" Benarkah? Apakah aku harus menyalahkan mu yang begitu mudah menyerahkan tubuhmu dengan laki-laki yang sudah memiliki istri? "
Mona terdiam karena semua rencana untuk melawan kata-kata Digo tercekat di tenggorokannya. Rasanya ingin marah dan membantah semua tuduhan itu, tapi saat Digo menyeringai dia cukup paham bahwa apa yang dikatakan Digo adalah sebuah kebenaran yang amat valid. Menunduk dia tidak rela, menatap dengan berani dia juga tidak sanggup. Mona sejenak menatap Arnold yang terdiam tanpa terlihat kesakitan meski mengeluarkan darah dari pelipis dan sudut bibirnya. Sebenarnya dia ingin meminta pembelaan dari Arnold, tapi melihat bagaimana Arnold tidak perduli, dia kini memilih untuk menahannya sebentar.
" Kenapa kau diam? Merasa tidak sanggup membantah? " Digo tersenyum sinis saat Mona memilih diam tak terpancing. Iya, dia cukup paham jika wanita itu hanya bisa dilawan melalui kata-kata tajam yang cukup menyakiti egonya.
" Sungguh sangat kasihan aku melihat kalian berdua. Satu wanita yang kehilangan harga diri, akal sehat, dan juga kepercayaan dari orang terdekatnya. Satu lagi laki-laki yang begitu angkuh dan membiarkan dirinya menyakiti banyak wanita. Ingat, ada Asha di hidupmu. Bayangkan jika suatu saat nanti Asha besar, lalu dia merasakan bagaimana menjadi Ibunya, diperlakukan dengan begitu tidak baik oleh keluarganya, bahkan suami nya nanti membawa wanita lain. Aku rasa Asha- "
" Digo! "
Bug...
Satu pukulan keras mendarat di wajah Digo. Iya! Arnold paham dia telah melakukan kesalahan, tapi kalau harus membawa-bawa Asha, lalu menyuruhnya untuk menempatkan Asha kedalam posisi Shen, dia menjadi tidak tahan untuk menahan kemarahannya lebih lama.
" Kenapa? Kau takut? " Digo mengusap sudut bibirnya yang langsung berdarah hanya dengan satu pukulan dari Arnold.
" Begitulah yang Ayah dan Ibuku rasakan, begitulah sakitnya untukku, untuk Teo juga. Kami semua merasakan sakit melebihi yang Shen rasakan. Maka dari itu, jangan terlalu dekat dengan Asha agar Asha terhindar dari kesialan dan karma buruk yang kau buat. "
Arnold mengepalkan kedua tangannya menahan rasa yang yang membuncah di hatinya. Takut, sungguh dia takut kalau sampai hal itu sungguh terjadi. Tapi harus bagaimana? Semua sudah terjadi, dan Asha, mana mungkin dia menjauhkan diri dari anak kandungnya sendiri? Tak bisa dipungkiri, saat Shen memeluk dan menciumnya tadi dia cukup berdebar karena itu, dan membuatnya memiliki niat untuk mempertahankan Shen, tapi kalau semua akan mencelakai Asha, tentu dia juga tidak boleh memikirkan egonya.
" Semoga kalau kalian menikah nanti, kalian tidak akan mewariskan sifat bajingan dan tidak tahu diri dari kalian kepada anak kalian. " Digo menatap sinis dengan senyum menghinanya lalu berjalan meninggalkan Arnold dan Mona disana.
" Sayang, kita kerumah sakit dulu ya? " Ajak Mona.
Arnold masih tak menjawab, tapi dia menepis tangan Mona yang memegang erat lengannya, setelah itu dia berjalan cepat menuju dimana anaknya berada karena tidak menyadari adanya darah di wajahnya.
" Asha? " Arnold berniat menghampiri putrinya yang saat ini tengah bercengkrama bersama Ibu, adik, dan juga keluarga Shen.
" Sayang? " Mona tiba-tiba kembali memeluk lengannya, dan saat dia ingin kembali menepis tangan Mona, Shen juga datang lalu melihat mereka. Jadilah Arnold membiarkan saja tangan Mona disana.
" Ada apa dengan wajahmu? " Tanya Shen yang khawatir melihat wajah Arnold.
" Tidak ada, aku hanya kurang hati-hati dan menabrak dinding. " Jawab Arnold.
" Bukan! Kakak mu yang memukulnya. " Sela Mona yang ingin menunjukkan kepada Shen bahwa kakaknya tidak memiliki sopan santun.
Shen menatap dingin Mona yang begitu lengket dengan Arnold. Dengan segera dia menepis kasar kedua tangan Mona, lalu menarik lengan Arnold untuk mendekat padanya. Sementara Mona terjatuh duduk dengan tatapan kaget juga kesal.
" Kalau saja kau tidak menempel dengan Arnold, mana mungkin kakak ku akan memukulnya? "
Mona yang terjatuh itu perlahan ingin bangkit meski dia merasakan sakit di bagian bokongnya. Baru saja ingin bangkit, Shen menendang satu kaki Mona, dan membuat wanita itu kembali terjatuh.
" Ah! " Pekik Mona, Arnold tentu bisa melihat apa yang dilakukan Shen, tapi demi membuat Shen membencinya, dia bereaksi dengan mencoba untuk membantu Mona.
" Hentikan! Atau kau tidak akan bisa menemui Asha lagi. " Ancam Shen lirih.
Sontak Arnold mengurungkan niatnya, Asha adalah bagian penting dari hidupnya, jadi jika ancamannya mengunakan Asha, maka urusan yang lain tidak lagi penting baginya.
Arnold yang tadinya ingin mengulurkan tangan, kini kembali menariknya lagi dan berdiri dengan tegap.
Shen tersenyum begitu tatapannya melihat bagiamana Mona kecewa dengan Arnold.
" Arnold, ikut aku dan kita obati lukamu dulu. " Shen menarik lengan Arnold dan membuat si pemilik tubuh menurut saja karena tidak ingin kehilangan waktu bersama dengan Asha.
Shen membawa Arnold ke kamar lamanya, tentu agar bisa memberikan obat untuknya.
" Shhh.... " Desis Arnold yang merasakan perih saat Shen menempelkan obat ke bagian lukanya.
Sementara Shen, jantungnya justru berdebar hebat karena jarak mereka yang sangat dekat. Tak bisa dipungkiri, wajah Arnold memang benar-benar tampan dan membuatnya sulit untuk tidak menatapnya. Tapi dia juga tidak bisa terlalu lama membuang waktu karena luka Arnold harus segera di obati.
" Apa yang kalian bicarakan sampai kakak ku memukulmu? " Tanya Shen demi untuk membuatnya tetap fokus dan tidak terlena oleh wajah Arnold.
Arnold terdiam sesaat, bukan karena bingung untuk menjawab, tapi karena bau minta segar yang keluar dari mulut Shen benar-benar membuatnya tak karuan.
" Tidak ada, hanya kesalah pahaman yang tidak penting. "
" Sebenarnya, kapan kau bisa berbicara dengan jujur padaku? Kapan aku bisa membuatmu nyaman bersamaku? Apakah aku begitu menjijikan sehingga kau sama sekali tidak mau melihatku, dan berusaha untuk menyukaiku walaupun sedikit? "
Arnold mengeraskan rahangnya karena tak kuasa untuk menjawab pertanyaan itu. Sungguh dia akan menjadi tidak tahu malu jika dia mengatakan yang sebenarnya, dan terlebih dia sudah berjanji kepada Digo untuk menyelesaikan pernikahan bersama dengan Shen.
" Apakah kau masih memiliki niat untuk bercerai denganku? "
Lagi, Arnold tidak bisa menjawab pertanyaannya. Tapi dia juga tidak mungkin bertahan dengan hati yang bimbang, terlebih dia juga tidak ingin menyakiti Shen dan Mona berbarengan lagi.
" Aku harus bagaimana untuk membuatmu tetap bersamaku? " Kini tatapan mereka berada di satu garis lurus, tidak bisa dipungkiri, degup jantung mereka begitu cepat dan sulit untuk dikendalikan.
" Shen, apa yang telah terjadi di antara kita ini sudah tidak mungkin untuk tetap bersama. Beberapa tahun belakangan juga sangat berat untukmu, jadi berhentilah untuk mencoba. Kau pantas mendapatkan yang lebih, dan bahagia dengan pria yang pantas. "
" Sungguh aku pantas bahagia? " Tanya Shen yang diangguki setelah beberapa saat Arnold terdiam mencerna pertanyaan Shen.
" Kalau begitu, siapkah kau saat Asha memanggil pria lain dengan Ayah? Siapkah kau saat melihat Asha tertawa bersama pria lain, dan perlahan melupakan mu? "
" Aku- " Arnold tidak bisa lagi berkata-kata, rasanya sakit sekali hanya dengan membayangkan itu.
" Kalau begitu, mundurlah satu langkah, dan balikkan badanmu untuk melihatku, aku tetap berada dibelakangmu sejauh apapun kau berlari. "
Arnold terdiam saat wajah Shen semakin mendekat padanya. Dia ingin menolak, tapi tubuhnya sama sekali tak mengizinkannya sampa Shen membenamkan bibirnya disana. Bahkan diluar kendalinya, Arnold membalas ciuman itu.
Senyum tipis bibir Shen saat kedua bola matanya melihat air mata Mona jatuh berderai dari celah pintu yang tadi sengaja Shen tidak menutupnya dengan rapat.
Hanya permulaan, Mona. Kau akan merasakan yang namanya sekarat, tapi tidak kunjung mati.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
ALNAZTRA ILMU
ya balas dulu si mona
2025-01-31
0
Qilla
balikan balikan udah laki tingal dan hanya arnold laki yg lain udah jadi arca shen ,
2023-06-25
0
Essy. Uskono
malas baca shen trllu lemah jdi wanita
2023-03-14
0