Kegiatan pagi, adalah hal rutinitas yang dikerjakan Shen sebagai mana Ibu rumah tangga pada umumnya. Dulunya, dia sama sekali tidak bisa memasak maupun mengurus rumah. Tapi semenjak menikah, dia berusaha mati-matian untuk menjadi istri yang baik, serta menantu yang baik. Jadilah dia belajar memasak, dan mengurus rumah meski ada pelayan di rumah itu.
" Shen, buatkan jus buah kiwi ya? " Pinta sang Ibu mertua.
" Baik, Ibu. " Sejujurnya Shen agak bingung karena Ibu mertuanya memintanya untuk membuatkan jus kiwi, padahal yang menyukai buah kiwi dirumah itu hanya Shen seorang. Tak mau menghabiskan lebih banyak waktu di dapur, dia segera meminta pelayan untuk membantunya membuatkan jus kiwi, setelah selesai barulah dia keluar dari dapur untuk menuju meja makan.
Deg.....
Sejenak langkah kaki Shen membeku menyaksikan hal tidak biasa pagi ini. Mona, wanita itu ada ditengah-tengah mereka seolah dialah menantu. Sejenak Shen memandangi tubuh tambunnya yang terbungkus daster batik berwarna coklat. Ya Tuhan... rasanya memang sangat jauh kalau dibandingkan dengan dirinya. Merasa kesal, tapi juga malu dengan dirinya sendiri, semua itu tertahankan hingga membuat tangannya bergetar, dan jus kiwi yang tengah pegang tumpah sedikit.
" Ibu? " Panggil Asha yang menyadari sang Ibu hanya terdiam memegangi segelas jus.
Suara Asha benar-benar membuatnya mampu menghilangkan rasa sakit itu, dia mencoba tersenyum setulus mungkin seraya berjalan mendekati Asha yang terlihat tidak nyaman dengan ramainya keluarga yang begitu memperhatikan Mona.
" Asha, makanlah makananmu, setelah ini kita akan pergi jalan-jalan ya? " Shen berucap tanpa menatap suami dan yang lainya. Entah seperti apa mimik wajah mereka, rasa marah yang ia rasakan membuatnya malas untuk memperdulikannya lagi.
" Apa kau lupa sesuatu? " Tanya Arnold yang mengeryit melihat bagaimana Shen tidak seperti biasanya.
" Apa? " Shen menatap manik mata Arnold yang tidak tahu apa maksudnya menatap dengan dahi mengeryit seperti itu.
" Kau tidak melihat piringku masih kosong? "
Shen melihat piring itu, dan iya benar saja masih kosong. Sejenak Shen tersenyum miris, ternyata adanya dia hanyalah untuk melayani di manapun berada. Shen bangkit dari duduknya, dia mengambilkan nasi, dan juga lauk serta sayuran dipiring Arnold. Tak berhenti sampai disitu, dia juga melayani Ibu mertua, serta adik iparnya.
" Apakah Nona Mona juga ingin saya layani? "
Pertanyaan barusan ini benar-benar seperti tamparan keras bagi Arnold. Padahal dia sudah akan menyuapkan nasi ke mulutnya, tapi pertanyaan dari Shen benar-benar membuatnya tak lagi memiliki nafsu untuk makan. Berbeda dengan Arnold, Ibu mertua dan adik iparnya malah terlihat tak perduli.
" Mona adalah tamu, jadi penting juga untuk dilayani. " Ibu mertua berbicara tapi matanya masih saja menatap Mona, dan melanjutkan obrolan mereka.
" Tamu? Begitu ya? " Shen menyendok kan banyak sekali nasi, dua ayam goreng, dan juga setumpuk sayuran hingga makanan itu menggunung di piring Mona.
" Maaf Shen, aku tidak makan sebanyak yang kau makan. " Mona sebenarnya sangat kesal, tapi karena ada Arnold dia jadi harus menahan emosinya itu.
" Oh, begitu ya? Maaf ya Nona Mona? Aku terbiasa banyak bekerja dirumah ini, kalau makan hanya sedikit, aku tidak akan kuat. " Shen memaksakan senyumnya, lalu bergegas duduk disamping sang putri karena tempat duduknya telah diisi oleh Mona. Sementara Mona menggeser piring yang tadi, dan mengganti yang baru, bersamaan dengan porsinya.
" Arnold, kenapa kau tidak makan? " Tanya Mona.
" Kakak, cepat makan, nanti kakak terlambat ke kantor loh. " Anya menimpali.
Sungguh dia tidak lagi lapar, entah kenapa dia jadi tidak bernafsu setelah mendengar pertanyaan Shen tadi, ditambah juga Shen tidak mengambil makanannya padahal dia biasa akan makan dengan porsi yang sangat banyak.
" Ibu, aku sudah kenyang. " Asha menjauhkan piring dan gelas susu yang tinggal setengah di mejanya.
" Asha, minumlah susunya dulu sampai habis ya? " Pinta Shen sembari mendekatkan lagi gelas susunya.
" Asha, kalau kau bisa menghabiskan susunya, bibi akan memberikan boneka beruang kesukaanmu, bagiamana? " Mona tak mau kalah, dia mencoba merebut hati Arnold dengan menunjukkan betapa dia juga perduli dengan Asha. Shen tak bereaksi, tapi dia cukup kesal dengan tawaran Mona yang nantinya akan membuat Asha menjadi anak yang manja.
" Asha, habiskan susunya, Ibu janji akan menceritakan dongeng tentang tuan putri nanti malam. "
" Benarkah? " Asha nampak antusias dengan janji sang Ibu. Bukanya tidak menyukai boneka beruang, hanya saja dia tidak kekurangan apapun kalau mengenai barang, maka itu Asha lebih tertarik dengan dongeng pengantar tidur yang selalu diceritakan Ibunya setiap malam.
" Iya, seorang tuan putri yang sangat cantik dan baik hati sedang melawan si penyihir jahat. "
" Baik, Ibu! Penyihir jahat harus dimusnahkan dari muka bumi ini agar para putri tidak ditindas lagi! "
Shen terkekeh seraya mengusap rambut tebal Asha.
" Iya, penyihir jahat memang tidak boleh dibiarkan saja. "
Setelah Asha menghabiskan susunya, Shen langsung membawa sang putri untuk bergegas masuk ke kamar karena Zera sebentar lagi akan menjemputnya.
Perginya Shen dan Asha rupanya membuat suasana berubah menjadi aneh. Arnold masih tak menyentuh makannya, dan hanya menghabiskan segelas jus apel. Mona juga jadi tidak enak kalau harus memakan makanannya, Ibu mertua serta Anya awalnya tidak mau memperdulikan dan fokus untuk makan, tapi karena wajah Arnold yang berubah masam, mereka akhirnya kompak menghentikan sarapannya.
" Ibu, aku suka memakai baju ini. " Girang Asha sembari menunjuk gambar bajunya yang berkarakter beruang putih.
" Iya, kau terlihat sangat cantik. "
Baru saja mereka sampai di teras depan, pemandangan yang menyakitkan hati kini terpaksa ia saksikan. Mona, wanita tidak berperasaan itu begitu mesra mencium bibir Arnold yang akan segera masuk ke dalam mobil, dan yang menyedihkannya lagi Arnold juga tidak nampak keberatan akan hal itu. Sepertinya masih ingin berlanjut karena Mona terlihat ingin memeluk Arnold. Secepat mungkin Shen membalikkan tubuh Asha agar tak melihat apa yang Ayahnya dan wanita lain lakukan.
" Ehem! " Deheman Shen barusan sengaja ia lakukan agar mereka segera berhenti.
" Kalian bisa kan melakukanya di tempat yang tertutup? Tolong jangan rusak kepolosan anakku. " Shen segera membawa Asha pergi dari teras rumah, dan dengan langkah cepat mengimbangi Asha dia meninggalkan pagar tinggi itu. Sakit sekali rasanya, tapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Mau marah dan meberontak pun, rasanya dia tidak mungkin bisa mengalahkan wanita itu.
Beberapa saat Asha dan Shen berdiri menunggu Zera, mobil Arnold melintas dan berhenti di depan mereka.
" Mau kemana kalian? " Arnold membuka jendela kacanya, dan di saat itulah Shen melihat Mona yang duduk menyender disebelah Arnold. Lagi, Shen menutup mata Asha karena tidak ingin membuat Ayah kandung dari putrinya mendapat kesan buruk dari putrinya.
" Pergi berjalan-jalan. " Jawab Shen tak berekspresi.
" Naiklah taksi, aku tidak ingin terjadi sesuatu dengan putriku. "
" Asha, tutup mata, dan kuping mu. " Pinta Shen dan langsung dilakukan oleh Asha.
" Aku bisa menjaga putriku, dan tolong juga jaga wanita mu agar tidak terlihat murahan disembarang tempat. "
" Shen! " Protes Mona tapi tertahan karena dia tida mau terlihat galak di hadapan Arnold.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
ALNAZTRA ILMU
pasti sudah celup2 , bawa jalang lagi kerumah.. tapi masih mau bertahan..
xpalah biasanya kan cerita novel, isteri akan pergi seterusnya bertemu yg lebih baik.. sesekali ada cerita isteri terus bertahan. apasalahnya dibaca jugak.. 😊😊😊
2025-01-31
0
Helen Nirawan
yaaa....laki gini di pertahan kan , Aduhhhh ampun gw , nemplok sana sini , byk baterai isshh
2024-07-01
0
fa _azzahra
seru.ayo shen semangat jabgan lemah
2022-09-29
1