Layaknya laki-laki yang bergelar casanova, Damien selalu saja sulit mengontrol diri setelah bertemu Shen. Laki-laki itu kini tengah bermain panas dengan seorang wanita yang memiliki wajah seperti Shen, dan juga tubuh yang mirip dengan Shen. Sejujurnya kalau boleh memilih, Damien ingin melakukannya hanya dengan Shen, tapi karena wanita itu masih menolaknya, mau tidak mau dia hanya bisa melampiaskan dengan wanita yang mirip dengannya.
" Come on, Shen! " Lenguh Damien yang terus saja memanggil nama Shen saat melakukan aktifitas panasnya. Dia sungguh tidak bisa menghilangkan Shen dari otaknya yang terus saja tertuju padanya. Masa bodoh dengan suami Shen, karena dia juga tidak mampu menahan hasratnya yang luar biasa menggebu.
" Shen, uh! faster, Shen! " Lagi-lagi Shen lah yang tengah ia bayangkan hingga kegiatan panas itu selesai.
" Babe, Shen itu sebenarnya siapa? Kau terus memanggil namanya disaat kita sedang melakukannya, kau ini tidak menjaga perasaanku sama sekali ya? " Ucap wanita itu seraya mengusap punggung Damien degan gerakan yang sensual.
" Shen, adalah wanita yang aku dambakan. Kau agak mirip, makanya aku mau memakai mu, kalau kau merasa keberatan, kau bisa pergi dan jangan kembali. " Damien memantik sebatang rokok, lalu menghisapnya.
" Maafkan aku! Aku tidak akan lagi berbicara seperti itu. Apa kau mencintainya? " Tanya wanita itu, lalu memberikan kecupan-kecupan kecil di punggung Damien.
" Cinta? " Damien membuang asap rokok yang mengepul dari mulutnya. Sejenak dia memikirkan apakah benar cinta? Tapi sejak kapan dia bisa jatuh cinta? Bukankah selama ini dia hanya penasaran saja bagaimana rasanya kalau melakukan kegiatan panas dengan Shen? Walaupun melakukan itu harus menikahi Shen dulu, dia merasa tidak masalah yang penting bisa merasakan tubuh Shen.
" Aku mendambakan tubuhnya, bukan cintanya. " Wanita itu tersenyum senang, dia memutar tubuhnya lalu duduk dipangkuan Damien dengan tubuh yang masih sama-sama polos. Dia meraih batang rokok yang dipegang Damien, menyesapnya, lalu memainkan bibir Damien dengan asap yang dia biarkan keluar dari mulutnya.
" Ah.... " Damien merasai nikmat yang dilakukan wanita itu degan memijat bagian bawahnya.
" Shen? Terus! Uh! " Lagi, mereka melakukannya, dan Damien masih saja terus memanggil nama Shen berkali-kali.
***
" Shen? Kau ingin kemana? " Tanya Zera yang terkejut melihat Shen tengah membereskan pakaiannya dan memasukkan kedalam koper.
" Aku akan kembali. " Jawab Shen tak membuat aktifitasnya terganggu.
" Kembali? Kembali ke mana? Biasanya kau hanya akan bergerundel saat Damien menggoda mu. Kenapa kali ini kau sampai ingin pulang? Apa dia mengatakan hal kurang ajar? " Tanya Zera khawatir.
" Tidak, bukan itu. lusa adalah ulang tahun Asha. Tentu saja aku harus pulang kan? "
" Serius? " Tanya Zera yang mendapatkan anggukan dari Shen.
" Cih! Aku pikir gara-gara si mesum itu. "
" Tidak ada hubungannya degan si brengsek itu! "
" Bagus lah, padahal kalau dipikir-pikir, Damien itu sangat tampan dan berkharisma. Tapi sayangnya dia sangat suka bermain dengan banyak wanita, yah! mungkin begitu kalau orang tampan plus kaya ya? " Ujar Zera.
Sebenarnya Damien memang memiliki paras yang sangat tampan. Rambut coklat, bola mata coklat, kulit putih, bibir yang berisi, hidung mancung, alis tebal, bahkan garis wajahnya sangat jelas. Ah, kalau di ingat lagi, bentuk rahang pria itu benar-benar sangat sempurna.
" Untuk apa tampan yang berlebihan, kalau dia juga tidak bisa menghargai wanita. "
" Tapi, Arnold juga begitu. Padahal kan dia sudah memiliki istri, kalau Damien kan lajang. " Zera sontak menutup mulutnya rapat-rapat saat mata Shen menatapnya degan tajam.
" Arnold dari awal terpaksa menikahi ku, dia juga tidak bisa membantah saat harus segera memiliki anak denganku. Bukan salahnya juga kalau dia tidak menganggap ku. "
" Ya ampun! sekarang aku benar-benar sadar bahwa, cinta itu buta ternyata sungguhan ada. " Zera lagi-lagi terdiam karena Shen memelototinya.
Waktu sudah mulai malam, tapi untunglah tempat untuk membeli oleh-oleh masih buka. Shen ditemani Zera kini tengah membeli oleh-oleh dan juga hadiah untuk Asha.
Shen tersenyum begitu memegang sebuah benda kecil yang terbuat dari melamin, satu set alat makan berwarna putih, dan memiliki hiasan beruang kecil berwarna putih di ujung gagangnya. Dan menariknya lagi, sepasang sendok dan garpu itu bisa diberi nama. Jadilah Shen memilih itu dan meminta si penjual untuk memberikan nama, Leasha Queen Azora. Nama panjang yang diberikan Arnold kepada putri mereka yang dipanggil Asha.
Setelah menunggu beberapa saat, barang yang dipesan sudah selesai, dan ini adalah waktunya bagi Shen dan Zera untuk kembali.
" Shen! "
Ya ampun! lagi-lagi suara menyebalkan itu, suara milik si brengsek mesum yang tidak tahu malu, siapa lagi kalau bukan Damien?
Shen mendesah sebal setelah sejenak berhenti karena namanya dipanggil. Tak mau menghiraukan panggilan itu, Shen yang sudah sampai ke mobilnya segera membuka pintu mobil.
Bugh!
Damien tersenyum setelah berhasil menekan pintu mobil Shen yang sudah sempat terbuka.
" Mau apa lagi kau? " Tanya Shen kesal.
" Mau kamu. " Jawab Damien lalu tersenyum bahagia.
" Ah, nonton ah! " Zera berjalan lumayan jauh sampa ke kursi panjang di bawah pohon, lalu melihat saja pertunjukkan.
" Tutup mulut sialan mu itu, Damien! "
Damien mengangkat kedua alisnya lalu menutup bibirnya rapat-rapat. Tapi saat matanya melihat barang yang tengah ditenteng Shen, dia menjadi tak tahan untuk tidak bertanya.
" Oleh-oleh? Kau mau kemana? "
" Mau kembali ke negaraku, bertemu dengan anak dan suamiku. "
Damien mengeryit setelah Shen selesai bicara.
" Usiamu baru dua puluh enam tahun, dan kau sudah punya anak juga? "
Kini giliran Shen yang mengeryit bingung dan heran.
" Dari mana kau tahu usiaku? "
" Dari pendaftaran olah raga. "
" Oh, ya sudah sana! Aku harus cepat tidur, karena besok akan berangkat pagi-pagi sekali. "
Damien terdiam tak bergeming dari sana. Tangannya kini malah semakin kuat menekan pintu mobil Shen.
" Apa yang kau lakukan? " Protes Shen yang tidak juga melihat Damien menyingkir darinya.
" Kau serius akan pergi? Kapan kau akan kembali? " Tanya Damien dengan wajah kecewa.
Shen mendesah sebal.
" Aku tidak akan kembali ke sini lagi. "
Damien mengeraskan rahangnya menahan kekecewaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Aneh! Kenapa dia merasa begitu kecewa? apakah ini hanya sebatas kesedihan karena tidak bisa melihat wanita pujaannya? Ataukah karena dia takut Shen akan bersama suami dan anaknya?
" Shen? " Panggil Damien seraya menatap Shen lekat.
" Hem? "
Damien memajukan langkahnya, meraih tengkuk Shen dan menahannya. Cepat dia beraksi menyambar bibir Shen.
" Em! " Berontak Shen seraya memukul-mukul dada Damien. Tapi apalah daya, pria tinggi besar itu sama sekali tidak terpengaruh oleh pukulan kecilnya. Dia justru semakin buas menyesap bibir Shen hingga bisa memberikan beberapa kali jilatan disana.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Septi Wariyanti
good damian setidaknya sebelum pergi kasih kenang kenangan dulu 😁😁😁😁😁
2025-01-22
0
Vina Dawolo
langsung gaspol Damian 😁
2024-04-05
1
Rizky Anindiya
damien aku suka cara mu ..sosor trus si Shen biar ilang bego nya😂
2024-03-05
0