Jean punya kebiasaan baru. Setiap malam, begitu semua keluarga paman Hull telah tertidur, Jean akan keluar dari rumah mereka. Tujuannya? Tidak ada. Menggunakan jubah berwarna hitam, Jean hanya berkeliling Saint Georgia City tanpa tujuan khusus.
Awalnya dia hanya berkeliling di sekitar jalan-jalan besar. Tetapi untuk menghindari patroli para ksatria, Jean memutuskan untuk melewati berbagai jalan tikus yang ada di St Georgia City.
Di berbagai gang kecil ini, Jean bisa melihat realitas kota yang sebenarnya. Bagaimana seorang anak yang seumuran dengannya dipaksa untuk menjadi budak, orang-orang dewasa yang mengabaikan keluarga mereka dan menjadi pecandu judi. Jean juga tahu tentang pelacuran, dimana seorang wanita menjual tubuhnya kepada laki-laki untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Ini sudah kelima kalinya Jean pergi ke gang-gang kecil. Dan malam ini, setelah dia mengurus berbagai kebutuhan Natasha yang untuk sementara waktu tinggal di rumah paman Hull, Jean menemukannya sebuah rumah terbengkalai.
Disini, rumah terbengkalai adalah hal yang bisa ditemukan dimana-mana dengan mudah. Ada yang benar-benar kosong dan tidak terus sehingga menjadi sarang tikus dan hewan melata lainnya, atau ada juga beberapa rumah yang dijadikan sarang para gelandangan. Mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan, keluarga, dan rumah. Mereka hidup dari belas kasih orang lain. Tapi yang lebih ekstrim, mereka hidup dari melakukan aksi kejahatan seperti mencuri dan lain-lain.
Tetapi rumah kosong yang Jean temui sekarang sedikit berbeda. Jean merasakan kehadiran tiga anak kecil di dalamnya. Dengan tenang, dia masuk ke dalam rumah dan memperhatikan seluruh isinya. Tidak ada cahaya sama sekali, tapi mata Jean bisa dengan mudah melihat kondisi di sekitarnya.
Jean berjalan menuju ke sebuah kamar tempat anak-anak itu berada. Letaknya tidak begitu jauh dari pintu masuk. Dari sela-sela pintu, Jean dapat melihat pantulan cahaya yang remang. Mereka ada di dalam sana.
Suara reot dari pintu yang telah lapuk terdengar saat Jean membuka pintu itu. Kedatangan dirinya ternyata di sambut oleh pisau yang terbang ke arah mukanya! Untung, Jean berhasil menghindar.
"SIAPA KAMU! APA TUJUANMU DATANG KE TEMPAT INI!?"
Selain disambut dengan pisau, Jean juga mendapatkan hidangan berupa garpu raksasa yang biasa dipakai oleh para petani! Oi, mereka hanya anak kecil kan!? Kenapa sikap mereka sangat agresif!?
Tapi pada akhirnya Jean paham. Kedua anak ini sedang melindungi seseorang. Ada gadis yang sedang terbaring lemah di kasur. Tubuhnya ditutupi oleh selimut tipis yang sudah berjamur. Kalau dilihat lebih teliti lagi, sudah banyak lubang dalam selimut itu.
"JAWAB PERTANYAANKU! APA YANG SEDANG KAU LAKUKAN DI SINI DAN APA TUJUANMU!?"
Jean tidak menghiraukan kedua gadis itu. Dia dengan santai pergi ke tempat gadis itu berbaring. Ah, ranjangnya juga buruk. Keempat kaki yang menyangga dipan di atasnya sudah sangat lapuk. Bahkan jika gadis itu bergerak sedikit saja, ranjang itu pasti akan jatuh saat itu juga.
Tunggu. Jean merasa tidak asing dengan wajah gadis ini. Setelah dia ingat-ingat lagi, akhirnya Jean sadar bahwa dia pernah melihat gadis ini.
'Aku mengingatnya. Gadis ini adalah anak yang waktu itu dipukuli saat perjalanan ke pesta di rumah nona Natasha kan? Aku kira dia laki-laki. Ternyata anak ini adalah perempuan.'
Jean memeriksa kondisi gadis ini. Buruk. Tulang lengannya patah dan bahunya mengalami dislokasi. Kepalanya terluka cukup parah. Tidak cukup untuk membuatnya mati, tetapi kemungkinan akan menghilangkan fungsi kerja otaknya.
Jean menghembuskan nafasnya. Jean menggenggam lengan gadis itu. Sesaat kemudian, bunyi yang tidak menyenangkan terdengar dari tangan sang gadis.
KRAAAKKKK!!
TRAAAAKKK!!
CLAAAKKK!!
Setiap kali bunyi yang tidak enak di dengar muncul dari lengan gadis itu, tubuhnya yang tidak sadarkan diri akan selalu menggeliat dalam ketidaksadarannya. Kedua gadis kecil lain mencoba untuk menghentikannya, tetapi mereka tidak berani.
"Kondisi tulang lengannya buruk. Kalau terlambat ditangani, tangannya bisa membusuk dan kalian tidak punya pilihan kecuali memotongnya."
Jean selesai menyatukan lagi tulang yang patah dan bahu yang mengalami dislokasi kini sudah kembali ke posisinya. Gadis itu perlahan bangun dan dia melihat sosok Jean sedang berdiri di sampingnya.
"Si-siapa kamu? D-dan apa yang terjadi padaku?"
"Tubuhmu terluka dan kau tidak sadarkan diri. Aku sudah mengobati sebisaku. Kondisimu akan membaik tapi perlu beberapa hari untuk membuatnya pulih."
Gadis itu duduk di kasurnya. Tangannya sudah bisa digerakan tapi masih terasa sakit. Kepala juga sudah sembuh. Namun gadis itu masih sedikit pusing. Butuh setidaknya tiga hari untuk mengembalikan vitalitasnya.
"Terimakasih untuk pertolongannya, tuan baik. Tapi kami tidak memiliki apapun untuk membalas kebaikan anda. Sebagai gantinya, tolong ambil diri saya sendiri. Jangan mengambil kehidupan adik-adik saya!"
Jean tersenyum mendengar gadis itu. Sejujurnya dia tidak membutuhkan anak buah atau apapun. Tetapi kehadiran mereka akan bermanfaat untuk masa depannya. Mungkin.
"Katakan padaku. Apa kau mau membalas orang yang memperlakukanmu seperti ini?"
Uh? Gadis itu menoleh ke Jean. Laki-laki ini serius. Dia bisa tahu. Karena itu, sang gadis mengangguk. Api kemarahan dan dendam menyala di matanya.
"Bagus. Tiga hari lagi, ikut aku ke tempat dimana kau dihajar oleh dirinya. Datanglah ketika tengah malam telah tiba. Aku akan menunggumu di sana. Benar juga, siapa namamu?"
"Selena. Namaku Selena."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 244 Episodes
Comments
Konan
gadak entotnya nih?
2022-04-13
3