Keluarga.

"Suara? Dari mana kamu tau."

"Tidak sengaja aku pernah mendengar suaranya saat ia sedang dihubungi oleh Casey. Dan suara mereka sangat berbeda satu sama lain." ujar Mika yang langsung dipercayai oleh yang lain. "Baiklah kita sampai."

Mereka sudah tiba di sebuah istana yang temboknya sudah diselimuti oleh lumut serta tumbuhan liar yang merambat. Setelah mereka melewati jalanan yang dikelilingi oleh beberapa tumbuhan yang rindang tidak menghilangkan kecantikan alam yang seperti dirawat oleh mereka.

"Dari goa depan sampai jalan yang dikeliling tumbuhan itu dirawat sama yang lain?"

"Iya, kami sudah menganggap tempat ini sebagai rumah, jadi kami harus menjaganya supaya sehat terus dan tidak membuat manusia seperti kita sakit akan penyakit." jelas Rayhan lalu mendorong pintunya sendiri membuat yang lain terpana.

Bukan tempatnya saja orang orang yang tinggal disana juga membuat Mika dan yang lain terkagum. "Mereka sungguh tinggal disini?"

"Ya. Kami sudah menganggap keluarga semenjak pendiri yang menemukan istana ini dan membiarkan yang lain tinggal dan menganggapnya sebagai rumah."

"Walau sebagiannya sudah hancur karena istana ini memang terbengkalai didalam hutan ini yang semakin membuat orang tidak mengetahui keberadaannya. Ayo kita harus bertemu sama yang mengumpulkan kami."

"Apa orangnya tidak jahat?"

"Tenang saja, orang itu sangat baik. Kami dirangkul dan misi kami saat ini hanya untuk bertahan hidup dari musuh musuh yang mengincar sesuatu yang akan membuat dunia ini menjadi milik mereka. Asal kamu tau mi, bahwa diluar sana bukan Zombie saja melainkan vampir atau monster lainnya sangat banyak karena mereka dibuat oleh alih dan itu dari masing-masing lawan kita."

"Seperti si tuan yang mengeluarkan zombie?"

"ya. Ia juga mengeluarkan manusia vampirnya yang menjadi mata mata."

Hanya Mika yang bersuara, sedangkan yang lain hanya fokus mendengar saja. Sampai mereka berdiri disebuah ruangan yang tidak dihalangi oleh apapun membuat Mika bisa melihat dalamnya. Yang tak lain ruang makan. "Kalian makan dulu saja setelah kenyang kita harus bertemu dengan mereka."

"Bolehkah?"

Rayhan mengangguk dengan senyumannya lalu memanggil beberapa orang yang bertugas di ruang makan. "Tolong siapkan makanan buat mereka, dan ingat perlakukan mereka dengan hormat seperti kalian melakukannya kepada atasan."

Mereka mengangguk dan menunduk sopan. "Baik tuan, silahkan nona ikuti langkah kami." Damar yang merasa lapar langsung melahap makanan yang baru saja datang ia menghiraukan rasa panasnya dan hanya sibuk mengunyah.

"Ayo makan, jangan sok kuat dah kalian." sautnya yang jengkel melihat teman temannya yang gak enakkan.

"Ayo makan, aku tunggu didepan."

Mika mengangguk lalu duduk disamping ka Lili yang juga sudah melahapnya. Tidak ada makan secara anggun mereka makan dengan sangat gila dan rakus. Memang mereka sudah menahan lapar selama sehari belum dua hari namun itu membuat mereka tidak berdaya.

Rayhan yang melihtanya langsung menggelengkan, "sungguh menyedihkan."

Setelah selesai mereka menghabiskan satu gentong berisi air dan membuat perut mereka semakin kembung. Tapi menurut mereka itu tidak apa karena mereka juga akan segera berlatih lagi. "Sudah? Ayo kita lanjut jalan."

"Apa nanti kita bisa satu kamar?" tanya Damar tiba tiba membuat yang lain meliriknya. "Kalian ingin gabung didalam satu kamar?" Damar mengangguk dan disetujui oleh Mika dan Dahlia. "Iya, kita ingin gabung bersama yang lain."

"Tapi mohon maaf, permintaan kalian tidak bisa, karena kamu dan Mika harus dikamar yang terpisah dari lelaki seperti mereka. Walaupun kalian sering tidur bareng tapi tidak disini. Ada peraturan disini." Jelas Rayhan yang langsung diangguki lemas olehnya. "Baiklah."

Rayhan mengetuk pintu kayu yang sudah tua dan pintunya sama seperti yang lain. Suara berat dari dalam menjawab, "masuk!"

"Rayhan masuk paman." ujarnya yang membuat Mika menyatukan kedua alisnya. Saat semua teman Mika sudah masuk Rayhan langsung mengunci pintu ruangan itu dengan dia yang menjaga pintu di dalam ruang. Mika melangkah pelan dan berhenti seketika saat tubuh pria yang umurnya hampir sama dengan Rayhan berbalik dan menatapnya dengan lembut tak lupa dengan senyumannya.

"Kamu persis seperti bunda. Sangat cantik, bukan begitu ayah?" tanya pria muda itu membuat Mika menegang mengerjapkan kedua matanya lalu beralih menatap kearah pria yang berambut putih namun masih kekar tubuhnya.

Kaki Mika langsung melemas dan ia jatuh terduduk diatas lantai diikuti oleh Ethan yang sedang merangkul bahu gadis itu agar bangkit berdiri lagi. Pria yang dipanggil ayah melangkah pelan dan duduk dihadapan Mika lalu mengangkat tangan kanannya seraya ingin mengelus pipi chubby Mika.

Dengan mata berlinang, "kau sungguh menyerupai dengannya. Maafkan ayah.." ujarnya dengan nada menyesal Ethanpun langsung berdiri membiarkan gadis kecil itu dipeluk oleh pria yang mengaku ayahnya.

"Benarkah kau ayahku?" tanya Mika disela isakkan. Pria tua itu mengangguk dibalik bahu Mika. Elusan pria itu mengingatkan sang bunda yang sudah tiada didunia ini. "Ayah?"

Tak lama pria muda yang tadi ikutan memeluk kedua orang yang saling berpelukan itu, "ajak aku dong."

"Sini nak."

Mika melepaskan pelukannya dan menatap pria muda yang sedikit diatas Rayhan. "Dia kakakmu nak. Maafkan ayah yang memisahkan kalian sejak kecil."

"Maaf karena ayah tidak bisa melawan mereka."

Mika menggeleng, "tidak perlu. Seandainya bunda masih ada."

--

Bersambung..

Like.

Komen.

Vote.

Mohon dukungannya..

Love me.

🖤

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!