Perlahan, Jean mendapatkan kesadarannya kembali. Dia mengedipkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan mata dan pengelihatannya. Tempat ini sempit, lembab, dan remang-remang. Hanya ada sedikit cahaya matahari yang masuk lewat lubang-lubang kecil yang ada di dinding.
Angin lembut berhembus dan menggelitik tubuh Jean. Dia lalu sadar kalau bagian atas dirinya tidak lagi memakai baju. Bagian bawah tubuhnya juga hanya ditutupi oleh celana pendek saja.
Seketika Jean teringat sesuatu. Di detik terakhir sebelum kesadarannya menghilang, dengan mata kepalanya sendiri dia melihat bahwa ayahnya mengalaminya luka yang sangat parah.
Saat itu juga, timbul perasaan baru yang belum dia pernah rasakan sebelumnya. Tetapi suatu saat Jean akan memahami bahwa apa yang dirinya adalah sekarang adalah kemarahan.
Perlahan, amarahnya semakin memuncak. Seharusnya dia dan ayahnya pulang pada sat itu. Lalu di sambut pelukan hangat oleh ibunya dan pelukan malu-malu dari kakak tersayangnya. Hari itu, seharusnya dia mengikuti pelajaran malam oleh ayahnya dan melakukan pelatihan pernafasannya dengan ibunya sebelum tidur.
Tetapi....kenapa sekarang dia ada di tempat yang kotor seperti ini!? Lalu Jean mengingatnya lagi. Wajah para ksatria yang menghajar ayahnya sambil tersenyum dan tertawa puas. Dia mengingat semuanya. Giginya bergemlutuk dan tangannya terkepal. Tubuhnya menjadi sangat panas dan pikirannya menggila.
Namun, seolah teringat oleh sesuatu, perasaan itu mereda. Digantikan oleh perasaan yang tenang. Pikirannya kembali jernih. Dia teringat dengan apa yang ibunya katakan pada waktu itu.
"Jean, suatu saat, kau mungkin akan merasakan sakit di dadamu. Lalu tubuhmu menjadi panas, tanganmu akan terkepal, mungkin hingga melukai tanganmu sendiri, dan pikiranmu akan menjadi kacau. Itulah yang disebut amarah. Pada saat itu tiba, hirup nafasmu dalam-dalam dan tenangkan hatimu serta dinginkan pikiranmu."
Ingatan Jean sangat kuat. Dia mengingat semua yang ibunya katakan. Jean berusaha melihat dan memahami keadaan sekelilingnya. Dia bersyukur karena walau tempat ini remang, masih ada cahaya. Bahkan dalam kegelapan malam, Jean bisa melihat situasi di sekitarnya bagai di siang hari.
Tapi percuma. Itu tidak membantu. Bahkan Jean bisa melihat area di sekelilingnya, dia masih tidak tahu tentang apapun. Jean tidak memiliki petunjuk sama sekali tentang apa yang sebenarnya terjadi di tempat ini.
Jean memejamkan matanya. Jika penglihatan tidak membantu, yang harus dilakukan selanjutnya adalah membiarkannya indera pendengaranmu membantumu untuk memahami di sekitarmu. Itulah hal lain yang ibunya katakan.
Hingga akhirnya, Jean mendengarnya. Namun itu mungkin adalah suasana yang tidak ingin dia dengar seumur hidup. Suara tangisan, teriakan, dan ratapan kesakitan dari anak-anak yang mungkin saja seusia dengannya.
Dia juga mendengar suara tawa dari orang dewasa diantara tangis-tangis anak-anak. Suara itu bahkan jauh lebih mengerikan daripada lolongan serigala di malam hari. Jean menelan ludahnya. Apa....yang sebenarnya sedang terjadi?
Pada saat itulah, dia merasakannya kehadiran lain. Tiga orang sedang berjalan menuju tempatnya berdiam. Dia mengamati ketiga orang itu. Mereka menggunakan zirah baja lengkap dengan senjatanya. Ada Crest atau lambang kebangsawanan yang bertengger di bagian kiri dada mereka.
Ayahnya pernah menunjukan gambar itu. Mereka adalah ksatria kerajaan Dublin. Dengan gaya yang gagah, mereka berjalan ke arah Jean dan tersenyum ketika melihat bahwa dirinya sudah sadar.
"Hei kalian! Bocah itu sudah sadar! Bawa dia keluar dan berikan dia pada para bangsawan itu!"
Kemudian, Jean ditarik oleh dua orang lainnya yang mungkin lebih rendah pangkatnya. Pintu selnya dibuka dan dia diseret sambil dicambuk berkali-kali. Itu sakit tapi dia bisa menahannya. Pelatihan dari ibunya jauh lebih menyakitkan daripada ini.
Tetapi Ksatria yang pangkatnya lebih tinggi tidak puas. Orang itu mencambuk Jean dengan lebih keras dan lebih keras lagi. Tapi bahkan Jean tidak mengernyit kesakitan atau menahan sakitnya dengan cara lain. Wajahnya tetap kosong.
"Mau bagaimana lagi. Setelah aku memberikan anak ini pada bangsawan itu, aku akan menikmati setiap ekspresi kesakitan yang ia buat di wajahnya."
Seringai keji muncul di wajah ksatria berpangkat tinggi itu. Jean benar-benar tidak mengerti apa yang ksatria itu pikirkan. Yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah pasrah diseret oleh mereka.
Jean dibawa ke sebuah ruang di bawah tanah. Berbeda dengan sel yang menjadi tempatnya tadi, cahaya matahari sama sekali tidak masuk ke dalam tempat ini. Sebagai gantinya, lilin menyala di seluruh penjuru ruangan ini.
'Jadi begitu.... tempat inilah..... tempat inilah yang menjadi sumber dari semua jeritan tadi!'
BRUKKKK!!!
Tubuh Jean dilempar ke hadapan seorang pria dengan perut besar dengan wajah yang bundar. Hidungnya sangat besar dan matanya sipit. Mulutnya tersenyum Tetapi bukan senyum yang menggambarkan kebaikan. Senyum itu adalah senyum yang penuh kekejian dan kekejaman.
Orang itu langsung meraih tangan Jean dan menyeretnya bagaikan menyeret sebuah karung. Jean dipaksa duduk dan tangannya diborgol di atas sebuah meja. Pada akhirnya Jean sadar kalau bukan hanya dirinya yang ada di sini.
Ada belasan anak yang seusia dengannya dan mereka berada dalam kondisi yang sangat mengesankan. Mereka disambut, jari mereka dipatahkan atau bahkan dipotong. Mereka disiksa dengan sekejam-kejamnya penyiksaan.
Tidak hanya sampai di situ. Jean juga melihat dengan jelas. Dengan mata kepalanya sendiri, dimana seorang bocah wanita yang seumuran dengannya diperkosa oleh banyak orang dewasa. Ada juga anak laki-laki yang 'ditusuk' dari belakang oleh banyak orang dewasa. Setelah mereka puas, barulah mereka membunuh anak-anak itu dengan dilemparkan ke gerombolan anjing yang kelaparan!!
Air mata mulai keluar. Jean dipenuhi rasa takut. Apakah dirinya akan mengalami nasib yang sama dengan mereka? Itu pasti sangat sakit, diperlakukan seperti itu.
Saat pikirannya terbang kemana-mana, dia merasa rambutnya dijambak dan kepalanya dibenturkan ke atas meja dengan sangat keras. Jean merasa sangat kesakitan. Cairan hangat mengalir di pelipisnya. Itu adalah darah.
"Kemana kau melihat, bocah kecil?? Aku adalah orang yang akan membimbingmu mulai dari sekarang. Sekarang, saatnya bersenang-senang!"
Tawa keji keluar dari mulut pria itu. Dengan begitu, dimulai lah hari-hari penyiksaan untuk Jean.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
*mohon maaf karena author tidak ahli dalam menuliskan hal-hal yang berbau sadis. Harap maklum, ini baru pertama kalinya Author menulis cerita dengan tema seperti ini. Tapi author berharap agar pembaca tetap bisa menikmati cerita ini.
Best Regard, Mawangsyah*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 244 Episodes
Comments
Sak. Lim
sampah pecundaaang ngbisin chapter aja yg pntas sampah masyarakat bukan ksatria
2024-03-31
0
ay Jago
sejauh ini alurnya bagus thor
2024-01-31
0
huff
bantai
2022-07-23
0