Mika mengikuti langkah Ethan yang menggenggam tangannya mengikuti pengawal itu masuk kedalam sebuah ruangan luas yang hampir sama dengan Aula pertemuan. Mereka bisa melihat banyaknya orang yang berkumpul menatap kearah mereka dengan tatapan yang tak bisa mereka baca. Mika sedikit menunduk dan melirik kesana kesini sampai mereka berhenti di depan tangga yang pendek menuju kursi kursi orang yang berkuasa.
"Selamat siang yang mulia. Saya datang membawa tamu spesial anda."
"Erik, aku sudah bilang panggil saja aku dengan sebutan tuan, jangan dengan embel yang mulia aku tidak semulia itu."
"Dan kalian, selamat datang di kota yang kami anggap rumah, ini aman untuk kalian terutama untukmu putriku, Mikayla." ujarnya membuat Mika mendongak dan menatap bola mata coklat terang sama seperti miliknya, ia mengerjapkan kedua matanya untuk sekian kalinya. Tak sadar ia mengeluarkan air mata dan meraba kalung yang selalu ia pakai. Dan membukanya sampai ia melirik lagi pria yang menyebutnya sebagai putri.
"Kemarilah nak."
Mika menggelengkan kepalanya lalu menarik tangan Ethan untuk segera mundur. "Tidak! Kau bukan ayahku!" teriaknya Mika membuat pria yang dipanggil tuan menarik tangannya kembali lalu duduk dengan tegap. "Ayo kkta pergi, ini bahaya sekali. Dia bukan ayahku." bisiknya membuat yang lain mengeluarkan senjata masing-masing.
"Kemarilah, ayah disini nak."
Mika menggeleng lalu mengeluarkan senjata yang baru pertama kali ia gunakan. "Tidak! Bunda mengatakan mataku mirip dengannya dan kakak ku lah yang mirip dengan ayah."
"Begitukah? Kalau begitu selamat tinggal gadis kecil."
"Serang mereka! Jangan sampai mereka lepas dari sini."
"Baik tuan!"
"Jangan mendekat! Atau kubunuh." ujar Dahlia yang langsung mengeluarkan pedangnya dan membasmi mereka dengan gaya gilanya. Inilah teknik ia membunuh musuh dengan mengajaknya berbicara lalu menghabisinya dengan sekali kibas.
Rizki dan Damar mengeluarkan tembakannya menggunakan AK 47 dan M4A1 Carbine. Sedangkan Reza dan Ethan menggunakan Shotgun dan AWM sedangkan Mika menggunakan kedua tangannya dengan menggenggam handgun yang cukup ringan ditangannya.
"Sia| bagaimana mereka bisa memiliki senjata keren seperti itu?"
"Buat perlindungan semuanya!" teriak Reza membuat Ethan menarik Mika untuk bersembunyi. Begitupun dengan Rizki yang melindungi Dahlia. Karena gadis itu menggunakan pedang dan pedang akan kalah jika tidak tau cara menangkis peluru dari tembakan mereka.
"Kau bisa pakai pistol?" Dahlia mengangguk lalu Rizki mengeluarkan Sig Sauer P226, "dua bisa?" Dahlia mengangguk lagi, "bisa. Aku sudah berlatih dengan Mika."
"Hati hati, jangan sampai terluka." ucapnya sambil memberikan senjata lagi dari balik bajunya.
"Tenang saja aku bisa mengendalikannya." ujarnya mengambil senjata Smith & Wesson dari tangan Rizki lalu menoleh kearah belakang mengintip melihat posisi musuh yang berada dimana. Mika pun begitu ia melihat sekitar, dan melirik Reza yang tidak jauh dari sana. Dan menoleh kesamping menatap Ethan yang juga melihat sekeliling, "ka, lindungi aku."
"Kau ingin kemana?"
"Ujung sana ada bom." bisiknya membuat Ethan mengangguk dan segera mereka beraksi kembali membuat isi gedung itu ramai akibat suara tembakan yang saling bersautan.
Dahlia yang melihat Mika juga menyuruh Rizki untuk melindunginya ia pun segera berguling seperti keahliannya yang sedikit gila. Sedangkan Mika melakukan aksinya dalam mode kalem namun mematikan. Sesampai ditempat bom ia langsung mengambil beberapa dan memberikannya kepada Dahlia lalu bersiap melemparnya jika teman temannya sudah berada didekatnya.
Keempat pria sudah berada didekat mereka dengan cepat mereka melemparkan bom itu kearah lawan dan melemparnya kembali milik mereka. Mika merasa benda bulat yang ia bilang bom itu bukanlah bom sebenarnya itu hanya asap yang bisa mereka alihkan pandangan mereka agar Mika dengan yang lain bisa kabur. "Bawa benda ini kedalam kantong kalian ini akan berguna untuk kedepannya." ujar Mika membuat keempatnya bergerak.
Setelah itu Mika menyuruhnya berdiri dan melangkah keluar gedung setelah itu ia melemparkan bom yang benar benar bom asli. Mika berhasil keluar bersama yang lain dan bertepatan itu gedung itu rubuh akibat ledakan yang cukup besar.
"Itu bom dariku ka?"
Dahlia mengangguk, "wow, besar juga ledakannya." Mika terpukau melihat gedung itu rubuh dengan segera mereka pergi dari sana dan bersembunyi ketempat yang jarang orang lewati yang tak lain hutan terlarang yang selalu disebut oleh beberapa orang yang pernah ia dengar.
"Rumah apaan? Neraka iya." dengus Dahlia sedang membersihkan badannya yang sedikit terkena percikkan darah musuh. Saat ini mereka selamat dari bahaya yang sebenarnya. Dan mereka berenam sedang beristirahat disebuah gua yang cukup besar untuk tempat berteduh mereka yang dipertengahan jalan tiba-tiba saja turun hujan deras.
"Sudahlah ka, namanya juga musibah."
"Memang foto ayahmu seperti apa sih dek?" tanya Reza membuat Mika menggeleng, "maaf mika gak diboleh bilang ke yang lain sebelum Mika bertemu dengan mereka. Karena akan banyak mata-mata yang bisa mendengar." ujar Mika yang langsung dipahami olehnya karena ia juga tidak ingin nyawanya melayang begitu saja.
"Kita bermalam disini dan besok kita harus melanjutkan perjalanan kita karena tempat ini juga belum terlalu aman bagi kita."
"Ya, kami mengerti, apa kalian tidak lapar?"
"Oh iya ini sisa makanan kita, kalau bisa ngirit ya." ujar Mika dengan mengeluarkan 6 buah kentang yang sudah ia bakar kemarin, sisa enam buah didalam tasnya.
"Minuman?"
"Minta kepada ka Lili, dia yang membawanya."
--
Bersambung..
Like.
Komen.
Vote.
Mohon dukungannya.
Love me.
🖤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments