Suasana diluar sana sudah aman, tidak ada lagi sosok yang berlalu lalang diatas sana namun tetap saja mereka masih berada dibawah untuk membuat rencana kemana mereka akan bertujuan.
Saat para gadis sedang terlelap tidur, para pria berkumpul dengan suara yang sedikit dikecilkan agar tidak mengganggu para gadis tersebut.
"Jadi tujuan kalian selanjutnya kesini?" tanya Ray menunjuk kearah peta yang terbuka lebar dihadapan mereka semua.
Reza mengangguk, "kami mencari tempat yang bisa ditinggali untuk kita selamanya."
"Apa mungkin ada tempat seperti itu?" tanya Damar, membuat mereka berpikir keras.
"Semoga ada, mungkin saja kita bisa bertemu dengan beberapa orang kedepannya seperti Ray saat ini." ujar Rizki yang diangguki oleh yang lain.
"Ray, kau yakin tidak ingin ikut dengan kami?"
Ray menggelengkan kepala, "tidak. Kalian jaga Mika, adik kecilku dengan baik. Dan bawa saja peta ini aku masih ada peta satu lagi."
"Mika akan menangis jika begitu." ujar Reza membuat Ethan dan Ray menatap gadis kecil itu yang tertidur berbantal paha Ethan.
Ray mengelus rambut Mika dengan lembut, Ethan tersenyum melihat itu. "Jika kau mencintainya, lindungi dan jagalah dia. Aku merestuimu sebagai saudaranya."
Ethan mengangguk, "terima kasih sudah merestui kami."
"Ah satu lagi, kalian mungkin saja akan bertemu dengan seseorang yang mengaku sebagai kenalan ayah dan kakaknya."
Ethan dan yang lain mengernyit, "bukankah Mika hanya punya bunda?"
Rayhan menggeleng kepala, "tidak kedua orang tua Mika dipaksa untuk berpisah hanya karena bunda Mika dari kasta rendahan."
"Maksudmu, Mika?"
Ray mengangguk, "Mika keturunan darah bangsawan maka dari itu ia memiliki darah istimewah yang sangat langka."
"Lalu dimana mereka?"
"Kalian akan segera bertemu, aku yakin itu."
"Baiklah jika begitu."
Jam pukul 3.15, Mika terbangun dan menatap sekelilingnya yang masih terlelap dialam mimpinya.
Mika duduk dalam diam sampai ia berniat masuk kedalam ruangan cctv milik kakak sepupunya.
Tapi sebelum tergerak ia melihat handle pintu bergerak dari dalam membuatnya berpura pura tidur kembali menghadap Ethan.
Langkah itu semakin mendekat dan Mika merasakan rebahan seseorang dibelakangnya yang ia yakini itu adalah Casey.
"Besok aku harus bertemu dengannya. Berkata aku memiliki hadiah untuknya."
gumamnya yang terdengar oleh Mika, membuat gadis itu merasa kecewa telah dihianati oleh orang yang ia selamatkan.
'oh tidak bisa begitu, kau tidak akan bisa selamat sebelum bertemu dengan sosok itu. Akan ku buat kau menyesal.' batin seseorang tanpa Mika sadari ada yang bangun mengikutinya lalu memejamkan sebentar sampai yang lain terbangun.
Pukul 6 pagi, semua orang sudah bangun dari tidurnya, Mikapun begitu. Namun dilirik lagi kesampingnya Casey, gadis itu masih terlelap membuatnya mengernyit.
"Kok dia belum bangun?" tanya Dahlia kepada yang lain.
"Kami tidak tau."
"Bangunkan dia, kita akan segera meninggalkan tempat ini." saut Rizki kepada Dahlia.
"Hei Cas? Bangun.." ucap Dahlia sembari menggoyangkan lengan gadis itu namun tidak bergerak sama sekali.
"Kalian gotong saja dia lalu tinggalkan dia didepan gerbang. Aku rasa dia yang sudah menyelinap masuk kedalam ruanganku."
"Lalu apa yang ia ambil darimu?"
"Racun." bisiknya kepada Reza. Damarpun langsung mengangkat tubuh Casey dan mereka pun sudah siap pergi dari tempat ini begitu pula dengan Ray yang harus berpikir bahwa tempat ini harus disembunyikan karena gadis itu pasti akan memberi tahu kepada musuhnya.
"Kakak juga akan ikut kami?"
"Tidak, kakak akan pisah denganmu dipertengah jalanan."
Raut wajah Mika sudah sendu. "Mengapa tidak ikut saja dengan kami?"
"Maaf, kakak sudah memiliki rencana lai , kalian berhati hatilah."
"Ka.."
Ray tersenyum lalu menatap lembut adiknya "semoga kamu baik baik saja dan sampai tujuan. Pergilah, jangan sampai tertangkap." Mika mengangguk lalu memeluk tubuh Rayhan dengan erat sambil menahan tangisnya.
Rayhan mengambil alih mengangkat tubuh penghianat dari Damar, ia tidak mau adiknya celaka hanya karena manusia licik seperti gadis ini.
"Pergilah, aku harus segera pergi dari sini."
"Sampai ketemu lagi ka." ujar Mika diangguki oleh Ray, "ya sampai jumpa, adik kecil."
Rombongan Mika telah pergi menjauhi tempat Ray, setelah sudah jauh. Ray pun kembali melangkahkan kakinya menuju tujuannya, sebelum itu ia mengikat terlebih dahulu tubuh Casey dipohon besar dan tak lupa menulis kertas disimpan di kantong baju milik gadis itu.
"Kau cantik, tapi hatimu busuk. Percuma saja kau hidup." gumamnya lalu meninggalkan gadis itu tanpa melihat bahwa Casey sudah siuman dari pingsannya.
Gadis itu terkejut saat melihat sekitarnya yang sekelilingnya hutan, dan ia juga kaget saat tubuhnya di ikat di pohon besar.
"Sia!an Mereka mengikatku disini? Apa aku ketahuan dari mereka? Ah sepertinya ya. Mengapa mereka sangat pintar sih? Baru dua hari aku bersama mereka. Mengapa aku jadi bodoh."
"Ya kau memang bodoh!" saut seseorang lalu muncullah pria dengan tatapan tajam menatapnya. "Kau mengecewakanku Rowena. Dimana hadiah yang kau katakan itu?"
"Maaf tuan, aku salah. Aku hampir saja bisa jika saja pria itu tidak pintar."
"Maka dari itu kau harus lebih pintar darinya. Jadi kearah mana mereka berjalan?"
"Aku, -maaf tuan saya tidak tau." sesalnya dan seketika hawanya berubah menjadi seram, "bagaimana bisa kau tidak mengetahuinya?"
"Saya pingsan tuan."
"Hah?!"
--
(Si tuan)
Tajemkan matanya?
--
bersambung..
Like.
Komen.
Vote.
Mohon dukungannya.
Love me.
🖤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments