"Sepertinya kita harus bermalam disini." ujar Dahlia mengalihkan pembicaraan yang entah mengapa ia tidak suka jika Casey, gadis itu menatap Rizki dengan lama.
Mika mengangguk, "ya kita harus beristirahat disini jika tempat ini aman untuk kita semua."
"Biar aku dan Ethan yang mengecek seluruh ruangan." ujar Reza membuat yang lain mendongak menatapnya, "hati hati ka. Pakai senjatamu jika ada pergerakan." Kata kata Mika menghangatkan hati mereka terutama kepada Ethan yang selama ini selalu dekat dengannya.
"Jangan khawatir, diam disana dengan yang lain." peringat Ethan lalu melangkah mengikuti Reza yang sudah berjalan lebih dulu.
"em, ka Casey.." panggil Mika yang membuat gadis itu menoleh, "ya?"
"Apa maksudmu di tumbal?"
"Yang tadi? Keluargaku terutama paman dan ayahku sangat membenci keberadaanku hanya karena aku bukan anak kandungnya bisa dibilang ibu ku menikah lagi dengan ayah tiriku."
"Apa kau yang dibilang gadis merepotkan itu?"
"What? Mereka bilang begitu? Lalu siapa yang mereka katakan yang lebih pintar?"
"Loren." singkat Rizki membuat tangan Casey mengepal, "padahal gadis itu yang sangat repot. Uhh seharusnya aku tonjok dia."
"Tidak usah dendam, dia juga akan menjadi tumbal menggantikanmu."
"Benar juga."
"Tidak! Aku tidak mau!" teriak gadis itu menatap kedua orang yang sangat memanjakannya. "Lalu siapa jika bukan dirimu. Apa kamu mau jadi tumbal hah!"
"Kenapa tidak Casey saja?"
"Dimana Casey? Gadis itu kabur saat kita tertidur."
'sia!an mengapa kau kabur dasar bodoh!'
"Jadi menurutlah, kamu jadi pasangan si tuan atau jadi tumbal pilih mana?"
"Baiklah aku akan menjadi pasangan si tuan." pasrah gadis itu.
Ayahnya menepuk bahunya lalu beralih kearah keponakannya yang sudah pingsan sejak ia beri minuman obat bius.
"Kita ke atap sekarang."
Bruk! Bruk!
"Tidak bisa dibuka." ujar Paman Loren. "Apa? Coba lagi."
Bruk bruk!
"Tetap tidak bisa."
"Sia! gadis itu benar benar licik."
"Kan sudah ku kata, bunuh dia seperti paman membunuh ayahnya."
"Diam kau!"
"Aku kunci pintunya, mereka tidak akan bisa selamat dari gedung itu." ujar Casey saat Dahlia bertanya bagaimana jika keluarganya mencarinya.
"Kau, maksudku ibumu?"
"Dia mati, akibat kebodohannya sendiri."
"Kenapa?"
"Membela pria yang tamak didepan si tuan."
"Kau sudah bertatap dengan si tuan itu?" tanya Damar. "Ya, hanya sekilas."
Tap
Tap
Tap.
"Bagaimana?"
"Disini aman. Kita tidur di lantai atas saja." ujar Reza membuat yang lain bangkit dari duduknya.
"Apa tidak ada makhluk aneh?"
Ethan menggeleng, dan menggenggam tangan Mika dengan erat. "Hati hati, disini penuh jebakan."
"oke."
Kebesokan harinya, mereka ber tujuh sudah sampai di kota Saudara III, suasana kota itu sangat sunyi namun saat kita masuk gerbang.
Semua terlihat ramai, "apa mereka tidak tau ada makhluk lain?"
"Ssttt, mereka bukan manusia." bisik Damar, ""ya mereka hanya gambaran yang terlihat seperti permainan."
"Maksudmu VR?" (Virtual Reallity)
"Ya semacam itu. Kita harus segera bersembunyi." ajak Reza. Mereka serempak berlari dan bersembunyi didalam hutan yang mereka lihat, sekejap suara mendengung terdengar membuat yang lain menutup kedua telinganya.
Reza mengintip lalu melotot saat melihat kota yang mereka tuju sudah bersimbah darah, "ada apa ini?"
"Sepertinya suara itu tanda waktu bahwa kita harus bersembunyi." balas Ethan.
"Hei diamlah, ada yang datang." bisik Rizki membuat kedua pria itu mengatup mulutnya.
Srek!
Srrek!
"Uhh berat sekali dia. Apa ini yang terakhir?"
"Iya bos, mereka mata mata terakhir." ujarnya tak lama seorang pria mengikuti dari belakang bos menatap tajam pria itu.
"Kau bilang mata matanya terakhir yang ini?" tanya tajamnya, membuat pria itu gemetar takut, "i-iya bos."
"Mengapa kau takut?"
Pria itu melangkah mundur, saat ingin kabur tubuhnya sudah terbagi dua tanpa dia ketahui.
Crashh!
"Bagus, apa benar dia mata mata terakhir?"
"Ya bos, dan beliaulah yang membantu keluarga anda di culik oleh 'si tuan' itu." ujar pengawal bayangan hadiah dari ayahnya.
"Kau cari tau, dimana pria bodoh ini bertemu dengan tuan mereka." perintahnya.
"Baik bos!" Dituruti olehnya, sepeninggalan pria berbaju loreng, pria yang dipanggil bos menatap sekeliling hutan dan berkata, "siapapun kalian keluarlah! Jika tidak ingin mati di tanganku." ucapnya.
Membuat mereka merinding mendengarnya, Ethan keluar diikuti belakangnya oleh Mika dan yang lain.
"Siapa kalian?"
"Kami disini hanya ingin mencari tempat yang cukup jauh dari makhluk itu."
"Oh, berarti si tuan itu berada dikota kalian ya?"
ujarnya sembari menatap mereka satu persatu, sampai ada sosok yang sangat ia rindukan.
"Mikayla? Kau kah itu?"
tanyanya membuat Mika yang sedang menunduk ketakutan langsung mendongak, seketika dia menghampiri pria itu. "Kakak kau kah itu?"
Pria itu mengangguk senang, saking senangnya ia memeluk erat tubuh Mika sampai genggaman tangan Ethan terlepas. "Oh astaga! Akhirnya kamu selamat, dimana bibi? Apa beliau juga ikut."
Raut mika berubah sendu, "tidak, bunda menjadi bagian mereka."
"...."
--
Bersambung..
Like.
Komen.
Vote.
Mohon dukungannya.
Love me.
🖤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments