Diruang keluarga yang kini nampak canggung dengan adanya Mona dan Shen. Sudah seharian, Mona terus berada di rumah itu tanpa perduli bagaimana Shen melirik nya sinis.
Arnold juga hanya memilih diam fokus dengan acara yang tengah mereka tonton. Sungguh sangat aneh, tapi ini sungguh ada. Wanita simpanan yang begitu percaya diri berbaur bersama keluarga lelakinya, terlebih ada anak dan istrinya.
" Ibu, ini untuk ibu. " Asha menyerahkan sebungkus camilan miliknya untuk Shen.
" Tidak sayang, Ibu sudah tidak terbiasa memakan camilan lagi. " Shen tersenyum seraya mengusap pipi sang anak dengan lembut.
" Tapi, Ibu semakin kurus. Bagaimana kalau Ibu sakit? " Ujar Asha menatap khawatir.
" Asha, badan Ibu memang kurus, tapi Ibu memiliki banyak kekuatan untuk melawan penyihir jahat. Jadi, Asha tidak perlu khawatir. "
" Ibu, penyihir jahat itu kenapa harus ada? Aku benci penyihir jahat itu! "
Shen tersenyum, sebentar dia melirik Mona untuk memberitahu bahwa penyihir jahat yang sedang ia bicarakan adalah dirinya.
" Penyihir jahat ada karena sifat serakah, dan juga terlalu banyak berteman dengan setan. Penyihir jahat adalah musuh bersama, dan siapapun yang berteman dengan penyihir jahat, dia juga lama kelamaan akan menjadi penyihir jahat juga. "
Asha bergidik ngeri, dia sampai memeluk Ibunya karena merasa takut dengan penjelasan Ibunya.
" Ibu, aku akan jadi anak baik dan tidak serakah, aku tidak ingin berteman dengan penyihir jahat, lalu menjadi penyihir jahat juga. "
Shen mengangguk seraya melirik lagi menikmati wajah kesal Mona yang luar biasa menyeramkan. Bukan hanya Mona, rupanya ucapan remeh itu juga membuat Anya tersindir, dia juga tak bisa melakukan apapun selain mengumpat di dalam hati.
Dasar Shen kurang ajar! Anak dan Ibu sama-sama menyebalkan! Awas saja kalian berdua, aku tidak akan tinggal diam dan menerima hinaan ini!
Setelah selesai menonton acara keluarga, Shen udah menidurkan Asha, dan kini dia berniat menuju ke kamarnya. Tapi begitu dia keluar dari kamar Asha, dia berhenti mendadak karena melihat Mona berjalan menuju ke ujung ruangan yang tak lain adalah tempat kerja sekaligus ruang baca Arnold. Sejenak Shen menyunggingkan senyum, lalu bergegas menuju ke dapur. Dia meraih cangkir, lalu membuatkan teh hijau kesukaan Arnold, dan juga biskuit rumput laut yang biasa Arnold makan.
Langkah demi langkah Shen lalui dengan percaya diri, jika saja itu Shen beberapa bulan yang lalu, mungkin yang akan Shen lakukan adalah mendobrak pintu, lalu memaki habis Mona. Ayolah, Shen yang sekarang sudah bisa berbipikir jernih, jadi dia akan lebih cerdas memposisikan dirinya agar bisa menguasai permainan yang Mona ciptakan.
Sejenak Shen terdiam mencoba mendengarkan adakah suara sensasional dari dalam? Rupanya tidak ada, kecuali mereka yah sedang mengobrol entah apa itu tidak terlalu jelas. Tidak perlu mengetuk pintu, Shen langsung saja membuka pintu yang tidak terkunci itu.
" Wuah, ada Nona Mona juga rupanya? " Shen tersenyum menghina saat mendapati Mona tengah memeluk Arnold dari belakang, sementara Arnold nampak sedang sibuk dengan buku yang ada di tangannya.
" Malam-malam begini mendatangi suamiku, apakah begitu menyenangkan? Ups! Bajumu agak terbuka ya? Nona Mona, aku jadi memiliki prasangka buruk nih. " Shen memaksakan senyumnya, dia melanjutkan langkahnya, lalu meletakkan nampan yang berisi teh dan biskuit.
Sementara Mona, wanita itu terpaksa menjauhkan dirinya saat kata-kata menohok Shen serasa menyentil egonya.
" Arnold, minumlah teh nya. Aku juga membawa biskuit rumput laut kesukaanmu. " Shen berjalan mendekati Arnold, menggeser kasar tubuh Mona, lalu memeluk lengan Arnold. Tak sampai disitu saja, dia menarik lengan Arnold lalu membawanya untuk duduk di kursinya. Sementara Mona, wanita itu lagi-lagi harus menelan pil pahit atas kegagalan untuk mendekati Arnold, ditambah lagi bokongnya yang membentur lantai terasa lumayan sakit.
" Ya ampun! Nona Mona kenapa duduk di lantai? Aku tidak marah kok, meskipun kau sering menggoda suamiku, tapi aku merasa tidak selevel denganmu, dan suamiku sudah tidak buta lagi. Jadi, kau bukan ancaman bagiku. "
Mona terperangah kesal, rasanya ingin sekali dia menghampiri Shen, menjambak rambutnya, dan mencakar habis wajahnya yang menyebalkan itu.
Sementara Arnold, pria yang selalu dalam kebimbangan itu memilih untuk diam dan membiarkan saja semua terjadi sesuai keinginan Shen. Iya, dia paham benar jika Shen ingin membalas dendam atas luka masa lalu yang Mona berikan, maka terima saja, dan menunggu giliran sampai saat itu datang juga kepadanya.
" Arnold, ayo cepat diminum! " Shen berdiri dibelakang kursi Arnold, membungkuk, lalu memeluk Arnold dari belakang, serta memberikan kecupan kecupan di tengkuknya yang cukup membuat Arnold berdebar.
" Terimakasih. " Ucap Arnold yang tida tahu lagi harus bicara apa.
" Berhentilah menggoda Arnold! Dia tidak akan tergoda olehmu! " Kesal Mona seraya bangkit untuk berdiri. Melihat bagaimana Shen mengecup tengkuk Arnold, rasanya Mona tidak tahan lagi menahan rasa marah dan cemburu yang luar biasa mendidih di kepalanya.
" Ya ampun! Nona Mona mulutmu kasar sekali ya? Padahal anda ini lumayan cantik, ck! Sungguh sangat disayangkan! "
Mona mencoba meredam emosinya saat tatapan matanya bertemu dengan Arnold. Iya, dia tentu tidak ingin image nya menjadi buruk di mata lelaki itu.
" Aku, aku hanya kesal saja. Maaf, karena sudah asal bicara. "
Shen tersenyum miring, tatapannya kini tajam menatap Mona yang tengah berpura-pura lugu itu. Tapi sudahlah, bukan hal benar jika menunjukkan betapa marahnya dia dengan wanita itu, maka Shen memilih kembali menutupi kemarahannya.
" Aduh, saya malah merasa tidak pantas menerima permintaan maaf dari anda. "
Mona kembali menatap Shen marah, dia tahu benar jika Shen selalu menghinanya melalui kata-kata manis yang seolah merendah.
Maksudmu? Kau pikir aku sudi? Dasar wanita sialan! Sekali jelek tetap sana jelek!
" Arnold, aku merindukan mu. Bisakah aku menemanimu disini? " Shen kembali berjalan mendekati Arnold, lalu menyusup dan kini duduk dipangkuan Arnold.
Mona sempat maju selangkah karena tidak tahan dengan sikap Shen yang sok manja itu, dia berniat menghempaskan tubuh Shen dari pangkuan Arnold, tapi lagi-lagi dia harus menahannya karena Arnold akan marah padanya nanti.
Cup...
Shen mengecup singkat bibir Arnold, lalu tersenyum setelahnya. Karena Mona hanya mendelik marah dan tidak pergi, maka dia kembali mengecup bibir Arnold, lalu mulai menyesapnya dengan ganas.
" Shen! " Arnold mencoba menghentikan Shen yang mulai hilang kendali, tapi Shen justru kembali membenamkan bibirnya, memasukkan lidahnya ke dalam rongga mulut Arnold, dan membiarkan lidahnya menari disana.
Tak tahan lagi melihat itu, Mona berjalan keluar sembari menyeka air matanya. Ada harapan di dalam hati bahwa nantinya Arnold akan menghentikan kegiatan itu, maka dia tetap membiarkan pintu tidak tertutup rapat.
" Shen, hentikan! " Ucap Arnold saat Shen mulai memainkan lidahnya di lehernya.
" Tidak akan! " Shen tahu benar jika Mona masih melihat mereka, maka dia juga tidak akan membiarkan kegiatan ini berhenti dan membuat Mona menang pada akhirnya.
" Shen, jangan salahkan aku kalau aku lepas kendali. " Arnold kembali memperingati, tangannya erat memegang pinggiran meja menahan diri agar tidak kehilangan kendali.
" Kenapa? Apa aku kurang lihai? " Shen mensejajarkan wajahnya, tapi tangannya masih tidak berhenti. Celana berpinggang karet itu mempermudah tangan Shen untuk masuk kedalam dan menggenggam bagian bawah Arnold yang sudah sesak itu.
Bersambung...
Mau di skip gak nih? 😂 kasih komen yak.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
N Wage
lanjuuuut
2024-04-28
0
Nining Chili
😡😡
2024-03-12
0
Love 💞💞💞
hadeeh sampe dipart ini ga tahan pengen koment,kenaoa jg si shen mau ajja berjuang untk laki model bgnian.pergi dan menjauhlah,biarkan dia menderita dengan kepergianmu shen.haddehhh
2023-08-03
0