Malam itu, Penguasa kerajaan Dublin mendapatkan kabar yang menggemparkan. Seorang uskup agung bersama dengan empat bangsawan ditemukan tewas di ruang bawah tanah katedral St Thomas.
Katedral ini adalah satu-satunya katedral yang ada di kerajaan Dublin. Bangunan ini adalah bentuk hadiah dari Kekaisaran Vancouver. 20 tahun yang lalu, salah satu wanita dari garis keluarga raja diambil sebagai selir oleh kaisar. Dan sebagai salah satu hadiah, Katedral ini dibangun.
Pagi setelah informasi tentang pembunuhan sampai di telinga raja, dia langsung mengirimkan para ksatria untuk menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi. Dan begitu para ksatria sampai di lokasi, mereka semua langsung muntah setelah melihat kondisi mayat-mayat yang ada di sana.
"Jahat......Kejam sekali! Apa yang sebenarnya pembunuh itu pikirkan?! Kenapa mereka membunuh orang-orang baik seperti ini!?
Salah seorang ksatria menutup salah satu mayat dengan selimut yang dia bawa. Mereka semua bergegas untuk memindahkan semua mayat ini keluar basement katedral. Termasuk tiga mayat bangsawan dan satu mayat uskup agung.
"Mustahil......bahkan uskup agung, perwujudannya kebaikan, juga terbunuh."
Beberapa Ksatria bahkan menangis ketika melihat jenazah uskup agung yang dibawa naik. Dia adalah orang baik. Dia memberikan permen kepada anak-anak yang tinggal di jalanan. Dia juga memberikan mereka pakaian dan tempat untuk tinggal. Tapi....tapi kenapa dia harus mati dengan cara seperti itu!?
"Tidak bisa diterima! Kita harus mencari tahu pembunuhnya, menggantungnya di depan publik, dan menggergajinya di hadapan seluruh rakyat kerajaan Dublin!!"
"Benar!! Mari kita balaskan dendam tuan dan rekan kita!!"
"Benar!! Hancurkan Dia!!"
Sorak-sorai para Ksatria memenuhi area katedral. Mereka melihat orang baik-baik mati dan rekan mereka juga bernasib sama. Api kemarahan benar-benar membakar diri mereka, sekaligus membutakan hati serta pikiran mereka.
Di tengah keriuhan, ada seorang wanita yang juga ikut turun dalam penyelidikan kasus pembunuhan ini. Tubuhnya tinggi sempai, langsing, dan memiliki wajah yang cantik. Irisnya berwarna biru safir dan rambut kuningnya dia potong pendek. Hanya sampai ke pundaknya. Model yang tidak umum untuk para wanita di kerajaan ini.
'Apanya orang-orang baik? Mereka tidak lebih dari timbunan sampah. Binatang yang memakai topeng dan kulit manusia. Tidak, bahkan mereka lebih rendah daripada sampah'.
Gadis itu memandang para Ksatria dengan tatapan ironik. Dia adalah salah satu pekerja di kastil kerajaan. Meskipun bukan pekerjaan yang penting, dia telah membangun jaringan dengan para pembesar dan istri-istri bangsawan.
Gadis itu tahu betapa biadabnya orang-orang yang para ksatria itu sebut sebagai orang baik. Tapi mengatakan hal itu akan membuat masalah lebih runyam. Jadi dia memutuskan untuk tidak mengatakan apapun dan tetap membiarkan suasana ini sebagaimana mestinya.
'Tapi membunuh lebih dari 70 orang, kah? Siapa sebenarnya orang itu? Dan kenapa dia melakukan hal itu?'
Gadis itu tetap terdiam dengan segudang pertanyaan bertumpuk di kepalanya.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Hahhhh.....hahhhhh....hahhhhh...
Bocah laki-laki berusia delapan tahun itu terus berlari menerjang lebatnya pepohonan, licinnya lereng bukit, dan tajamnya bebatuan. Terkadang dia melompat dari satu pohon ke pohon yang lain, terkadang juga berlari di atas tanah tanpa alas kaki apapun, terkadang juga berenang menyusuri sungai nan deras.
'Perasaanku sangat buruk! Aku harus segera sampai ke rumah! Ibu, ayah, Kak Jeanne....Tunggu aku di sana!!'
Anak itu, Jean, mempercepatnya langkahnya. Di samping kanan pinggangnya tergantung sebilah pedang yang berlumuran darah. Selain membunuh para ksatria, Jean juga menggunakan pedang itu untuk menghabisi hewan-hewan liar seperti serigala, ular, dan lainnya.
Mungkin sudah sekitar tiga hari dia berlari. Malamnya, Jean sudah memasuki area desanya. Dia cukup lega pada saat itu. Tetapi dadanya langsung merasa sakit dan tubuhnya dipenuhi kekhawatiran ketika melihat desanya sudah porak-poranda.
'Tunggu!! Apa yang sebenarnya terjadi!? Kenapa semua rumah terbakar!? Kenapa hewan-hewan ternak hilang!? Kenap....Uhuk!!'
Pertanyaannya terpotong ketika Jean mencium aroma yang tidak lagi asing di hidungnya. Aroma Kematian. Jean menahan keinginannya untuk muntah. Bau ini jauh lebih buruk daripada apa yang dia cium di basement tempat penyiksaan.
Jean memberanikan diri untuk datang ke sumber aroma itu. Asalnya ada di sana, di balik sebuah rumah. Dia bersembunyi sejenak di sebuah rumah, lebih tepatnya reruntuhan, untuk memastikan bahwa tidak ada musuh. Saat ia keluar, pemandangan yang terhampar di depannya benar-benar membuat Jean jatuh berlutut.
Anak-anak, orang tua, laki-laki, dan perempuan, semuanya terbaring tidak bernyawa di sebuah lubang besar. Tubuh mereka dipenuhi oleh anak panah. Tidak hanya anak panah, Jean juga dapat melihat ada luka sayat di leher mereka.
'Hha!! Ayah, Ibu, Kakak Jeanne!!'
Jean langsung berlari. Dia berharap kakaknya dan orang tuanya baik-baik saja, yang segera pupus ketika mendapati bahwa rumahnya telah terbakar habis. Yang tersisa hanyalah bangunan kayu yang telah tersisa menjadi arang.
"AYAH!!! IBUUUU!!!! KAK JEAANNN!! DIMANA KALIAN!!???"
Jean berteriak sembari menahan air matanya agar tidak bocor. Dia telah disiksa habis-habisan, melihat sesuatu yang amat mengerikan, membunuh banyak orang untuk pertama kalinya, dan kelelahan karena telah berlari tanpa henti selama tiga hari!
Yang dia inginkan hanyalah melihat orang tua dan kakaknya menyambutnya di depan rumah! Memeluknya untuk mendapat kembali kehangatan yang telah dia rindukan selama ini! Menenangkan dirinya yang khawatir! Hanya itu saja! Jean tidak pernah meminta lebih!!
Namun kenapa....Kenapa Ini semua terjadi padanya! Jean hanyalah bocah kecil! Dia baru berusia delapan tahun! Tapi kenapa dia harus dihajar oleh realitas yang keras!
Jean menggigit bibirnya hingga berdarah. Tangannya juga terkepal hingga berdarah! Sejenak kemudian, Jean berteriak. Yang dia lakukan pada saat itu hanyalah berteriak dan berteriak!
Pada akhirnya, Jean mendapatkan sebuah kesimpulan. Dunia ini tidak adil. Jean bangkit. Dia mencari siapapun yang selamat. Hingga pada akhirnya, ada suara yang sangat ia kenali dari sebuah reruntuhan.
"Jean? Jean, kaukah itu!? Alfred, lihat! Itu adalah Jean! Syukurlah kau selamat!!"
Dan itu adalah suara milik bibi Jhonson.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 244 Episodes
Comments
M Angga Saptiya
bagus banget ceritanya author👍
2023-05-09
0
RushTom
aku sebenernya kurang suka tema dark tapi alur cerita ini bagus penggambaran emosi bikin yg baca ikutan terjun bersama MC.. baru ketemu lagi novel yg bagus semoga authornya betah nulis wkwkwk
2022-09-13
1
Tri Andi Wijaya
hebat si Jean
2022-05-21
1