menjadi rutinitas hariannya. Jean sudah hafal rute yang tersambung dari hutan menuju desa tempat dia tinggal.
Sebagai gambaran, desa tempat Jean dan keluarganya tinggal adalah sebuah desa yang cukup besar dan tentram. Ada sungai kecil yang mengaliri desa ini. Biasanya digunakan para penduduk untuk menangkap ikan, mengaliri persawahan, mencuci, atau bahkan sekadar tempat permainan untuk anak-anak. Biasanya berenang.
Lalu ada juga perkebunan. Desa ini memang luas tapi memiliki penduduk yang cukup sedikit. Jadi satu keluarga biasanya memiliki satu kebun yang diisi oleh berbagai macam buah-buahan dan sayur mayur.
Perkebunan ini juga menjadi sumber penghasilan bagi para penduduk. Setiap musim panen tiba, warga desa akan memetik buah-buahan yang ranum dan menjualnya ke kota.
Uang yang mereka dapatkan cukup untuk membiayai hidup mereka yang sederhana bahkan menjadi modal untuk mempersiapkan musim tanam selanjutnya.
Keluarga Jean juga punya perkebunan. Lebih tepatnya di bagian belakang rumah mereka. Ada pohon anggur, jeruk, apel, dan berbagai sayuran. Kebetulan, beberapa hari lagi mereka akan memasuki musim panen. Jean sangat menunggu momen ini!
Kembali ke kegiatan Jean. Tugas yang ibunya berikan hari ini adalah untuk menangkap minimal lima hewan buruan. Bebas untuk memburu hewan apa saja selama hewan itu bisa diolah menjadi makanan. Terutama dagingnya.
Karena itu, Jean memutuskan untuk menangkap tiga babi hutan, satu rusa tanduk hitam, dan satu kambing hutan. Dia berhenti di salah satu dahan pohon lalu memfokuskan pengamatannya pada kondisi sekitar.
Ibunya selalu mengatakan bahwa berburu bukanlah hal yang mudah. Selain harus memiliki hard skill seperti menombak dan memanah, seorang pemburu juga harus memiliki konsentrasi dan daya observasi yang tinggi. Karena hutan adalah tempat yang berbahaya, mereka dituntut untuk fleksibel dalam berpikir serta adaptif dalam berbagai situasi dan kondisi.
Itulah yang setiap saat Jean dengar. Dan hal itulah yang kini terpatri dalam dirinya. Karena itu, dari atas dahan pohon, dia mengatur ritme nafasnya dan menutup matanya.
Jean memfokuskan Indra pendengarannya. Dia dapat merasakan pergerakan berbagai hewan. Dia mendengar langkah kaki kelinci yang sedang berlari menuju sarangnya, mendengar Auman beruang dari jarak berkilometer jauhnya.
Hingga pada akhirnya, dia mendengar langkah kaki hewan yang langka. Jean tersenyum dan mengambil busurnya yang daritadi tersampir di punggungnya. Dia juga mengambil satu anak panah yang dia letakan di pinggang sebelah kanannya.
Perlahan, dia membidik. Dari balik semak-semak, muncul seekor rusa dengan ukuran yang cukup besar. Senyum Jean semakin lebar. Dengan telaten dan sabar, dia terus membidik sang rusa hingga masuk jarak tembaknya. Dan ketika rusa itu telah masuk......
CLAPPPP!!!
Jean menembakan panah itu dan menancap tepat di kepala sang rusa. Rusa itu langsung tewas tanpa sempat bereaksi apapun.
'Yoshhh! Sekarang, tinggal kambing hutan!'
Jean sepertinya sedang beruntung hari ini. Karena begitu dia membunuh rusa tanduk hitam, seekor kambing gunung berlari melompati mayat rusa yang tergeletak di tanah. Tanpa memakan banyak waktunya, Jean mengambil satu panah yang tersisa dan langsung menembakan panahnya ke kambing hutan itu dan berhasil mengenai lehernya.
By the way, Jean hanya membawa dua anak panah. Itu artinya dia hanya punya masing-masing satu kali kesempatan untuk menembak hewan buruannya. Jika dia meleset, maka itu berarti kegagalan dan ia terpaksa harus mengejar targetnya dengan berlari.
Tetapi untuk kasus babi hutan, Jean bisa mengatasinya tanpa panah. Jean hanya perlu pergi ke sarang mereka, memprovokasi mereka, lalu berhadapan dengan mereka hanya memakai tangan kosong. Kekuatannya yang sekarang cukup untuk membunuh 15 babi hutan tanpa terluka.
Dan itu berhasil. Jean mendapat tiga babi hutan. Pada saat dia pergi ke sarang babi hutan, Jean hanya menemukan tiga di antara mereka. Entah kenapa dia merasa bahwa hari ini dirinya sedang beruntung. Sekejap, Jean berhasil membunuh mereka dengan memecahkan tengkorak mereka di bagian kepala.
Jean membawa semua hewan buruannya dengan diseret. Jean menyesali kebodohannya sendiri karena lupa membawa gerobak untuk menampung hewan buruannya.
Untunglah Jean tidak masuk terlalu dalam ke hutan. Jadi dia tidak perlu repot-repot menyeret mereka dengan waktu yang lama. Karena itulah, setengah jam kemudian, Jean sudah sampai di depan rumahnya.
"Ara Jean! Kamu membawa hewan buruan sesuai target! Bawa mereka gudang belakang, biar paman dan bibi Jhonson yang menguliti mereka."
Yang dimaksud oleh paman dan bibi Jhonson oleh ibunya adalah tetangga mereka yang juga menjadi tukang jagal. Hasil jagal mereka bisa dibilang adalah primadona. Tidak ada cacat dalam proses pemotongan sehingga daging menjadi lebih berkualitas dan semakin lezat ketika dimasak dan dimakan.
Bahkan, konon katanya, pemotongan yang dilakukan oleh paman dan bibi Jhonson juga diminati oleh orang-orang kota! Ah, ngomong-ngomong soal kota.......
'Jean, sebentar lagi kita akan memasuki musim panen. Sebagian besar buah dan sayur yang kita petik akan dijual ke ibukota. Karena itu, ikutlah denganku untuk melihat bagaimana kondisi kota itu secara langsung dengan matamu sendiri.'
Tentu saja dirinya kegirangan. Dia sudah mendengarkan cerita kakaknya tentang kota. Katanya, di sana adalah tempat yang sangat ramai. Banyak orang berlalu lalang di sana. Ada lebih banyak makanan dan model pakaian. Itu semua menggelitik akal muda Jean. Dia juga ingin pergi ke kota.
Tapi itu masih sekitar lima hari lagi. Jadi Jean harus bersabar dan menunggu.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Malam harinya, Jean baru saja selesai dari belajarnya di ruang studi ayahnya. Hari ini pelajarannya ekonomi. Ayahnya bilang, keinginan manusia itu tidak terbatas. Tapi sayangnya, sumber daya yang tersedia untuk memenuhi keinginan itu sangat terbatas.
Dan bagaimana cara manusia bertindak dan bertingkah untuk memenuhi keinginan mereka, serta cara mereka untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, itulah yang disebut ekonomi.
Manusia cenderung menginginkan hasil yang sebesar-besarnya namun dengan pengorbanan sekecil mungkin. Dan manusia bergerak dengan cara itu. Itulah yang disebut sebagai prinsip ekonomi.
Pada akhirnya, ekonomi adalah soal bagaimana kau mengalokasikan semua sumber daya yang kau miliki di tengah keinginan yang tidak terbatas namun dengan sumber daya yang terbatas.
Pusing? Ya, Jean juga pusing. Dia benar-benar tidak mengerti apa yang ayahnya katakan. Namun, dia tetap mencatat semua apa yang ayahnya ucapkan. Entah itu akan berguna atau tidak, itu adalah urusan lain.
Jean benar-benar ingin tidur malam ini. Otaknya terasa sangat panas. Besok dia harus bangun pagi untuk berlatih. Lalu siangnya adalah waktu untuk membaca dan mengerjakan tugas dari ayahnya, dan sorenya pergi berburu. Belum lagi di malam hari dia juga harus belajar.
Namun, saat dia ingin pergi ke kamarnya, Jean melihat ibunya sedang duduk di lantai. Lebih tepatnya di atas sebuah tikar. Kakinya berada dalam posisi sila. Matanya terpejam dan tangannya tertelungkup. Ibunya terlihat sangat tenang......
"Jean? Kamu di sana? Apa yang sedang kamu lakukan?"
Jean terkejut. Lamunannya buyar. Ibunya telah membuka matanya dan berbicara dengannya. Mulutnya tersenyum kepada Jean.
"Kamu penasaran dengan apa yang ibu lakukan? Duduk di samping ibu. Ibu akan mengajarkanmu apa yang sedang ibu jalani sekarang."
Jean dengan patuh mengikuti instruksi ibunya. Dia duduk di samping Svetlana dan memasang posisi yang sama dengan ibunya.
"Sekarang, pejamkan matamu dan telungkupkan tanganmu di dada. Ambil nafas lewat hidung dan buang lewat mulut. Fokus dan kosongkan pikiranmu."
Jean mengikuti semua instruksi ibunya. Dia memejamkan mata, mengambil nafas lewat hidung dan membuang lewat mulut. Pikirannya menjadi kosong. Di saat itulah, dia dapat merasakan alur pernafasan dalam tubuhnya. Dia merasakan aliran darah. Tidak, lebih tepatnya adalah dia bisa melihat alur pernafasan dan alira darahnya sendiri.
Karena itu Jean bisa mengatur harus kemana nafasnya dialirkan dan kemana darahnya diedarkan. Entah kenapa dia menjadi sangat ringan. Pikirannya terasa lebih jernih. Dia bisa mendengar berbahaya suara dari kejauhan tetapi tidak terbebani dengan hal itu.
Dan sesaat kemudian, Jean memutuskan untuk keluar dari area yang aneh ini dan kembali ke kesadaran utamanya. Dia melihat ibunya sedang tersenyum dengan ekspresi yang sangat puas. Dia menepuk kepala putranya dengan lembut.
"Apakah kamu telah 'melihat'nya nak?"
Jean mengangguk. Anggukan itu membuat Svetlana tersenyum lagi.
"Itulah yang disebut harmoni, Jean. Dewi menciptakan tubuh kita dengan berbagai anggota tubuh yang memiliki peran mereka masing-masing. Jantung untuk memperoleh darah, paru-paru untuk pernafasan manusia, dan otak sebagai instrukturnya. Mereka semua bekerja dengan perannya masing-masing. Tanpa saling mengganggu, tanpa saling menjatuhkan.
"Begitu juga dengan manusia Jean. Agar manusia bisa terus hidup, mereka membutuhkan harmoni. Tanpa saling menjatuhkan, tanpa saling menyakiti. Dan juga menjaga satu sama lain. Begitulah seharusnya manusia hidup.
"Apakah kamu paham, Jean?"
Jean mengangguk lagi, tanpa mengatakan sepatah katapun.
"Bagus. Kalau begitu, lakukan ini sebelum kamu tidur oke? Ini baik untuk kesehatanmu sekaligus meningkat kemampuanmu dalam bertarung."
Setelah itu, Svetlana mengantar Jean ke kamar. Sejenak, dia menemani Jean hingga putranya itu tertidur, lalu keluar setelah membenarkan selimut dan mencium kening Jean.
'Selamat Malam, Jean'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 244 Episodes
Comments
Anya Forger
incest
2022-09-09
0
heirs
Panggilan utk ibunya apa siy Thor? ep 1 jeanne panggil mama, lalu di ep selanjutnya jadi bunda, skrg ibu… besok mami trus bistu apa lagi thor? emang ganti2 gitu manggilnya?
2022-08-10
0
Tri Andi Wijaya
lanjut
2022-05-21
0