Jean tidak pernah menyangka kalau dia akan bertemu dengan istri dan anak perempuan paman Hull. Ini kebetulan yang sangat menyenangkan. Atau mungkin takdir? Entahlah. Yang jelas, keberuntungan sedang berpihak pada Jean.
Mereka berjalan bersama menuju kediaman Paman Hull dan mengobrol di sepanjang perjalanan. Cassie bertanya kenapa Jean ingin mengunjungi suaminya Tetapi Jean menjawab kalau itu semua akan dia jelaskan kepada paman Hull.
"Ngomong-ngomong nak Jean, apakah kamu sendirian di kota ini? Kemana ayahmu dan ibumu? Tidak baik untuk seorang anak-anak berkeliling di kota ini sendirian."
Jean tersenyum. Setidaknya di luar. Di dalam hatinya, dia merasakan rasa sakit yang tidak terkira. Dia ingin marah tetapi Jean paham bahwa ini bukan salah Cassie untuk bertanya seperti itu. Lagipula Cassie memang benar. Tidak baik untuk anak sekecil dia berada di kota tanpa ditemani oleh orang dewasa.
"Orangtuaku sedang sangat sibuk. Jadi mereka tidak bisa menemaniku. Bibi Cassie tidak perlu khawatir, seperti yang bibi lihat, aku cukup kuat kan untuk mengalahkan orang dewasa tadi?"
Cassie tertawa canggung. Dia melihat sendiri bagaimana Jean mengalahkan para lelaki yang tadi mengeremuni dirinya dan Cahrlotte. Mungkin tidak ada gunanya untuk mengkhawatirkan Jean, tetapi insting keibuannya tidak mengizinkan dia untuk melakukan hal itu.
"Pokoknya, ayo bergegas. Hull sedang agak sibuk tetapi mungkin dia akan meluangkan waktunya untuk kamu. Ah benar juga. Dari mana kamu mengenal Hull?"
"Ayah adalah petani di desa. Pada saat pertama kalinya aku ke kota bersama ayah, dia mengenalkan aku kepada paman Hull. Kami mengobrol cukup panjang. Dia orang yang menyenangkan."
"Oh ya? Baru pertama kalinya ada yang mengatakan kalau suamiku adalah orang yang menyenangkan. Betapa senangnya. Fufufu."
Jean juga tertawa kecil. Dia merasa kehangatan seorang ibu dari Casssie. Sedikit demi sedikit, Jean mulai nyaman dengan Cassie. Yang menjadi sedikit masalah adalah Charlotte. Tetapi Jean tidak terlalu memikirkan itu.
Matahari telah mencapai puncaknya ketika Jean, Cassie, dan Cahrlotte telah tiba di rumah paman Hull. Cassie dan Charlotte masuk terlebih dahulu sebelum akhirnya Jean mengikuti mereka berdua dari belakang.
"Dimana Hull? Apakah dia masih berbicara dengan rekan bisnisnya?"
Cassie bertanya pada salah satu pegawai yang bekerja di rumah paman Hull. Dia bilang paman Hull masih berbicara dengan rekan bisnisnya tetapi sebentar lagi dia akan selesai.
"Kalau begitu Jean, maukah kamu menunggu di ruang tamu? Ah dengar, perutmu berbunyi. Kamu belum sarapan? Aku akan menyuruh salah satu pelayan untuk membawakanmu makanan jadi tunggu saja di sana oke?"
Ah, Jean jadi sedikit malu. Selama perjalanan ke sini, dia memang hanya makan dua kali Saja. Tadi pagi dia belum sarapan karena perutnya belum merasa lapar. Tetapi rasa lapar itu menyerangnya sekarang.
Jean dengan patuh menunggu di ruang tamu. Salah satu pelayan mendatanginya dan membawakan Jean roti isi daging serta sari jeruk. Jean makan dengan lahap hingga perutnya terasa penuh. Dia sudah kenyang sekarang.
"Hai Jean. Kita bertemu lagi. Bagaimana kabarmu? Apakah kamu baik-baik saja? Dan bagaimana dengan ayahmu? Apakah luka-lukanya sudah membaik.
Paman Hull masuk ke ruang tamu bersama Cassie. Jean dengan sopan memberikan salam kepada paman Hull.
"Soal itu.....ada yang ingin saya bicarakan kepada anda, paman Hull."
Paman Hull sedikit bingung. Tapi dia mengangguk dan duduk di depan Jean bersama dengan Cassie di sampingnya. Pada saat itulah, Jean mulai menceritakan tentang semua yang terjadi. Tentang nasib desa dan keluarganya, termasuk juga ayahnya.
Sepanjang mendengarkan cerita, Paman Hull mengepalkan tangannya dengan sangat keras. Jean secara jelas dapat merasakan kemarahan yang mengamuk dalam diri paman Hull. Dan kemarahan itu benar-benar mencapai ujungnya ketika dia mendengar bahwa Nicholai meninggal karena tidak bisa sembuh dari luka yang telah dia derita.
Sementara Casssie, dia menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Air matanya mengalir deras ketika mendengar tragedi yang Jean alami. Jean hanyalah anak berusia delapan tahun yang seharusnya dapat hidup dengan bahagia layaknya anak-anak yang lain. Tapi kenapa takdir yang buruk menimpa Jean? Kenapa dunia ini begitu keras terhadap anak berusia delapan tahun?
Digerakan oleh naluri keibuannya, Cassie memeluk Jean dengan lembut. Mungkin untuk menenangkan Jean. Jean merasa tenang karena perlakuan dan kasih sayang yang ditunjukan oleh Cassie.
"Maafkan aku Jean. Jika pada saat itu aku tahu lebih awal kalau para Ksatria itu akan mengambil anak-anak, aku tidak akan terlambat untuk menyelamatkanmu dan Nicholai."
"Ini bukan salah paman. Merekalah yang melakukan dosa itu. Terimakasih karena paman telah membawa ayah pulang ke desa."
Paman Hull menggeleng. Kehilangan keluargamu di usia delapan tahun adalah tekanan terberat untuk jiwa seseorang anak kecil. Kalau bisa, paman Hull ingin melakukan sesuatu untuk Jean. Setidaknya agar rasa bersalah dalam dirinya tidak menghantui dirinya.
"Lalu paman Hull....Bolehkah aku meminta sesuatu darimu?"
"Hmmm? Katakanlah, Jean. Aku bisa mengabulkan permintaanmu jika masih berada dalam kemampuanku."
"Aku ingin meminta pekerjaan paman. Apapun itu. Aku bisa membaca, menulis, dan menghitung. Aku juga bisa mengerjakan urusan rumah tangga seperti membersihkan rumah ataupun memasak. Dan aku memiliki kemampuan beladiri yang cukup baik. Jadi apapun itu paman, tolong, berikan aku pekerjaan!"
Jean bersujud di depan paman Hull. Sementara paman Hull dan Cassie hanya saling berpandangan. Bagi mereka, bukan hal yang wajar untuk seorang bocah berusia delapan tahun menjalani sebuah pekerjaan. Mereka harusnya bermain bersama teman-temannya dan menghabiskan waktu mereka dengan bersenang-senang.
"Angkat kepalamu, Jean. Baiklah. Aku dan Cassie akan memberikan pekerjaan. Mulai besok, jadilah pelayan pribadi Charlotte. Kau juga akan menjadi penjaga bagi dirinya. Aku akan menggaji dirimu sebanyak 2 koin perak Van dan 50 tembaga Van dalam seminggu. Bagaimana dengan itu?"
Jean langsung mengangkat kepalanya. Matanya berbinar dan wajahnya menggambarkan kebahagiaan. Paman Hull maupun Cassie tertawa kecil. Jean selama ini terlihat dewasa di umurnya yang semuda ini. Tetapi sekarang dia terlihat seperti anak seusianya yang mendapatkan hadiah dari orang tuanya.
Dan dengan begitu, lembaran hidup baru Jean telah dibuka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 244 Episodes
Comments
Heri Wibisono
umur 8 thn....
2023-07-31
0
•P3CINT4 SIST3M ¤P•
ibu Jean Gimna tuh nasibnya, kasian oy
2022-05-09
5
The Unknown
apakah ada love instrest antara Jean dan Charlotte nantinya?
2022-03-08
2