Sudah tiga hari, Alisha berada di rumah sakit. Tapi Alisha heran, mengapa orang tuanya belum pernah mengunjunginya.
Alisha khawatir jika sesuatu terjadi pada ayah dan ibunya.
Karena orang tuanya juga ikut mengalami kecelakaan bersama Alisha.
Seorang perawat bernama Ida, baru saja selesai memandikan Alisha dengan waslap.
Selesai membersihkan tubuh Alisha, ia lalu berdiri, dan membereskan perlengkapannya.
"Bagaimana lukamu?
Masih terasa sakit?"
Alisha menggelengkan kepalanya lemah.
"Sudah mendingan sus"
"Jangan lupa, makan sarapan mu.
Terus, minum obat mu secara teratur, biar luka mu cepat kering dan sembuh"
Perawat memeriksa kantung infus Alisha sejenak, lalu keluar.
"Tunggu Sus"
Ucap Alisha spontan.
Dan sang suster berhenti, dia kembali menghampiri Alisha.
"Ada apa?"
"Suster tau di mana orang tuaku?"
Alisha ragu apakah rumah sakit mengetahui keadaan ke dua orang tuanya.
Suster Ida meng anggukkan kepalanya.
Alisha senang bukan main, ternyata perawat nya mengetahui keadaan orang tuanya.
Tapi mengapa dia diam saja, dan tak pernah memberi tahunya?
"Di mana ayah dan ibuku sus?
Kenapa mereka, tidak pernah mengunjungiku?"
Alisha merasa sendirian di rumah sakit ini.
Tidak ada seorang pun yang pernah mengunjunginya, menanyakan kabarnya, dan menghiburnya.
Yang Alisha tahu, rumah sakit ini juga ada di Surabaya.
Jadi masih satu kota dengan rumah Alisha.
Tapi mengapa Sahabat, teman, dan para tetangga nya, tidak ada satu pun yang menjenguk nya.
Jangan kan mereka, orang tua nya pun juga tidak pernah menjenguk Alisha.
"Orang tuamu ada di rumah sakit kota Malang.
Mereka juga koma seperti mu.
karena di sini belum ada alat yang di butuhkan orang tuamu.
Jadi kami terpaksa, harus memindahnya ke kota Malang"
Suster tetpaksa berbohong, karena itulah instruksi dari pihak rumah sakit.
Alisha tidak boleh tahu keadaan orang tuanya.
Setelah Alisha sembuh, Alisha akan di beritahu keadaan orang tua nya.
Bahwa sebenarnya, mereka sudah meninggal dalam kecelakaan itu.
Sebenarnya para tetangga alisha sudah tahu, kalau Alisha ada di rumah sakit.
Tapi pihak rumah sakit melarang, siapa saja menjenguk Alisha.
itu di lakukan agar kesehatan alisha stabil terlabih dahulu.
Alisha yang baru saja tahu orang tuanya koma di rumah sakit Malang, hati nya menjadi sedih.
Air mata Alisha jatuh di pipi putihnya yang halus.
Hati Alisha sedih karena, dia tidak bisa bertemu dan menjenguk orang tuanya.
Seandainya orang tua alisha ada di rumah sakit ini, maka Alisha akan dengan senang hati selalu menjaga mereka.
"Sabar ya Alisha.... Semua akan baik baik saja.
Makanya cepat sembuh, biar kamu bisa menjenguk orang tuamu"
Hibur suster ida sambil mengelus lembut punggung Alisha.
Alisha mengelap air matanya dengan ujung baju rumah sakit yang ia pakai.
"Kalau orang tuaku di rumah sakit.
Bagaimana dengan biaya rumah sakit ku?
Dan juga ke dua orang tuaku?"
Alisha khawatir dengan keuangannya.
Alisha tidak yakin sanggup membayar biaya rumah sakit, meskipun tabungannya ia kuras habis.
"Tnang Alisha.
Semua biaya rumah sakitmu dan orang tuamu di tanggung asuransi.
Kamu istirahat aja ya? biar cepat sembuh.
Jangan terlalu banyak berpikir, itu bisa mempengaruhi kesehatan mu"
Alisha menuruti suster nya.
Ia lalu kembali tidur.
Alisha tidur miring, karena punggung alisha lah yang mengalami cidera parah, jahitan jahitan bekas kecelakaan masih terasa sakit dan perih.
************
Pagi ini terlihat cerah sekali.
Tidak seperti kemarin kemarin yang selalu mendung dan gerimis.
Tubuh Alisha pun terasa lebih baik.
Tidak terasa, sudah satu minggu alisha selalu tiduran di ranjang.
Dan Alisha hanya bisa tiduran miring ke kiri dan ke kanan.
Lama lama Alisha bosan berada di kamar nya teeus.
Alisha ingin keluar dari ruangan nya dan menghirup udara segar.
Sebenarnya Alisha ingin di pindahkan ke kamar umum saja.
Agar ia bisa melihat orang lain dan tidak merasa sendirian, dan juga kesepian.
Tapi pihak rumah sakit menolak, permintaan Alisha.
Ceklek.....
Pintu kamar Alisha terbuka.
Seorang dokter bernama dr. Dona, dan suster ida memasuki kamar Alisha .
Dokter Dona menanyakan keadaan Alisha.
Dan Alisha menjawab kalau dia semakin baik dan Sehat.
Seperti biasanya.
Dokter Dona memeriksa luka Alisha, dan dia mengatakan, luka Alisha semakin membaik.
Dokter Dona menyuruh suster untuk mengganti cairan infus milik Alisha, karena hampir habis.
Dokter Dona lalu keluar duluan.
Sedang kan suster ida masih mengganti cairan infus milik Alisha.
"Suster, aku mau tanya"
"Ya, apa yang mau kau tanyakan?"
Jawab suster Ida enteng.
Tangan nya bekerja mengganti cairan infus Alisha.
"hm...... Suster tahu kan dokter osean?"
"Oh..... Dokter sean? Ada apa?"
"Dulu dia pernah memeriksa aku.
Tapi kenapa sekarang, dia udah gak pernah meriksa aku lagi?"
Alisha merindukan sosok jelmaan amal baik nya.
Walau pun dulu dia pernah mempermalukan dirinya sendiri di hadapan dokter mempesona itu.
Tapi Alisha tetap senang, karena bisa bertemu dokter yang sangat tampan, dan sesuai dengan tipe idamannya.
"Jangan mengharapkan dia memeriksa mu lagi.
Karena dia sekarang menjadi direktur utama di rumah sakit ini.
Dia sangat sibuk.
dalam sehari, dia hanya bisa memeriksa tiga pasien saja.
Itu pun pasien yang di pilih oleh dirinya sendiri"
"Bisa nggak, suster memintanya untuk memeriksa ku lagi?"
pinta Alisha pada suster Ida.
"Hah? Yang benar aja sha, aku nggak bisa!"
Sustr Ida menolak permintaan aneh pasiennya.
Sebenarnya suster lda tidak ingin menolak keinginan pasiennya.
Tapi menyuruh dirinya untuk menemui dokter Sean.
Sama saja menyuruh dirinya untuk menyerahkan diri, ke malaikat pencabut kebahagiaan.
"Dokter Sean di rumah sakit ini terkenal paling dingin.
Dia tidak pernah bicara sama perempuan manapun kecuali kalau ada kepentingan. Semua orang di rumah sakit ini, tidak ada yang berani mengajaknya bicara.
Jika ada perempuan di samping nya, maka dia bersikap, seperti sedang melihat kotoran.
Dan dia juga langsung pergi bila melihat perempuan di sekitarnya.
Mungkin aja dia itu gay.
Iya kan?"
Alisha kecewa mendengar jawaban suster nya.
"Begitu ya?"
Raut wajah Alisha kecewa.
Dokter Sean pasti juga menolak dirinya.
"Nggak usah buang buang tenaga mu untuk dokter sean Sha.
Karena dia nggak akan peduli sama kamu. Yang aku takutkan, nanti kamu malah sakit hati"
"Iya terima kasih sus"
Ucap Alisha pada susternya.
Suster Ida lalu keluar meninggalkan Alisha sendirian di kamar.
'Lagi lagi sendiri'
Batin Alisha yang merasa kesepian dan jenuh di kamarnya.
Alisha tidak punya ponsel.
Entah kemana ponsel Alisha.
Sejak kecelakaan itu.
Alisha tidak bisa menemukan ponselnya.
Mungkin sudah hancur bersama mobilnya.
Pikir Alisha.
Alisha akhirnya memutuskan keluar dari kamarnya untuk pertama kalinya.
Sebenarnya ia takut bila keluar kamar sendirian.
Karena di luar, tidak ada yang menjaganya. Sedangkan lukanya belum sembuh benar.
Tapi rasa bosannya sudah tidak bisa Alisha tahan.
Alisha duduk di sebuah bangku taman.
Alisha berharap mempunyai sebuah buku sebagai temannya.
Tapi ia tidak tahu, harus minta kepada siapa.
Satu satunya orang yang di kenal Alisha di rumah sakit ini, hanyalah perawatnya, yaitu suster Ida.
Masa iya sih, dia harus minta tolong pada susternya?
Alisha menggeleng gelengkan kepala nya.
'Nggak boleh, suster Ida kan bukan siapa siapa ku, itu pasti merepotkannya'
Batin Alisha.
Ter akhir kali Alisha meminta bantuan pada perawatnya tentang dokter Sean.
Dan perawatnya menolak.
Jadi Alisha agak sungkan, bila harus minta bantuannya lagi.
'Ya Allah, berikan aku sebuah hiburan.
sebuah buku.
Atau ponsel juga nggak pa pa.
Atau seorang teman juga nggak pa pa'
Akhirnya Alisha memilih berdoa.
Alisha memang tidak punya siapa siapa.
Tapi dia masih punya tuhan.
Tempatnya untuk berkeluh kesah, ketika semua orang meninggalkannya.
Namun tuhan tidak pernah meninggalkannya.
Tak terasa hari semakin siang dan panas. Tempat duduk Alisha pun juga kepanasan.
Alisha lalu, memilih untuk kembali ke kamarnya dan beristirahat.
Ketika menuruni tangga taman yang hanya ada tiga anak tangga.
Alisha berjalan dengan pelan dan hati hati.
Agar punggungnya tak terasa sakit.
Walaupun hanya tiga undakan.
Alisha tetap kehilangan keseimbangan.
Alisha tidak bisa menapakkan kakinya dengan benar.
Sebenarnya undakan masih tersisa satu undakan lagi, tapi alisha mengira sudah tidak ada undakan lagi.
alhasil alisha pun kehilangan keseimbangan, dan terjatuh di bawah undakan.
"Aduh....."
Alisha mengaduh karena, kaki dan bokongnya kesakitan.
Sepasang tangan kokoh membantu Alisha berdiri.
"Hati hati kalau jalan, pasien nggak boleh keluyuran sendirian"
Alisha menoleh pada pria penolongnya.
'Dokter Sean!'
Ucap Alisha dalam hati.
Alisha tersenyum senang.
Bersambung.......
Jangan lupa kasih jempolnya buat saya.
Gratis, nggak bayar, nggak rugi......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Indrijati Saptarita
lanjuuuuuut saja yaa...
2021-04-21
0
Rezi Ananda Chaniago
nxnsv
2020-12-06
0
Puan Harahap
semangat
2020-10-21
0