" Tidak! Mana bisa kau kembali dengan laki-laki brengsek itu?! Kau boleh membenciku, dan mendiamkan ku seperti waktu itu, tapi aku tidak akan tinggal diam kalau kau kembali bersama dengan laki-laki itu. " Protes Digo.
Setelah acara ulang tahun selesai, Digo menarik paksa tangan Shen untuk mengajaknya bicara. Apa yang dia lihat sungguh membuat hatinya merasa sangat sakit. Padahal sudah disakiti dengan begitu kejam, tapi kenapa adik perempuan satu-satunya itu masih saja ingin kembali. Sebagai seorang kakak, tentu wajar dengan keberatan ini, tapi Shen juga merasa kalau dia harus mempertahankan keluarganya.
" Kakak, aku tahu kau khawatir, tapi tolong percayalah padaku sekali lagi. Aku janji apa yang terjadi dulu tidak akan terjadi denganku lagi. Kak, " Shen meraih lengan Digo dan membuat mereka saling menatap.
" Kak, aku ingin hidup bersama Arnold karena dia Ayah dari anakku, dan juga karena aku masih mencintai Arnold seperti dulu. "
Digo terperangah tak percaya hingga dia merasa kesal.
" Apa di otak bodoh mu itu hanya ada cinta?! Kau selalu mengutamakan cintamu, tapi yang kau cintai tidak mencintaimu. Sebenarnya apa yang sedang kau perjuangkan? Cinta bodoh mu itu, atau ego mu yang berkepanjangan? "
Shen terdiam dengan wajah sedih, saat itu pula Ayah Gani membawa Digo ke kamarnya untuk bicara.
" Digo, Ayah tahu kau kecewa dan tidak menerima keputusan Shen. Tapi Shen sudah bertekad, meski kita melarang juga tidak akan ada gunanya. Biarkan saja Shen berjuang dengan caranya, kita hanya bisa mendukung dan membantunya saat dia kesulitan. "
Digo menatap Ayahnya dengan tatapan kecewa.
" Ayah, kau akan membiarkan saja Shen pergi untuk hidup dengan laki-laki itu lagi? Ayah kenapa kau membiarkan Shen kita untuk jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya? "
Ayah menghela nafasnya.
" Digo, jika boleh memberikan pendapat, maka Ayah juga tidak rela Shen kembali dengan laki-laki yang sudah menyakitinya itu. Tetapi, laki-laki itu adalah suami, dan juga Ayah kadung dari putrinya. Ayah ingin membencinya sebanyak mungkin, tapi Shen kita mencintainya, Shen ingin mempertahankan yang dia rasa adalah miliknya. Percayakan saja semua kepada adik mu, biarkan dia menunjukkan bahwa dia pantas untuk dipercaya. Jika memang pada akhirnya mereka berpisah, setidaknya Shen sudah berusaha sekuat yang dia bisa. "
" Lalu bagaimana kalau mereka tidak berakhir berpisah? " Digo menatap Ayahnya dengan tatapan menuntut.
" Bukankah itu hasil yang diinginkan Shen? Bukankah kalau Shen bahagia, kita semua akan bahagia? "
" Ayah, aku benar-benar tidak bisa menerimanya. " Digo mengepalkan tangannya karena geregetan degan semua yang terjadi tapi tak menemukan bagaimana caranya bisa melampiaskan itu semua.
Ayah Gani mengangguk tanda dia cukup mengerti bagaimana perasaan Digo sebagai kakak dari orang yang disakiti.
" Bersabarlah, Digo. Jika pada akhirnya Shen bahagia, kau juga adalah orang yang akan merasakan kebahagiaannya. "
Sudah tidak bisa lagi mendebat, Digo keluar dari kamar Ayahnya. Dia berjalan cepat dengan wajah kesal melewati Shen yang masih berdiri di tepat semula. Lama dia berjalan hingga matanya melihat Arnold tengah bercanda dengan Asha. Wajahnya yang terlihat bahagia bersama Asha itu benar-benar membuat Digo muak.
Dia berjalan menghampiri Arnold, lalu menatapnya dengan dingin.
" Ikutlah bersamaku. "
Arnold terdiam sesaat melihat bagaimana Digo berekspresi, dia sudah menduga apa yang akan terjadi jika dia pergi bersama dengan kakak iparnya itu. Tak mau juga menolak, Arnold meminta sang anak agar tetap tinggal disana.
" Kemana? " Tanya Arnold. Tak menjawab pertanyaan itu, Digo mulai melangkah dan Arnold mengikutinya dari belakang.
Tak berapa lama sampailah mereka di tempat yang cukup sepi. Di sudut ruangan yang memiliki banyak tanaman hias dan juga beberapa buah eksotis, dan juga kolam renang tak jauh dari sana.
Bug....
Langsung saja Digo melayangkan pukulan kuat yang ditambah kekesalan luar biasa. Tak puas sekali, Digo melakukan berkali-kali menghujami perut dan wajah Arnold hingga sudut bibirnya berdarah, begitu juga pelipisnya yang sedikit robek mengeluarkan darah segar.
" Bagaimana bisa, laki-laki brengsek sepertimu membuat adikku kehilangan akal sehatnya?! Aku benar-benar ingin memukulmu sampai kau mati! " Digo mencengkram kuat kerah kemeja Arnold. Masa bodoh dengan wajah Arnold yang berdarah, dia hanya perduli bagaimana rasa marah, kecewa, dan kesal di dalam dirinya terlampiaskan saja.
" Kala begitu lakukan, lakukan saja apa yang kau inginkan. Aku tidak akan melawan, dan juga tidak akan mencoba sekalipun membalas. "
Bug
Rupanya kata-kata Arnold barusan malah kembali membuat emosi Digo memuncak.
" Bajingan! Berhentilah sok baik, kau hanyalah laki-laki brengsek! Sampai kau mati pun, kau hanya akan menjadi brengsek di mataku! "
Arnold masih terdiam menerima segala hinaan dan pukulan dari Digo. Tentu dia cukup sadar akan kemarahan Digo setelah melihat Shen memeluk dan menciumnya. Jika saja tidak diliputi rasa bersalah, Arnold pasti akan memukul habis Digo yang sudah beraninya melayangkan pukulan kepadanya. Tapi, rasa bersalah yang begitu dalam itu benar-benar mengunci erat pergerakannya.
" Hentikan! " Pekik seorang wanita yang tak lain adalah Mona. Karena merasa tidak beres dengan ekspresi Digo saat mengajak Arnold tadi, Mona menjadi tidak tenang dan memilih untuk menyusul mereka.
" Jangan memukul lagi, atau aku akan melaporkan mu ke polisi! " Ancam Mona seraya berlari mendekat, lalu memeluk tubuh Arnold.
Digo menyunggingkan senyum nya. Tatapan lekat yang seolah begitu jijik jelas sekali dia tunjukkan.
" Wuah, aku terharu sekali melihat bagaimana wanita ini melindungi mu. "
Arnold terdiam tak menjawab. Sungguh dia ingin mengakhiri semua ini, tapi dia juga tidak bisa lepas begitu saja tanpa beban kan?
Sejujurnya Mona cukup gugup dengan tatapan Digo yang amat tajam, seandainya Digo bukan kakaknya Shen, mungkin Mona juga akan tergoda oleh ketampanan Digo.
" Kau adalah wanita yang dilahirkan oleh seorang Ibu, kau dibesarkan dengan baik oleh kedua orang tuamu. Kau dididik, di arahkan dengan baik dengan harapan kau akan menjadi putri mereka yang membanggakan, tapi pada akhirnya kau hanya menjadi orang ketiga dalam sebuah hubungan, apakah kau tidak malu saat melihat wajahmu ketika bercermin? Lalu, apakah kau tidak memikirkan bagaimana perasaan wanita lain yang menderita karena mu? Coba tanyakan kepada orang tuamu, bangga kah mereka dengan dirimu yang sekarang ini? "
Mona mengigit bibir bawahnya, memang benar orang tuanya pasti akan merasa kecewa dan malu. Tapi, bukankah cinta itu tidak salah? Cinta itu tumbuh sendiri, bukan karena dia sengaja pada awalnya.
" Dan kau, " Digo menatap Arnold yang sedari diam tanpa ekspresi.
" Apakah rasanya enak bisa tidur dengan wanita lain selain istrimu? Apakah saat kalian melakukan hubungan badan kau pernah salah mengira siapa yang sedang kau tiduri? "
Arnold mengeraskan rahangnya, ingin sekali dia memukul Digo. Tapi lagi-lagi tubuhnya terkunci oleh rasa bersalah.
" Arnold tidak mencintai Shen, jadi jangan salahkan dia! " Protes Mona.
" Benarkah? Apakah aku harus menyalahkan mu yang begitu mudah menyerahkan tubuhmu dengan laki-laki yang sudah memiliki istri? "
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Ita Mariyanti
sukak kata2 pedas mu mas Digo 👍👍👍
2024-04-06
1
kalea rizuky
shen bodoh
2024-03-24
0
Qilla
shen cinta boleh tapi jgan bodoh
2023-06-25
1