" Ibu? Ibu dimana? Aku rindu Ibu. "
Mona bangkit dari posisi tidurnya karena benar-benar terganggu dengan Asha yang terus mengigau tiada henti. Padahal dia sengaja ingin menginap demi masuk ke hati Arnold lebih dalam, tapi dia tidak menyangka kalau dia malah akan menghadapi bocah sialan yang terus saja memanggil Ibunya.
" Asha! Kalau kau memanggil Ibu, Ibu lagi, aku benar-benar akan merobek mulut mu! " Ancam Mona yang merasa kesal. Padahal tadi dia sudah mencampurkan obat tidur di susu Asha, seharusnya Asha tidur dengan tenang kan? Kenapa malah seperti ini?! Batin Mona kesal.
" Ibu? Aku takut dengan bibi Mona, aku ingin Ibu. Ibu, aku tidak mau bersama bibi Mona, bibi Mona dia sangat jah- " Mona mendelik sembari membekap mulut Asha. Meskipun suaranya tidak kuat, tapi tetap saja dia takut kalau ada yang mendengarnya. Tapi begitu dia membekap mulut Asha, dia baru sadar kalau badan Asha sangat panas.
" Ck! Kenapa juga harus demam sih?! Kalau dibawa kerumah sakit sekarang, bisa-bisa Dokter tahu kalau Asha meminum obat tidur. " Sebentar Mona berpikir, dan pada akhirnya dia memutuskan untuk mengompres Asha meski sembari bergerundel tidak rela. Dan untungnya, di kamar Asha sudah tersedia Paracetamol, jadi tidak perlu membangunkan orang lain.
" Minum ini, bocah sialan! " Mona menekan pipi Asha dan membuat mulutnya terbuka. Mona memasukkan Paracetamol itu dengan ukuran yang lebih banyak dari seharunya.
" Dasar, bisanya menyusahkan saja! " Mona mendorong dahi Asha dengan perasaan kesal.
" Kenapa juga aku harus melakukan hal seperti pengasuh bayi? " Gerutu Mona seraya meraih selimut tebal, dan mengambil posisi untuk berbaring.
" Ibu..... Aku ingin Ibu.... "
Mona mendesah kesal, dia menatap marah langit-langit, lalu menoleh ke arah Asha yang masih saja memanggil Ibunya dengan mata terpejam.
" Ih...! Dasar brengsek! Aku itu calon Ibu tiri mu, bukan pengasuh mu! Kalau kau tidak diam, aku benar-benar akan melakban mulutmu! "
Masih saja mengigau memanggil Ibunya, Mona menjadi tidak tahan, dia membawa selimut tebal yang mereka gunakan, lalu berjalan menuju sofa yang dekat dengan jendela.
" Panggil saja terus Ibumu! Dia juga tidak akan datang! " Kesal Mona lalu mengambil posisi meringkuk dan tidur.
Sementara Asha mulai kedinginan karena selimut tebal yang tadi menutupi tubuhnya di bawa pergi oleh Mona.
" Ibu, dingin..... " Asha menangis pelan dalam tidurnya.
Sebenarnya Arnold juga belum tidur, tapi karena beberapa saat tadi dia melihat Asha tertidur pulas bersama dengan Mona, dia menjadi merasa tenang dan tidak perlu lagi melihat Asha.
***
" Shen, kenapa kau gelisah sekali? " Tanya Zera yang melihat Shen tidak tenang dan berkeringat dingin. Padahal beberapa saat lalu Shen baik-baik saja.
" Zera, aku merasa sangat gelisah dan teringat terus dengan Asha. Aku takut terjadi sesuatu dengan Asha. "
Zera berjalan mendekat, dia menepuk pelan punggung Shen agar Shen jangan terlalu khawatir.
" Dia pasti baik-baik saja, kan kau sendiri yang bilang bahwa Arnold sangat menyayangi Asha. Dia pasti akan menjaga Asha dengan baik. "
" Aku tahu, tapi aku tidak bisa tenang. Aku ingin menghubungi, tapi aku tidak tahu nomor siapapun di keluarga Arnold. Kalau aku menghubungi Ibuku, dan memintanya datang, itu juga tidak mungkin kan? Sekarang disana pasti tengah malam. "
Zera menghela nafasnya.
" Tunggulah saat di sini malam, disana pasti sudah pagi. "
Shen terdiam karena sepertinya hanya itu solusinya. Dengan gelisah Shen menunggu hari mulai malam, tak sedetikpun ia lalui dengan tenang. Hingga saat malam mulai datang, Shen buru-buru menghubunginya. Syukurlah disana sudah pagi, bahkan Ibunya juga sudah membuat bubur apel kesukaan Teo.
" Ibu, aku benar-benar khawatir dengan Asha, bolehkah aku minta tolong untuk menemui Asha pagi ini? " Pinta Shen.
Tentu saja, Ibu juga akan membawakannya bubur apel.
" Terimakasih, Ibu. "
***
Setelah mendapatkan telepon dari Shen, Ibu Lean menyampaikan pesan putrinya kepada suaminya, dan tak membuang waktu, mereka langsung bergegas bersiap-siap untuk mengunjungi Asha.
Satu jam kemudian, sampailah orang tua Shen dirumah mertuanya.
" Nyonya Resa? Boleh kami bertemu Asha? " Izin Ibu Lean kepada Ibu Resa yang datang menyambutnya.
" Iya, saya akan membangunkan Asha. " Ujar Ibu Resa yang gelagapan dengan kedatangan besannya di pagi seperti ini.
" Tumben, biasanya Asha sudah bangun jam segini. " Ujar Ibu Lean kepada suaminya.
Untunglah! Batin Mona dia sudah terbangun saat Ibu Resa masuk ke kamarnya, dan dia masih sempat meletakkan selimut kepada Asha.
" Bibi? " Sapa Mona lalu tersenyum senatural mungkin.
" Selamat pagi, Mona? Asha belum bangun ya? "
" Ah, belum bibi. Mungkin dia pikir ini hari minggu, jadi dia sedikit bermalas-malasan. "
Ibu Resa berjalan mendekati Asha, lalu menggoyangkan tubuhnya yang tertutup selimut.
" Asha, bangun sayang! Nenek dan Kakek mu datang. "
Asha mengerjapkan matanya pelan, sungguh dia sangat lemas, tapi dia juga ingin bertemu dengan kakek dan neneknya. Perlahan Asha berjalan dibelakang Ibu Resa, hingga sampailah Asha di tangga.
" Nenek, bisakah nenek gendong aku? " Pinta Asha.
" Asha, nenek ini sudah tua, tidak kuat kalau harus menggendong Asha, apalagi sembari menuruni tangga. Sudah, pelan-pelan saja ayo jalan dekat nenek. "
Asha tak memiliki pilihan lain, dia perlahan menuruni anak tangga dengan tubuh lemas dan gemetar.
" Nenek, kakek? " Sapa Asha tersenyum dengan wajah yang sangat pucat dan terlihat lemas.
" As, " Ibu Lean dan Ayah Gani terkejut melihat bagaimana wajah pucat Asha. Mereka kompak berlari menghampiri Asha, dan Ayah Gani langsung membawanya kedalam gendongannya.
" Asha, kau sakit sayang? " Tanya Ibu Lean khawatir.
" Nyonya Lean, Asha baik-baik saja. Semalam bahkan kita merayakan ulang tahun Anya. " Ujar Ibu Resa yang memang penglihatannya sudah tidak jelas lagi.
" Apanya yang baik-baik saja?! Asha demam, pucat dan lemas seperti ini tidak ada yang tahu? " Kesal Ibu Lean.
" Ibu, kita bawa Asha ke Dokter saja. " Ujar Ayah Gani.
" Ada apa ini? " Taya Arnold yang baru saja tiba bersamaan dengan Mona.
Ibu Lean menatap tajam Mona, dan Arnold setelahnya. Kesal? Iya! Tentu saja dia kesal dan marah melihat wanita lain selain putrinya berada disana. Begitu juga dengan Ayah Gani.
" Putriku berada diluar negeri untuk berobat, tapi dia bisa merasakan bahwa putrinya tidak baik-baik saja, sementara kau! Kau adalah Ayahnya, tapi kau tidak tahu kalau anakmu sedang sakit? " Ibu Lean tersenyum mencibir.
" Belum bercerai saja, kau dengan terang-terangan membawa wanita lain menginap di rumah yang biasa istrimu tinggal. Kau ini laki-laki brengsek yang tidak punya otak ya? Nyonya Resa, aku salut dengan cara anda mendidik putra anda. " Ibu Resa terdiam malu.
" Ibu mertua, akan aku jelaskan semua ini. Tapi biarkan aku membawa putriku ke rumah sakit dulu. " Pinta Arnold.
" Tutup mulut mu! Asha biar saja kami yang urus. "
" Tapi- "
" Kau kan bisa punya anak lagi bersama wanita itu! " Tunjuk Ibu Lean kepada Mona.
" Laki-laki brengsek, dan wanita murahan, kalian cocok sekali. "
Ibu Lean tak lagi melanjutkan kata-katanya karena Ayah Gani membawanya pergi untuk mengantar Asha kerumah sakit.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Ita Mariyanti
bangsa* emang si jal*ng ini sampai anak kcl d ksh obat over dosis demi nafsu pgn jd istri 😡😡😡
2024-04-05
0
Nabila
awas lho keracunan obat bisa menghilangkan nyawa Asha nantinya
2022-10-08
2
Sukliang
yessss senang oy mama gitu
2022-04-02
2