Suara tangisan bayi terdengar di rumah sang ibu. Setelah dia melihat kalau ternyata apa yang ada di dalam kotak itu adalah bayi laki-laki yang lucu, dia tidak bisa bersikap seolah-olah itu bukan urusan dirinya. Karena itulah, dia membawa bayi laki-laki itu pulang ke rumahnya.
"Mamah, mamah! Lihat Jean menangis! Apakah dia haus?"
Jeanne yang daritadi menemani bayi laki-laki yang diberi nama Jean, menghampirinya ibunya di dapur. Dengan gerakan imut ala gadis berusia lima tahun, dia menarik gaun yang ibunya pakai.
"Oh, kamu benar, Jeanne. Jean pasti haus dan lapar. Apakah kamu mau menemani mamah untuk menyusui adikmu?"
"Iya, Aku mau!"
Jeanne dengan senang hati menemani ibunya pergi ke kamar. Ibunya mengangkat Jean lalu membuka bagian atas pakaiannya hingga ke bawah buah dadanya. Dengan gembira, Jean menyusu.
"Dia terlihat menggemaskan....."
"Apakah begitu, Jeanne?"
"Unnn! Karena Jean imut, Jeanne akan merawatnya dengan baik!"
Sang ibu tersenyum lembut kepada Jeanne dan menepuk kepalanya yang kecil. Sudah sekitar satu minggu semenjak dia menemukan Jean dan selama itu juga, Jeanne membantunya mengurus Jean. Dia yakin Jeanne akan menjadi kakak yang baik.
Saat dia dan Jeanne sedang bercengkerama dan bercanda, sembari menyusui Jean, suara seorang lelaki terdengar dari ruang tamu.
"Svetlana, Jeanne! Dimana kalian?"
Benar juga, nama ibu itu adalah Svetlana. Svetlana lalu menyuruh Jeanne untuk menghampiri ayahnya di ruang tamu. Untung Jean tidak lama menyusu. Setelah bocah kecil itu merasa kenyang, dia melepaskan mulutnya dari Persik Svetlana dan jatuh tertidur.
Svetlana tersenyum lembut dan menyentuh pipi kecil Jean. Dia terlihat sangat menggemaskan. Svetlana menganggap bahwa Jean adalah anaknya sendiri. Setelah meletakan Jean di box bayi, dia segera menghampiri suaminya.
"Ara, Nicholai. Kamu sudah kembali. Tumben sekali, biasanya malam hari kamu baru pulang."
"Iya. Pertemuan di balai desa lebih cepat berakhir daripada biasanya. Oh ya, bagaimana dengan Jean? Apakah anak itu terus merengek ketika aku tidak ada di rumah?"
Svetlana yang baru saja selesai menyeduh teh untuk Nicholai, suaminya, menggeleng.
"Tidak. Dia hanya menangis ketika lapar dan buang air. Di luar itu, dia selalu tersenyum, tenang, dan tidak rewel. Sangat berkebalikan dengan Jeanne ketika dia masih bayi ya?"
Svetlana terkikik dan menoleh ke arah Jeanne, yang sedang dipangku oleh Nicholai. Jeanne merasa sangat malu pada waktu itu hingga wajahnya menjadi sangat merah. Bahkan dia akan menangis seandainya Svetlana tidak memangkunya dan menepuk kepalanya dengan lembut.
Svetlana, Nicholai, Jeanne, dan kini Jean. Mereka adalah keluarga kecil yang bahagia. Rasanya mereka tidak memerlukan apapun kecuali mempertahankan keharmonisan semacam ini.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Delapan tahun kemudian.........
Seorang bocah laki-laki berusia delapan tahun sedang berusaha menghindari tebasan pedang seorang gadis berusia 13 tahun. Setelah menghindar, dia mencari celah untuk menyerang balik. Dengan gerakan yang lincah, laki-laki itu segera mencapai bagian belakang tubuh gadis itu dan menusukan pedang kayunya.
"Kali ini aku yang menang, kak Jeanne!"
Bocah laki-laki itu berhasil mengucur gerakan gadis yang menjadi lawannya. Gadis itu, Jeanne, pada akhirnya mengangkat tangannya karena sudah kalah.
"Oke, oke. Jean yang menang kali ini. Tapi lain kali, aku pasti akan mengalahkaknmu!"
Jean dan Jeanne baru saja selesai latih tanding. Ini adalah kegiatan rutin yang harus Jean jalani. Dia sudah dilatih untuk bertarung semenjak usia Lima tahun. Tiga tahun lebih awal jika dibandingkan dengan Jeanne yang baru diajarkan teknik bertarung diusianya yang ke delapan.
Tentu saja itu bukan permintaan Jean. Kata Svetlana, ibu Jean, seorang lelaki harus menjadi kuat untuk bisa melindungi apa yang berharga baginya. Tentu saja Jean yang masih berusia lima tahun pada waktu itu tidak tahu apa yang dia katakan. Bahkan sampai sekarang, dia masih tidak mengerti.
Sejauh ini, Jean dilatih dengan keras. Bahkan porsi latihannya lebih banyak daripada Jeanne. Sejak saat itu, dia harus berlari mengelilingi lapangan yang ada di dekat rumahnya sebanyak seratus kali, sepuluh kali lipat lebih banyak dibandingkan Jeanne.
Dia juga harus berlatih mengayunkannya pedang sebanyak seribu kali setiap harinya. Belum lagi push-up, sit-up, dan lain-lain sebanyak seribu kali juga. Mau tidak mau, Jean harus menuruti perintah ibunya atau jatah makan malamnya akan dikurangi.
"Baiklah, karena hari ini Jean berhasil memenangkan pertandingan, bunda akan menambah jatah makan malam kamu. Berbahagialah, Jean!"
Svetlana yang daritadi mengawasi mereka berdua datang kepada mereka dengan senyum puas di wajahnya. Dia memeluk Jean tanpa ragu-ragu meskipun keringat deras mengalir di tubuh Jean.
Sementara itu, Jeanne menunjukan ekspresi yang tidak puas. Pipinya menggembung. Kekalahan ini membuat wibawa Jeanne menjadi runtuh. Dia adalah tipikal kakak perempuan posesif yang selalu ingin melindungi adik laki-lakinya yang berharga.
Jean menghampiri Jeanne ketika Svetlana melepaskannya pelukannya. Dia lalu berjinjit sedikit dan menepuk kepala Jeanne dengan lembut, yang membuat gadis itu menjadi sangat malu.
"Hmmmpphh! Jangan menepuk kepalaku seperti itu!"
"Eh....apakah...kakak membenciku?"
Wajah Jean memelas. Ini membuat Jeanne terkejut dan langsung meminta maaf kepada Jean dengan nada hampir menangis.
"Sudah-sudah. Kalian berdua jangan bertengkar oke? Ayo bantu aku untuk menyiapkan makan malam. Ayah akan pulang sebentar lagi."
Keduanya mengangguk dan mengikuti Svetlana dari belakang. Seperti biasa, kehidupan mereka hari ini juga berjalan dengan damai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 244 Episodes
Comments
Anya Forger
keren
2022-09-09
0
Nomor XY
hmm mari kita bayangkan🤔. 1000 kali untuk anak kecil apakah disebut latihan? atau penyiksaan?
2022-08-06
1
Marzoni Rj batuah
emang ada ASI nya gitu, ibunya jeanne khan nggak ngelarihin
2022-04-26
2