Hari ini Nana dan Radit memperhatikan bos mereka yang bertingkah aneh untuk ke tiga kalinya.
Pertama, ikut meeting tapi diam saja.
Kedua, makan siang dengan karyawan yang tidak di kenalinya.
Ketiga, naik kereta.
'Oh my god, mimipi apa aku semalam?
Biasanya kan, pak Aldi nggak mau tau soal karyawan, apalagi karyawan perempuan.
Tapi sekarang pak Aldi malah berada dalam satu gerbong kereta dengan diri nya, radit, dan Alisha.
Tapi kayak nya pak Aldi dari tadi di samping Alisha terus deh, kenapa ya?'
Nana membatin.
Pikirannya di penuhi pertanyaan tentang bosnya yang bertingkah aneh.
Waktu sudah menunjukkan jam pulang kerja.
Sehingga di dalam kereta penuh sesak dengan orang orang yang pulang kerja.
Nana, Radit, Alisha, dan Sean tidak kebagian kursi penumpang.
Sehingga mereka harus berdiri.
Sean berdiri di belakang Alisha.
Sejak masuk ke dalam kereta.
Sean hanya diam saja.
wajah nya agak sedikit pucat, dan keringat dingin membanjiri tangannya.
Alisha tidak tahu, kalau wajah Sean sedang memucat.
Semua penumpang yang berdiri, mencari pegangan tangan masing masing.
Agar ketika kereta bergoyang, mereka tidak ter jatuh.
Tapi tidak pada Sean.
Sean tidak mau pegangan sembarangan di tempat umum.
'Pasti banyak kuman dan virus'
Sean bergumam dalam hatinya.
Walau Sean hanya diam.
Namun pesonanya tidak luntur begitu saja.
Di dalam kereta.
Ada beberapa lelaki yang memakai setelan jas.
Namun Sean lah yang paling mencuri perhatian para penumpang wanita di kereta.
Mereka sesekali berbisik
'Ganteng dan macho banget sih nih laki, udah ada yang punya belum ya?'
Sean tahu suara suara itu tapi dia tidak peduli.
Ketika kereta agak goyang.
Sean berpegang pada pinggul Alisha.
Alisha yang di pegangi Sean merasa risih.
"Apaan sih ini pak?"
Tangan Alisha menepis tangan Sean yang berada di pinggul nya
Sean berdiri di belakangnya, dan kedua tangan nya berpegang pada pinggul Alisha.
Tubuh Sean dan Alisha saling menempel karena sesaknya penumpang kereta.
"Aku tadi hampir jatuh Sha"
"Pegangan ini pak!"
Alisha menunjuk tempat pegangan tangan di atas Sean.
"Nggak, banyak kumannya"
Sean menggelengkan kepalanya.
"Kalau bapak nggak nyaman di tempat umum kayak gini, mendingan turun aja pak, cari taksi"
Saran Alisha pada Sean.
"Nggak Sha.
Aku nggak pa pa berdesak desakan kayak gini.
Yang penting sama kamu"
Sean tersenyum.
Dan Alisha diam, tidak mau menanggapi gombalan Sean.
Kereta kembali bergoyang agak keras.
Sean langsung memeluk pinggul Alisha erat.
Alisha terkejut, karena pelukan Sean yang sangat erat.
Alisha lalu bersusah payah melepas pelukan Sean, tapi tidak berhasil.
Padahal guncangan kereta sudah selesai, tapi Sean tetap memeluk Alisha yang bertubuh langsing dan lebih rendah darinya.
"Lepasin pak, di lihatin orang orang tuh"
Alisha tetap berusaha melepaskan pelukan Sean yang erat.
"Biarin aja Sha, biar orang orang yang ngeliatin aku tahu, kalau aku udah punya kamu"
Jawab Sean enteng.
'Ih narsis banget'
Batin Alisha.
Kereta kembali bergoyang.
Sean mempererat pelukannya kembali di perut Alisha.
Alisha merasa risih dan malu.
Dan berusaha kembali membuka pelukan Sean yang rapat.
"Diam Sha, aku cuma pegangan sama kamu, aku takut jatuh, kamu mau tanggung jawab kalau aku jatuh?
Nanti kalau perusahaan menjadi mundur dan bangkrut karena ceo mereka sakit gimana?
Dan para pegawai pun banyak yang kehilangan kerjaan mereka"
Sean nyerocos panjang lebar.
Alisha hanya diam dan tak benafsu meladeni alasan Sean yang di buat buat.
" Mas jangan melakukan hal yang tidak pantas di tempat umum"
Seseorang yang berkopyah menegur Sean yang nekat memeluk Alisha di tempat umum.
Seperti nya dia seorang ustad.
"Sebelumya saya minta maaf pak kyai, saya nggak bisa pegangan ini"
Sean menunjuk pegangan tangan di atasnya.
"Di situ banyak kuman dan virusnya. Dan dia ini...... istri saya"
Sean berbohong dan membungkuk hormat pada seseorang yang di panggilnya kyai.
'Apa? Istri?'
Mata Alisha melotot karena kaget.
Alisha tidak percaya mendengar ucapan Sean yang mengatakan bahwa dia istrinya.
Alisha lalu menyikut perut Sean pelan.
Dan Sean hanya senyum senyum.
"Makanya sekarang kamu diam aja, orang orang disini mengira kita suami istri"
Akhir nya Alisha diam saja.
Dalam hatinya, ada sepercik kebahagiaan.
Pelukan Sean begitu hangat dan nyaman.
Buru buru Alisha harus membuang rasa itu, Rasa yang di timbulkan oleh orang yang pernah menyakitinya begitu dalam
Sean kembali mempererat pelukannya.
Kepalanya menunduk, menyandar pada bahu Alisha, dan matanya terpejam.
Sean tertawa dalam hatinya.
'Kesempatan dalam kesempitan, hehehe.....'
Beberapa penumpang kereta menyukai kedekatan Sean dan Alisha yang tampak serasi.
Yang laki tampan dan yang perempuan cantik.
Beberapa penumpang pun memotret Sean dan Alisha dengan ponsel masing masing.
Di pemberhentian stasiun berikutnya, banyak penumpang yang turun
Cepat cepat Alisha menarik tangan Sean yang melingkari perutnya untuk bergeser ke kursi kosong.
Sean mengangkat kepalanya.
" Ada apa Sha?"
Sean heran mengapa Alisha menarik tanganya ke samping.
"Cepat duduk pak!"
Sean yang sudah berdiri di samping kursi kosong langsung duduk begitu saja.
Alisha duduk di sebelahnya.
sean lalu kembali menyandarkan kepalanya ke bahu Alisha yang lebih rendah.
Walau agak susah bagi Sean, tapi Sean tetap menyandar kan kepalanya di bahu Alisha.
Demi mendekati Alisha, semua ini tidak masalah dilakukan oleh Sean.
Walau pun ia nanti di rumah harus memanggil tukang pijat untuk memijit tubuhnya yang lelah karena berusaha membungkuk terus demi bisa menempel dengan Alisha.
'Apaan sih pak Sean ini? Cari cari kesempatan terus'
Alisha berusaha menjauhkan pundaknya dari kepala Sean.
"Diam Alisha, kepalaku pusing"
Alisha akhirnya membiarkan Sean tiduran di bahunya.
Mata alisha mencari cari sosok Nana dan Radit, dan Alisha menemukan mereka jauh dari jangkauan.
Mereka duduk di kursi seberang namun agak jauhan.
Alisha melihat mata Nana sudah mau keluar karena melihat tingkah Sean.
Alisha hanya tersenyum kecut.
Gagal sudah, usaha Alisha untuk tidak menarik perhatian rekan se kantor nya.
Sean bergerak semakin masuk ke dalam rambut Alisha.
Hidung Sean menempel pada leher Alisha. Benar benar pemandangan yang intim.
"Jangan gini pak, menjauh deh, geli tau"
Alisha menjauhkan lehernya dari Sean.
"Diam lah Alisha, badanku rasanya gak enak"
Sean kembali melesakkan wajahnya ke rambut Alisha yang wangi.
Sean menyukai bau bunga bunga pada rambut Alisha.
Alisha dapat merasakan hidung dan kening Sean yang menempel di lehernya terasa dingin.
'Seperti nya dia mabuk'
Batin Alisha.
Kereta kembali berhenti di sebuah stasiun.
Alisha menggandeng tangan Sean untuk berdiri.
"Ayo pak, kita turun aja, badan bapak dingin banget"
Alisha berdiri dan mengangkat tangan Sean.
Sean malah ganti menarik tangan Alisha, dan menariknya agar duduk kembali.
"Duduk saja Alisha, kamu lah obat ku"
Sean menatap Alisha sambil tersenyum.
Senyuman yang membuat Alisha jatuh kembali ke kursi karena lemas.
Lemas melihat indahnya senyuman Sean.
Sean lalu kembali bersembunyi di rambut Alisha.
Akhir nya mereka sampai di stasiun tempat tujuan mereka.
Alisha, Nana, Radit, dan Sean keluar dari kereta.
"Sha anterin aku ke toilet"
Ujar Sean berbisik pada telinga Alisha
.
" Kalian pulanglah duluan, Aku mau antar pak Aldi ke toilet"
'Telpon aku'
Nana berbicara dalam bahasa isyarat dengan Alisha.
Nana mengacungkan ponselnya.
Dan Alisha tersenyum lalu menganggukkan kepala
Meng iya kan permintaan penjelasan dari Nana.
Hoek.... hoek..... hoek....
Sean menumpahkan isi perutnya di toilet.
Alisha melihat iba kepada Sean.
Sean hampir satu menit muntah muntah tapi belum juga selesai.
Alisha pun ikut masuk ke dalam toilet yang tidak di kunci.
Toilet itu jenis toilet umum.
Laki laki atau perempuan boleh memakainya.
Alisha lalu memijit mijit tengkuk Sean.
Pijitan Alisha sungguh mujarab.
Sean jadi berhenti muntah muntah.
Hampir satu menit Alisha memijit tengkuk Sean.
Dan Sean sangat menikmati tangan Alisha di tengkuknya.
Rasanya nikmat dan..... Menggoda iman Sean.
"Sudah baikan?"
"Iya"
Jawab Sean singkat.
Alisha lalu mengajak Sean duduk di sebuah kursi panjang kosong yang ada di stasiun.
Di tempat duduk, Alisha mengambil beberapa
tisu dari dalam tasnya dan memberikan kepada Sean.
Sean mengelap bibirnya.
Sedang Alisha mengelap keringat dingin Sean di keningnya.
Tatapan mereka lalu bertubrukan.
Sejenak mereka saling bertatapan.
Lalu Alisha cepat membuang muka.
"Ini, minum"
Alisha mengeluarkan sebuah air minum kemasan dari dalam tasnya.
"Dari dulu kamu selalu merawat dan memperhatikan ku Alisha, tapi sayang aku selalu mengabaikan mu Sha.
Terima kasih sudah mau memperhatikan ku"
Sean menatap sendu Alisha,
Sean lalu menggenggam jemari Alisha yang lentik dengan penuh kehangatan.
"Cepat hubungi asisten bapak, katakan kalau bapak sudah sampai di sini"
Ucap Alisha pada Sean, sambil menarik tangannya yang di genggam Sean.
Sean menggeleng kan kepalanya.
"Aku ikut ke rumah mu aja Alisha, aku mau kamu yang merawatku."
Ujar Sean.
Tanpa sungkan, Alisha lalu merogoh saku jas Sean, dan menemukan ponsel Sean.
Alisha lalu menghidupkan ponsel Sean.
Alisha terkejut karena foto yang ada di layar depan ponsel Sean adalah, foto dirinya yang dahulu.
Alisha terharu, tersanjung, tersentuh, terkejut.
semua perasaan itu jadi satu.
'Aku harus kuat, tidak boleh lemah hanya karena sebuah foto'
Batin Alisha.
Alisha lalu menelpon sang asisten pribadi Sean.
Akhir nya Tomi datang.
Dan Alisha buru buru meninggalkan mereka.
Bersambung.......
Jangan lupa tinggalkan jempol untuk ku kaka.....
Gratis..... Nggak bayar...... Nggak rugi......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
terpisah karna ayah Sean masuk rumah sakit..
2023-06-22
0
Indrijati Saptarita
ayooo pada terbuka donk... kasiha bella...
2021-04-21
0
A.0122
sesama mencintai jg sesama menderitA
2021-01-12
0