"Hei Charlotte, kau tahu, aku baru saja pulang dari kerajaan Orleans! Mereka adalah kerajaan yang besar dengan penduduk yang lebih banyak dari kerajaan Dublin! Ibukota mereka juga sangat luas sampai-sampai kau perlu tiga hari untuk mengelilinginya!"
Ketika acara minum teh mereka berlangsung, Jean berdiri di samping Charlotte dengan mata terpejam dan postur tubuh yang tegak. Yah, ini adalah kewajiban dirinya sebagai pelayan Charlotte.
Dia juga berperan sebagai penuang teh. Jadi setiap kali Charlotte dengan penuh antusias mendengar cerita Natasha dan teh di cangkir keduanya habis, Jean akan menguangkannya kembali.
"Ngomong-ngomong, Charlotte, darimana kamu mendapatkan pelayan tampan seperti dirinya. Ahhh, aku iri tahu!"
Menyenangkan untuk dipuji oleh gadis cantik dengan pesona yang indah. Tetapi Jean akan berpura-pura tidak mendengarnya!
"Ahhh...itu... sebenarnya kebetulan. Aku dan ibuku bertemu dia saat kami sedang dikepung oleh banyak orang. Lalu dia datang kepada kami dan menyelamatkan kami dari mereka. Sejujurnya, aku takut waktu itu. Tetapi setelah diingat lagi, Jean terlihat keren pada saat itu. Hehehe."
Jean memang sedang terpejam tetapi dia tahu ekspresi yang ada di wajah Charlotte. Entah delusi macam apa yang ada di kepala nonanya itu. Tiba-tiba Jean merasa merinding.
"Kalau begitu, Jean, kenapa kamu bisa bekerja menjadi pelayan pribadi Charlotte? Yang aku tahu, paman Hull itu sangat selektif dalam memilih pelayan untuk Charlotte?"
Jean membuka matanya. Giliran dia untuk berbicara, ya.
"Setelah membantu nona Charlotte dan bibi Cassie, saya ikut bersama keduanya ke rumah paman Hull. Saya sudah pernah bertemu dengan paman Hull sebelumnya. Karena itu, saya menawarkan kemampuan yang saya miliki agar bisa bekerja di perusahaan paman Hull. Berkat kebaikan paman Hull, saya bisa bekerja sebagai pelayan nona Charlotte."
Hehhh....Siku Natasha bertumpu di meja dan dia menyadarkan pipinya ke kepalan tangannya sendiri. Dia terlihat tertarik dengan cerita Jean.
"Sepertinya kamu punya banyak sesuatu yang menarik, Jean. Sekarang, aku ingin tahu apa saja yang kau kemampuan yang kamu miliki?"
Wanita ini....Jean dan Natasha saling bertatapan. Pandangan mereka tajam seolah menilai satu sama lain. Charlotte merasakan suasana mulai menegang.
"Tidak begitu banyak. Tetapi setidaknya saya cukup mahir dalam bertarung. Saya juga menguasai aritmatika, membaca, dan menulis. Tentu saja, pekerjaan rumah dan urusan rumah tangga adalah salah satu keahlian saya."
Meskipun jawaban yang Jean berikan sopan, ada nada persaingan di dalamnya. Sepertinya Natasha menjadi kesal karena jawaban yang Jean berikan.
"Ara, hanya segitu saja?"
"Tentu saja, saya juga telah belajar ilmu-ilmu alam seperti matematika, ilmu hayati, dan ilmu fisik. Selain itu, saya belajar mengenai ilmu sosial seperti Ekonomi, sejarah, dan filsafat. Anda bisa mengetes saya jika nona Natasha bersedia."
'Apakah anak ini membual!?'
Dahi dan mulut Natasha berkedut. Dia merasa bahwa dirinya sedang bersaing dengan Jean. Dia jadi terpicu untuk menguji kebenaran dari perkataan anak ini. Tetapi sebelum itu, dia merasakan hawa yang menusuk dari Charlotte.
"Oke Natasha. Aku tahu kamu sangat senang belajar. Jean juga sepertinya begitu. Tapi kita sedang minum teh kan? Jadi apakah kalian mau menyimpan masalah itu untuk nanti?"
Natasha mengangguk kaku seolah-olah lehernya adalah kayu yang telah reot.
Acara minum teh keduanya berjalan lancar lagi. Tapi tidak lama lagi dikacaukan dengan kegaduhan yang terjadi aula lantai pertama.
"Hmmm? Kenapa tiba-tiba menjadi sangat berisik disana, Natasha."
Natasha dengan santai menyesap tehnya. Tetapi alisnya mengernyit.
"Mereka punya kebiasaan aneh. Sejujurnya meskipun katanya itu adalah hal yang wajar, tetapi aku membenci sesuatu seperti itu. Ngomong-ngomong, kakak laki-lakiku dan kakak laki-lakimu juga ada di sana."
Jean baru ingat kalau Charlotte punya kakak laki-laki. Namanya adalah Samuel. Dia adalah anak pertama paman Hull dan bibi Casssie. Tidak ada yang mencolok dari dia kecuali sifatnya yang buruk. Jean ingat pernah membanting orang itu karena nyaris menampar Charlotte.
"Aku tidak menyarankan kalian untuk melihat itu, tapi kalian terlihat penasaran. Baiklah, ikut aku ke bawah."
Natasha menuntun mereka ke sumber kegaduhan. Suasananya sangat tidak menyenangkan ketika mereka sampai di sana. Semua hadirin yang ikut pesta ke bawah sedang berada di halaman belakang dan tertawa serta memuji tuan rumah.
Begitu melihat apa yang sebenarnya tejadi, Jean merasakan amarah Charlotte nyaris meledak jika tidak ditahan oleh Natasha. Sebenarnya Natasha juga sangat marah tetapi dia mempunyai kendali diri yang lebih baik.
Yang mereka lihat adalah sekitar 50 orang, yang sepertinya adalah rakyat jelata, sedang bergaya layaknya hewan ternak dan para bangsawan melemparkan roti serta makanan lain ke arah mereka. Orang-orang itu langsung berebut bagaikan anjing kelaparan.
Bagaimana perasaan Jean? Dia marah. Dia murka. Dan dia ingin membunuh semua bangsawan ini. Tetapi dia tidak melakukan itu. Bukan karena dia takut. Tapi membiarkan mereka mati begitu saja setelah mempermainkan hidup orang lain itu tidak menarik kan?
Hahh.... sebenarnya, berapa nilai hidup manusia yang sesungguhnya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 244 Episodes
Comments
Anya Forger
kakoi
2022-09-09
0
Nurul
Lu masih bocah Natasha jadi jangan ikut²an pesona milf(ara~ara~/fu~fu~fu) Ok!
2022-06-26
2
BTN
MC nya masih sibuk meraba filosofi hidup, sedangkan ibu dan kakak nya sudah sibuk di gilir sama bandit 😌
2022-04-28
3