Malamnya, setelah makan malam selesai, rutinitas Jean belum Berakhir. Tidak seperti Jeanne yang belajar sebentar sebelum tidur, Jean menghabiskan waktunya sepanjang malam untuk belajar di ruang studi milik ayahnya, Nicholai.
Tidak seperti Svetlana yang lembut, Nicholai adalah pria yang dingin tertuama kepada Jean. Dia tidak akan membiarkan Jean untuk tidur jika Jean belum menyelasaikan buku yang ayahnya suruh untuk baca.
Jean belajar tentang berbagai bidang pelajaran. Mulai dari ilmu pasti seperti aritmatika dan pengetahuan alam, serta pengetahuan umum seperti sejarah, ekonomi, filosofi, dan lain-lain.
Jean telah belajar membaca dan berhitung diusianya yang ke lima tahun. Dan dia benar-benar telah bisa membaca serta menguasai aritmatika dasar di usia enam tahun.
Mengetahui bakatnya yang cukup hebat dalam hal ini, Nicholai langsing menjejali dirinya dengan berbagai buku pengetahuan. Dan sampai saat ini, Jean tetap melakukan hal itu terus menerus.
Ditemani oleh cahaya lilin yang temaram dan irama serangga yang bertalian, Nicholai sedang berdiri di hadapan Jean, sambil menunjuk-nunjuknya ke papan tulis dengan kapur di tangannya.
"Jadi, Jean. Apakah kamu sudah menyelasaikan buku yang waktu itu aku minta untuk baca?"
Jean kecil mengangguk. Dia memegang pena bulu di tangan kanannya dan kertas kosong di tangan kirinya.
"Bagus. Sekarang, jelaskan padaku apa yang kau dapatkan setelah membaca buku itu."
Jean lalu mulai mengatakan tentang apa yang dia dapatkan. Benua yang kini ia pijak adalah benua bernama Akkadia. Ada banyak nama yang digunakan untuk menamainya tetapi kebanyakan orang menggunakan Akkadia.
Benua ini dikelilingi oleh lautan yang luas dan di dekat benua ini, ada banyak pulau. Entah yang berukuran kecil maupun besar. Ada juga daratan lain yang terlalu besar untuk disebut sebagai pulau namun terlalu kecil untuk disebut benua. Karena itu daratan tersebut dikenal sebagai anak Benua.
Jean juga menjelaskan kalau di benua ini ada banyak kerajaan yang berukuran kecil maupun besar. Namun berdasarkan buku yang dia baca, ada tiga kekuatan besar yang mendominasi. Pertama adalah kekaisaran Vancouver, yang kedua adalah kerajaan Orelans, dan yang terakhir adalah federasi Ruhr.
Ketiga entitas ini memiliki kekuatan yang besar. Mereka mempunyai populasi yang banyak, tentara yang besar, tanah yang subur, kekuasaan yang besar. Sisanya adalah kerajaan menengah hingga kecil. Adapun tempat yang mereka tinggali terletak di bagian barat benua Akkadia. Sebuah kerajaan kecil yang dikelilingi oleh perbukitan dan sungai-sungai berukuran sedang.
Setelah mendengar apa yang Jean jelaskan, Nicholai mengangguk. Dia cukup, tidak, sangat puas dengan kemampuan Jean untuk menghafal dan meringkas sesuatu lalu mengubah menjadi penjelasan yang sederhana dan dapat dimengerti dengan mudah.
Tetapi Nicholai juga tidak bisa membiarkan Jean untuk berpuas. Dia akan memberikan apresiasinya untuk Jean lalu juga memberikannya kritik kepadanya. Nicholai harus memastikan bahwa Jean tidak tinggi hati dan tetap rendah hati.
"Bagus Jean, kau sudah meningkat daripada dua Minggu yang lalu. Namun kamu masih melewatkan beberapa penjelasan yang penting. Kira-kira apa yang tidak kamu jelaskan?"
Jean terkejut. Dia senang mendapatkan apresiasi dari ayahnya tetapi juga sedih karena ayahnya tidak memuji dirinya lebih jauh lagi. Namun Jean tidak mengatakan itu kepada ayahnya.
sepertinya Nicholai menyadari hal itu. Dia hanya menggeleng dan menyuruh Jean untuk melupakan hal itu. Sudah saatnya untuk masuk ke pembelajaran utama.
"Sekarang Jean, perhatikan baik-baik. Ayah akan bertanya kepadamu. Bagaimana kamu menggambarkan sosok manusia?"
"Eh, manusia? Manusia adalah makhluk yang memiliki satu kepala. Dalam satu kapal itu ada dua mata, dua telinga, satu hidung dengan dua lubang, dan satu mulut dengan gigi, lidah, dan gusi.
"Manusia juga memiliki dua tangan dan dua kaki dengan masing-masing lima jari. Lalu ada perut dan burung bagi pria serta gua untuk para wanita."
Nicholai mengangguk kecil sambil memejamkan matanya saat mendengarkan jawaban Jean. Namun dia langsung membuka matanya lebar-lebar ketika Jean menyebut kalimat terakhir.
"Tunggu! Ada dengan burung dan gua itu!?"
"Eh? Tapi bunda mengatakan hal itu padaku. Waktu itu aku bertanya kepada bunda kenapa kakak Jeanne tidak memiliki burung di bagian bawahnya. Lalu bunda menjawab kalau semua wanita memang tidak memiliki hal itu. Sebagai gantinya, wanita memiliki gua suci di bagian bawah tu......"
"Oke cukup! Jangan katakan lagi! Svetlana....apa yang sebenarnya kau ajarkan pada anak ini....Ya sudahlah."
Nicholai menggelengkan kepalanya sambil memijat keningnya. Setelah itu, Nicholai melanjutkan lagi pembelajarannya.
"Kesampingkan soal burung dan gua suci, pada dasarnya apa yang Jean katakan tadi tepat. Namun, jika seperti itu, apa yang membuat manusia berbeda dengan kera?"
Jean ingin menjawab pertanyaan ayahnya. Namun, entah kenapa Jean bisa mengerti kalau pertanyaan itu bukan untuk dijawab. Jean yakin kalau ayahnya akan memulai ceramah yang panjang lebar mengenai hal ini, dimana Jean harus mencatat poin penting dari apa yang ayahnya katakan.
"Pada dasarnya, tidak ada perbedaan signifikan antara manusia dan kera. Satu-satunya yang membuat mereka berbeda adalah fakta kalau diberikan sesuatu bernama akal. Akal lah yang pada akhirnya bisa membuat kita sebagai manusia untuk berpikir dan memecahkan masalah dengan rasional."
Nicholai berhenti sejenak, menghiraukan dan menghembuskan nafas, lalu melanjutkan ceramahnya.
"Dengan kata lain, manusia adalah hewan yang berpikir. Seorang bijak mengatakan bahwa manusia adalah serigala bagi manusia yang lain. Tahukah apa maksud dari kalimat itu, Jean?"
Jean menggeleng lagi.
"Bayangkan di sebuah hutan, ada seratus serigala. Tapi sayangnya hanya ada sepuluh domba di sana. Dan hanya itu satu-satunya makanan mereka. Apa yang kira-kira akan mereka lakukan?
"Tentu saja mereka akan berlomba-lomba untuk memburu serigala itu. Tapi sebelum itu, mereka akan menyerang sesama mereka sendiri. Saling menyerang, saling mengoyak, dan saling membunuh.
"Tapi tentu saja mereka akan membentuk sebuah kelompok. Lalu mereka memburu domba dan memakannya bersama. Namun tidak hanya sampai di situ. Mereka pasti akan berebut lagi dengan anggota kelompoknya. Terus bertarung hingga yang terakhir akan mendapatkan daging yang paling banyak.
"Begitu juga manusia. Tapi sayangnya manusia memiliki akal. Keinginan mereka jauh lebih besar daripada para serigala tadi. Pada akhirnya, mereka, tidak, kita saling bertarung satu sama lain untuk memperebutkan sumber daya yang terbatas.
"Tidak ada kepercayaan, tidak ada janji yang ditepati. Begitu manusia yang berkelompok mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka akan membunuh sesama kelompoknya. Itu adalah siklus tanpa akhir."
Nicholai mengambil ceramah sampai situ. Dia memegang dadanya sejenak. Mungkin dia merasakan sesak karena lupa bernafas saat berbicara (?)
Jean mencatat apa yang ayahnya katakan. Dia juga mendengarkan dengan baik. Dan tidak hanya itu, Jean juga mengingat setiap kalimat yang ayahnya katakan dengan baik.
"Baiklah Jean, cukup sampai di sini dulu. Baca buku ini dan buat ringkasannya tiga hari. Kau harus selesai hingga saat itu. Sekarang, pergilah tidur. Besok, kau harus bangun pagi dan berlatih dengan ibumu."
Jean mengangguk dan pergi meninggalkan ayahnya. Setelah Jean keluar, Nicholai tidak lagi dapat menahannya dan dia terbatuk hingga mengeluarkan darah.
"Si-sial! Aku tidak punya banyak waktu. Jangan, Jangan biarkan aku mati terlebih dahulu, Dewi Arian."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 244 Episodes
Comments
Sugiono.S.T
Bagus anak muda
2022-12-15
0
huff
halo
2022-07-23
0
Nurul
ngakak lagi ceramah sampe lupa napas🤣🤣🤣🤣🤣
2022-06-26
0