" Kurangilah porsi cintamu, dan rasa perduli mu. Aku memang tidak tahu bagaimana perasaan suamimu yang sesungguhnya, tapi laki-laki yang terlalu didewakan, dia akan menganggap orang itu hanya sebatas angin saja. "
Shen terdiam sembari memandangi Asha yang saat ini sibuk bermain boneka beruang putih yang baru saja Zera belikan untuknya.
" Shen, hal yang berlebihan tidaklah baik, dan caramu memperlakukan suami, serta keluarganya itu sudah sangat berlebihan. Kau mengurus mereka dengan baik, tapi apa yang mereka lakukan padamu? Kau hanya pelayan bagi mereka disaat kau mengabaikan dirimu sendiri untuk merawat mereka. Sadarlah, Shen. Mulailah dari mencintai dirimu sendiri, cari tahu apa yang sebenarnya kau inginkan, jangan melihat seberapa cintanya kau kepada suamimu, tapi lihatlah seberapa besar luka yang kau abaikan dan tanpa sadar telah menggerogoti akal sehat mu. "
Shen menunduk kelu. Kalau diingat-ingat lagi, dia memang sudah menerima banyak sekali hinaan. Kenapa? Apa karena tubuhnya yang semakin hari semakin melebar? Apa karena dia tidak memiliki waktu untuk pergi ke salon dan melakukan perawatan kulit? Shen menunduk memandangi kedua kakinya yang bengkak tertimbun lemak. Di dalam lubuk hatinya membatin, kaki Mona pasti tidak akan Segendut ini kan?
" Shen, tidak salah jika kau ingin mempertahankan rumah tanggamu, tapi kalau kau terus seperti ini, kau hanya akan mendapat kehilangan pada akhirnya. "
" Aku harus bagaimana? Kalau dibandingkan dengan Mona, tentu saja sangat jauh berbeda. Mona itu cantik, memiliki bentuk tubuh yang bagus, dia juga lulusan universitas terbaik, dia memiliki karir yang mendukung. Bagaimana dengan diriku? Aku bahkan menikah disaat sedang berkuliah. Selesai kuliah aku sudah memiliki anak dan harus fokus mengurus keluarga. Bagaimana mungkin aku bisa mengalahkan Mona meski aku ingin sekali mempertahankan rumah tanggaku. Aku pikir, aku bisa meluluhkan hati suamiku degan menunjukkan bahwa aku bisa menjadi Ibu rumah tangga yang baik, perhatian, dan juga sopan santun. Tapi sepertinya itu semua bukanlah hal yang diinginkan Arnold. "
Zera menghela nafasnya. Miris sekali memang melihat bagaimana menderitanya sahabat terbaiknya itu.
" Jangan meremehkan diri sendiri, bangkit dan lihatlah dirimu yang sesungguhnya. "
" Maksudnya? "
" Kau hanya gemuk saja, kau masih bisa menurunkan berat badanmu, masalah wajah, kau hanya perlu menambahkan polesan yang cocok untukmu. "
" Se-gemuk ini, apakah aku bisa menyaingi tubuh Mona yang bagus itu? "
" Sudah kubilang jangan meremehkan diri sendiri! "
" Hah... Baiklah. "
" Aku akan kenalkan kau pada seseorang besok. Dia adalah sahabatku, sekaligus orang yang selama ini sukses membantuku menurunkan berat badan. "
" Sungguh? "
" Hem... "
Shen memeluk erat tubuh Zera hingga menggoyangkan dengan semangat.
" Uhuk... Uhuk.... Aku hampir mati olehmu! " Protes Zera yang sesak saat dipeluk erat oleh Shen.
Setelah kesepakatannya bersama dengan Zera, dan waktu juga sudah mulai petang, Shen memutuskan untuk segera pulang kerumah bersama dengan Asha.
Sesampainya disana dia tertegun karena melihat hal yamg tidak biasa. Diruang keluarga, Ibu Mertua, Anya, Mona dan Arnold tengah menonton sebuah acara talk show. Makanan ringan juga memenuhi meja ruang tamu seolah mereka sangat menikmati kegiatan mereka itu.
" Asha? Kau sudah pulang? " Sapa Arnold seraya berjalan meninggalkan Mona dan yang lainnya. Dia meraih tubuh putrinya, lalu membawanya ke dalam gendongannya.
" Apa kau rindu Ayah? " Tanya Arnold seraya mencuri pandang ke arah Shen.
" Maaf Ayah, aku tidak rindu karena aku lupa waktu saat bermain. "
Arnold tersenyum kepada Asha, tapi dia juga menunggu sesuatu yang seharunya dilakukan oleh Shen yaitu, mencium punggung tangannya seperti biasa.
" Asha, Ayo kita mandi, setelah itu langsung tidur ya? " Shen meraih tangan mungil Asha dan membawanya ke kamar.
Arnold terdiam dengan pemikirannya saat ini. Iya, setelah hari dimana dia pulang malam saat ulang tahun, Shen nampak berbeda. Tatapannya menjadi dingin, cara bicaranya juga sangat menohok sungguh sangat jauh dari Shen yang dulu akan merengek saat Arnold pulang malam, sebentar langsung mencuri ponsel untuk mengeceknya. Bahkan sudah beberapa hari ini dia juga tidak melihat lagi gaun terang aneh yang biasanya digunakan Shen saat pergi keluar.
Kenapa? Padahal ini yang aku inginkan kan? Kenapa aku tidak nyaman dengan cara Shen memperlakukan ku, aku juga keberatan dia mengabaikan ku.
" Sayang, ayo kita kembali ke sana. " Mona menarik lengan Arnold, lalu membawanya kembali ke tempat tadi. Boleh saja matanya menatap televisi, tapi pikirannya kini tengah menebak apa yang sedang dipikirkan Shen? Apakah itu hanya metode tarik ulur untuk mendapatkan perhatiannya? Hah ya! Itulah yang kini diyakini oleh Arnold.
Ke esokan paginya. Setelah selesai sarapan Arnold meminta Shen untuk ikut dengannya ke ruang baca pribadinya. Meski sudah bisa menebak apa yang akan dibicarakan, rasanya degub jantungnya tak bisa di atur, dia bahkan sampai merasakan dingin di sekujur tubuhnya.
" Aku ingin menyerahkan ini padamu. " Arnold menggeser maju agar amplop berukuran besar itu lebih mudah di jangkau oleh Shen yang masih diam memandangi amplopnya.
" Baca, dan tanda tangani lah. " Suara Arnold serasa tercekat saat mengucapkan itu. Entah harus bagaimana, ada rasa tidak ingin menyerahkan amplop itu, tapi dia juga terdesak oleh keinginan Mona.
Apakah tidak bisa dihindari lagi?
Shen mengerakkan tangannya yang gemetar hebat, meski ragu dan takut dia terus memaksakan diri untuk meraih amplop yang akan mengancurkan hatinya.
Duar.....!
Benar saja! Ternyata sungguh surat permohonan cerai. Shen terdiam sesaat, meski ingin sekali menangis dan bersujud di kaki Arnold agar membatalkan perceraian ini, entah mengapa rasanya dia sudah tidak sanggup. Bayangan-bayangan Mona yang bermesraan dengan suaminya seolah menjadi penghalang baginya untuk melakukan itu semua. Lucu, tapi juga menyedihkan. Padahal dia sudah akan bersiap untuk berubah, dan berusaha menurunkan berat badannya agar bisa menarik perhatian Arnold. Tapi apa? Sepertinya apapun yang dia lakukan juga tidak akan membuat Arnold menoleh kepadanya.
Grep...
Shen memegang erat amplop coklat itu, dengan seluruh tubuh bergetar dia melangkahkan kaki mendekati pintu. Sejenak dia terdiam untuk menyampaikan apa yang ingin dia katakan.
" Aku akan menyerahkan padamu saat aku sudah siap menandatangani nya. Maksudku, tunggu beberapa hari lagi. "
Bruk!
Arnold menjatuhkan tubuhnya dengan posisi duduk di kursinya. Entah apa yang membuat perasaan itu tak jelas saat ini. Padahal setelah Shen diketahui telah hamil, dia memutuskan untuk pindah ke kamar lain, dan membiarkan istrinya sendiri selama empat tahun terakhir tanpa mau menyentuhnya.
" Padahal sudah terbiasa kan? Kenapa aku malah tidak rela? Aku ini sebenarnya kenapa? " Arnold mengusap wajahnya dengan kasar.
Shen berjalan keluar meninggalkan rumah besar yang amat membuatnya sesak. Jika saja Asha tidak pergi ke play group, dia masih bisa memiliki alasan untuk bertahan disana.
" Asha, aku harus pergi ke play group dan melihat Asha. Setelah melihat Asha aku pasti bisa mengatasi kesedihan ini. "
Dengan cepat Shen berjalan, pikiran yang kacau benar-benar membuatnya tak karuan hingga menyebarang jalan tanpa melihat mobil yang melaju kencang ke arahnya.
Brak....
Shen terjatuh dengan tubuh yang dilumuri darah, ponsel yang tadi ia pegang bersamaan dengan surat cerai berhamburan di jalanan.
" A sha...... " Shen menutup matanya.
Bersambung.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Uba Muhammad Al-varo
ayo Shen bangun,kamu jangan terpuruk lawan semua penghinaan dan kejahatan mereka dengan tangan kokohmu,buat mereka menyesal terutama Arnold dan keluarganya.
2024-06-20
0
Maya Sari Niken
kalo tokohnya lemah dan bodoh agak gmna gitu
suami dah terang2an selingkuh apalagi
2022-05-09
3
🍭ͪ ͩ𝐀𝐢𝐬𝐲𝐚𝐡👙B⃠ikini
laki laki.marukkk..
dan heranya adek dan ibunya
.juha gak.maslah ad pelakor..di.dalm rag tangga anknya😒😒😒😒
2022-04-05
1