" Asha, kenapa belum tidur? Ayah kan sudah menceritakan dua dongeng sampai selesai? "
Asha masih terdiam dengan mata yang terus berkedip. Biasanya dia juga akan cepat tertidur jika berada dipeluk kan Ayahnya seperti sekarang ini, apalagi Ayahnya sedari tadi terus mengusap punggungnya. Tapi entahlah, Asha masih saja belum terlihat mengantuk.
" Ayah, kira-kira apa yang sedang Ibu lakukan? "
Arnold terdiam sesaat memikirkan pertanyaan Asha. Sejujurnya dia juga penasaran apa yang sedang dilakukan Shen, tapi dia kan juga tidak mungkin menghubungi Shen karena selain tidak memiliki nomor ponsel barunya, Arnold juga tidak ingin mengganggu Shen.
" Ibu pasti sedang tidur, jadi kau juga harus segera tidur. " Jawab Arnold sekenanya.
" Tapi aku tidak bisa tidur, Ayah. "
" Apa mau Ayah ceritakan dongeng lagi? "
" Tidak mau! Ayah, bagaimana kalau kita tidur di kamar Ibu? "
" Ya sudah, Ayo! "
Arnold menggendong Asha berjalan menuju kamar Shen. Perlahan Arnold membuka pintu kamar yang sudah empat tahun lebih tidak ia masuki. Masih sama seperti dulu, itulah yang ada di batin Arnold. Hanya saja, ada beberapa kardus berukuran besar yang tertumpuk di sudut ruangan entah apa itu isinya.
" Asha, kita langsung tidur saja ya? " Ajak Arnold karena ini sudah pukul sepuluh, dan dia tidak ingin Asha jadi memiliki jadwal tidur yang berantakan.
" Baik, Ayah. "
Benar saja, baru sekitar sepuluh menit berbaring disana, Asha sudah tertidur nyenyak. Mungkin, ini semua karena aroma ibunya yang masih tertinggal di kamar itu, dan membuat Asha menjadi tenang karena seperti merasakan kehadiran Ibunya. Setelah memastikan bahwa Asha tidak akan bangun, Arnold perlahan bangkit untuk melihat lebih detail kamar yang selama ini Shen tinggali. Fokusnya langsung tertuju dengan photo pernikahan mereka yang bertengger di dinding dengan ukuran yang besar. Rasanya sudah lama sekali tidak melihat photo pernikahan itu, dan kalau dilihat dari keadaan photo itu, Shen pasti merawat photo itu dengan sangat baik.
" Shen? " Panggil Arnold lirih seraya menyentuh wajah Shen di photo pernikahan itu. Sudah lima tahun, dan dia baru menyadari jika Shen selama itu bertahan dengan sikapnya yang dingin. Bukan tidak peka kalau selama ini dia merasakan bagaimana Shen begitu peduli padanya, meski selalu melakukan hal yang tidak ia suka, dia juga paham kalau itu semua demi untuk mengambil hatinya.
Kini kakinya melangkah menuju tumpukan kardus berukuran besar yang menumpuk di sudut ruangan. Dia membuka satu yang paling atas karena penasaran apa yang ada di dalamnya. Ternyata, baju aneh yang sering digunakan Shen, tas, sepatu, manik-manik, dan juga aksesoris lain. Sekarang Arnold menuju lemari pakaian, dia membukanya pelan agar tak menimbulkan suara. Dan iya, seperti yang ia duga, ternyata Shen sudah mengganti semua model pakaiannya dengan pakaian sederhana berukuran lebih besar dari tubuhnya. Iya, mungkin agar lebih nyaman saat memakainya.
Arnold kini berpindah ke meja rias milik Shen. Dia sebentar melihat-lihat, lalu membuka lacinya. Dia menemukan note Shen dan mulai membacanya lembar demi lembar. Setelah semuanya terbaca, Arnold kini mengusap wajahnya dengan kasar. Note itu bersisi tentang ungkapan cintanya untuk Asha dan juga dirinya.
" Shen, laki-laki sepertiku mana pantas dengan wanita sebaik dirimu? "
Ke esokan harinya.
Setelah pulang kerja lebih cepat, Arnold segera menuju kamar putrinya untuk segera mengajaknya pergi ke acara ulang tahun Anya yang digelar di salah satu hotel tak jauh dari rumahnya.
" Asha? Sudah siap? " Asha mengangguk dan tersenyum. Untunglah pelayan sudah membantu Asha untuk bersiap,... batin Arnold.
Segera Arnold meraih tubuh anaknya, dan menggendongnya menuju ke teras depan rumah, dan langsung masuk kedalam mobil.
" Sayang, maaf sudah menunggu lama. Ayah ada meeting penting barusan. " Asha mengangguk.
Tak lama kemudian sampailah mereka di hotel tempat Anya merayakan ulang tahunnya. Selain ada teman-teman Anya, disana juga sudah ada Mona yang bergabung.
" Sa- " Ucapan Mona tertahan saat Arnold menatapnya tajam. Iya, di depan Asha Arnold tidak mau membuat contoh yang tidak baik, ditambah juga Asha yang ia tahu adalah Asha yang tidak menyukai Mona.
" Arnold? Kalian sudah datang? " Mona menatap Arnold dan Asha bergantian dengan senyum yang begitu cerah.
" Iya. " Jawab Arnold singkat.
Acara berjalan lancar, selama acara berjalan juga Mona terus mengancam Asha selagi Arnold menitipkan padanya agar Asha tersenyum saat dekat dengannya. Mona benar-benar bertingkah layaknya calon Ibu tiri yang baik, sedangkan Asha terus mencoba tersenyum meski dia ketakutan dengan ancaman Mona yang akan mencekiknya kalau sampai membuat kesalahan, terlebih kalau sampai dia mengadukannya kepada Arnold.
" Anya, kak Mona cocok sekali dengan kakak mu ya? Keponakanmu juga sangat cantik, mereka bertiga sangat serasi kalau menjadi keluarga. " Ujar salah satu teman Anya yang mendapati anggukan setuju dari teman yang lainya.
" Iya tentu saja. " Anya tersenyum dengan bahagia, lalu dia diam-diam mengambil photo Arnold, Mona dan Asha yang nampak seperti keluarga kecil yang bahagia.
" Arnold, semua orang benar-benar mengatakan kalau kau dan Mona cocok sekali. Kalau kalian menjadi keluarga, pasti akan sangat bagus ya? "
Arnold terdiam, berbeda dengan Mona yang tersenyum malu-malu. Iya, dia memang memiliki rasa kepada Mona, tapi dia juga tidak pernah memikirkan sampai sejauh itu. Ditambah lagi, sekarang hatinya tengah dilema karena Shen tiba-tiba saja begitu sering muncul di kepalanya.
***
Shen menutup wajahnya karena tak kuasa menahan tangis. Sakit! Benar-benar sangat sakit melihat betapa bahagianya Arnold, Asha dan Mona di dalam photo yang diunggah Anya beberapa menit lalu dengan keterangan little famili. Hancur, tapi tak bisa menunjukkan seberapa hancur, marah, tapi juga tidak bisa melampiaskannya kepada siapapun selain kepada dirinya sendiri. Jika saja dia berada disana, dia pasti akan datang ke acara itu, mengamuk dan memaki sesuka hati. Tapi untunglah, jarak jauh itu menyelamatkan dia dari perbuatan gila yang mungkin saja akan membuat orang semakin membencinya, dan merendahkannya seperti biasa.
" Mona, aku benar-benar akan mengingat bagaimana kau memperlakukan ku, merebut suamiku, dan aku juga ingat bahwa kau sedang mencoba merebut hati anakku. Sumpah demi Tuhan, langit, dan hidupku, aku tidak akan melepaskan mu sampai kau menjadi mayat sekalipun. Aku bukan orag jahat, tapi kau sendirilah yang membuatku menjadi jahat, dan memiliki hasrat yang menakutkan. "
Shen kembali melihat bagiamana Mona tersenyum bahagia sembari memeluk lengan suaminya. Karena tak tahan lagi, Shen melemparkan ponsel itu hingga membentur tembok, dan jatuh berhamburan.
" Shen?! Kau baik- baik saja? " Tanya Zera yang dikejutkan dengan suara benda jatuh saat dia baru masuk ke kamar Shen sembari membawa sepiring buah yang sudah di potong-potong.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Ira Astri
beberapa kali baca novel author ini, serasa lg baca novel terjemahan china....
2024-04-17
1
💖 sweet love 🌺
yg aq suka dr novel2 author ini bahasa nya, bahasa panggilan nya bagus.. ibu, ayah, paman, bibi jd prsis sprti kita nonton drama luar negeri..
jd tidak terlihat membedakan panggilan antara org kaya atau kurang beruntung..
👍👍
2022-12-20
1
Ita Widya ᵇᵃˢᵉ
Shen cepat lah pulang,, kasihan anak km..😇😇
2022-04-01
2