"Kenapa Alisha lama banget?"
Sean menggerutu dan melihat arloji nya.
Arloji yang menghiasi lengan kokohnya mempunyai disain sangat mewah nan eksklusif di hiasi dengan batu batu berlian melingkar.
Sudah satu jam Sean menunggu Alisha di taman.
Sean menunggu Alisha di sebuah taman kota yang berada dekat rumahnya.
Rumah Sean berada di sebuah perumahan elit, yang terhubung langsung ke taman kota sebagai fasilitas perumahan.
Sean memakai kaos santai warna putih, dan memakai celana jeans yang panjangnya di bawah lutut.
Penampilan Sean selalu tampak keren dan elegan.
Atau apapun yang di pakai nya selalu tampak keren, karena wajahnya tampan.
Dan tubuhnya pun tinggi, gagah, dan atletis.
Sean menunggu Alisha diatas sebuah perosotan yang ada di taman.
Perosotan itu lebar dan berbahan dasar dari semen cor, sehingga Sean bisa naik dan duduk di atas perosotan.
Ketika Sean datang ke taman.
Taman masih dalam keadaan sepi.
Namun hingga satu setengah jam.
Sean tak juga melihat batang hidung Alisha.
Sebuah rombongan anak anak sekolah PAUD datang ke taman kota dan di dampingi empat guru perempuan.
Taman yang semula tenang, kini terdengar riuh dan ramai dengan candaan anak anak PAUD.
Beberapa guru anak anak PAUD melihat Sean.
Mereka senyum senyum karena melihat pemandangan indah yang tidak di sangka sangka.
"Tampan sih tampan, tapi kok pengangguran?
Ini kan jam sibuk, masak malah nongkrong di taman?"
Dua guru berjilbab yang berduaan tertawa tawa sambil melihat ke arah Sean.
"Walau pengangguran tapi kan tampan"
"Makan tuh tampan"
Mereka lalu cekikian lagi.
Sean pura pura tidak mendengar guru guru PAUD itu.
Mereka sengaja berkata agak keras agar Sean mendengar nya.
Sean tidak peduli dan malah memainkan ponselnya dengan asik.
Sean tidak menyadari ada anak anak PAUD menaiki perosotan yang Sean duduki.
Anak anak itu sudah antri untuk main perosotan.
"Om minggir, ini perosotan nya mau di pakai main"
Seorang anak kecil cantik berponi menarik narik kaos Sean.
"Ok..."
Sean lalu memerosotkan dirinya di perosotan dan berlalu meninggalkan gerombolan anak anak yang berbaris untuk bermain perosotan.
Sean berpindah tempat untuk menunggu Alisha.
Sean duduk di sebuah ayunan.
Ayunan itu ada banyak.
Satu deret, berisi empat ayunan dengan warna warna yang cerah.
Sean melihat pesan pesan yang di kirim asisten nya.
Satu hari meninggalkan kantor saja pekerjaan nya sudah menggunung.
Mau bagaimana lagi.
Sean masih belum pulih benar energinya. Badan Sean masih terasa sakit, karena naik kereta.
Menurut Sean, kereta itu baunya bermacam macam,
Berbagai bau berbaur menjadi satu.
Mulai dari wangi, asam, jengkol, makanan, dan masih banyak lagi.
Membuat perut Sean terasa seakan di aduk aduk.
Belum lagi keadaan kereta yang selalu bergoyang goyang, menambah mual Sean menjadi semakin parah.
Mencoba mengenali kehidupan normal Alisha dan para karyawan lain.
Sungguh berat bagi Sean.
Karena Sean belum pernah naik tranportasi umum kelas ekonomi.
Sean kapok dan tak akan naik transportasi umum kelas ekonomi lagi.
Karena sekali mencoba saja Sean langsung tepar berhari hari.
Ke gagahan dan kekuatan tubuh Sean tidak bisa membendung rasa mual di perutnya.
Dia bahkan muntah di depan Alisha.
Gadis pujaannya.
'Ah... Alisha pasti sudah mengnggapku pria lemah, dan pecundang'
Sean menjejakkan kaki panjangnya ke tanah.
Pikiran Sean frustasi dan semrawut ketika membayangkan Alisha.
"Om kok masih disini?"
Sean melirik.
'Ah anak kecil ini lagi'
Sean tidak memedulikannya dan memilih memainkan sebuah game.
"Om minggir, aku mau naik ayunan"
Anak kecil cantik itu adalah Bella.
"Kamu naik ayunan yang lain aja lah, kan om yang duluan ada di sini"
Sean cuek tidak mau kalah dari Bella.
Sean merasa dari tadi dia selalu di usir Bella.
"Om ini gimana sih, itu kan mainannya anak kecil.
Om udah besar dan berat, nanti kalau ayunannya putus bagaimana?
Emangnya om mau ganti beliin ayunan yang baru?
Kemarin Doni mutusin ayunan di sekolah.
Tapi dia nggak mau ganti beliin ayunan di sekolah.
Doni itu gendut, makanya ayunan di sekolah bisa putus.
lihat om, itu Doni"
Bella menunjuk ke arah Doni temannya yang bertubuh tambun.
Sean melirik sekejap ke arah Doni yang di tunjuk Bella.
Bella berbicara panjang lebar.
Suaranya juga nyaring.
Sehingga Sean mau tidak mau mendengarkan ocehannya.
"Om cepat pergi.
Aku mau naik ayunan yang ini, yang warnanya pink"
"Nggak mau, kamu pake aja ayunan yang lain. Om kan lebih dulu di sini"
Sean tetap asik memainkan ponselnya.
Kini sean membuka fitur kamera, dan iseng iseng memotret Bella.
Gadis kecil yang cerewet.
"Semua ayunannya udah penuh om.
Aku mau naik yang ini.
Om udah besar jadi om gak pantes naik ayunan.
Apa om waktu kecil nggak pernah main ayunan?
Aku sering naik ayunan di sekolah.
Tapi sekarang nggak bisa.
Nggak bisa, karena ayunannya rusak.
Om itu pantasnya naik mainan yang itu"
bella menunjuk sepeda kayuh yang berisi empat orang, dua di depan dan dua di belakang.
Sean menoleh mengikuti petunjuk Bella.
'Hah..... Yang bener aja aku di suruh naik itu, itu kan mainan anak SD'
Sean menggerutu dalam hati, karena anak ini belum menyerah juga untuk mendapat ayunan nya.
Dalam hati, Sean tertawa karena ingin mengerjai gadis kecil cerewet ini.
Sean berdiri di samping ayunan, tapi Sean tidak pergi kemana mana.
Bella menaiki ayunan yang di tinggal Sean.
mengira ayunan ini boleh ia naiki.
"Hua........."
Sean menangis di samping Bella, seakan akan tidak rela ayunannya di naiki Bella.
Bella lalu turun dari ayunan, dia merasa tidak enak karena berusaha merebut ayunan milik sean.
Bella berdiri di samping ayunan.
sean segera menaiki ayunan yang di tinggalkan Bella.
"Hua.......j
Bella menangis karena tak rela meninggalkan ayunan yang baru saja ia naiki.
Sean lalu turun lagi dari ayunan .
Bella yang melihat ayunan nya kosong, naik ke ayunan, dan tangisannya pun mereda.
Bella sudah di atas ayunan.
Sean kembali pura pura menangis.
Bella kembali turun dari ayunan dan menangis.
Kejadian itu berlangsung hingga beberapa kali.
Para guru yang melihat kejadian Bella menangis,bukannya menolong, tapi malah menertawakan Bella.
Mereka terhibur dengan Bella yang di kerjai Sean.
Setelah merasa puas mengerjai Bella.
Sean tertawa gembira dan memutuskan pulang ke rumah nya.
Alisha tiba di taman pukul sebelas siang.
Alisha terlambat karena terjebak di tengah lautan mahasiswa yang berdemonstrasi.
sehingga banyak jalanan yang di pakai untuk berdemo.
Pangkalan ojek jadi jauh, sedangakan ojek online tidak bisa masuk.
Karena terlalu penuh dan banyak mahasiswa.
Ketika sampai di taman.
Alisha sudah keliling mencari Sean, namun tidak bisa menemukannya.
Alisha melihat ponselnya, banyak sekali panggilan dari Sean.
Alisha tadi tidak bisa mendengar dering ponselnya.
Karena di jalanan para mahasiswa sangat ramai
Mereka banyak yang berteriak teriak untuk menyalurkan aspirasi nya.
Alisha lalu memilih menelpon Sean.
"Bapak ada di mana? maaf aku baru sampai di taman.
Tadi di jalan, aku terjebak di antara para demonstran"
Sean tahu karena sudah melihat beritanya.
Dan Tomi asisten nya juga sudah melaporkan keadaan di sekitar kantor.
"Aku sudah pulang Sha, kamu mau ke sini? Aku capek udah nunggu kamu di taman dua jam"
Alisha merasa bersalah karena membuat Sean menunggu lama sekali.
"Rumah bapak di mana?"
Tanya Alisha pada Sean.
" Kamu lihat di sebelah utara taman ada rumah dua lantai bercat biru telor asin?
itu rumah ku"
"Akh......"
Prang.........
"PAk Sean.....?"
Bersambung.......
Tip, vote, rate, jempol dan komen kalian adalah penyemangat author.....💪💪💪
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Wong Urip
kan sean mantan dokter masa gitu
2022-11-21
0
Sridarti Sridarti
dah ketemu putri ny loh sean
. hhhhh. ngg lnjt ny.
2022-02-27
0
Indrijati Saptarita
bapak sama anak sama ngeyelnya... ahahahahah
2021-04-21
0