"Kamu gak akan sendirian, Mika. Ada ka Lili disini." tuturnya pelan sambil mengelus punggung Mika dengan lembut.
"Jangan lupakan kami berempat." saut Damar. Diangguki Reza dan disenyumi oleh Rizki dan Ethan.
"Ya! Kalian menguping pembicaraan sensitif kami."
"Kan kami juga penasaran akan perubahan adik kecilku."
"Ralat kita, mar."
"Ya, kita maksudku itu. Tatapanmu bisa biasa saja tidak Ethan? Kau sungguh mengerikan jika melotot." ringisnya saat mendapatkan tatapan tajam dengan rahang keras di wajah pria itu.
"Terima kasih sudah menghiburku. Kapan kita pergi?"
"Sekarang bisa, jika sudah siap. Ayo kita pergi."
Mika mengangguk, "aku sudah siap."
"Ganti pakaianmu terlebih dahulu. Habis itu baru kita pergi." suruh Dahlia. Sementara para pria pun langsung pergi menjauh dari ruangan gadis dan menutup pintunya dengan rapat.
"Ini kamu pakai pakaian yang sudah aku ambil dari toko tadi. Masih terbungkus kok, jadi aman."
"Terima kasih ka."
Kedua gadis keluar dari ruangan dengan pakaian yang sangat pas di tubuh keduanya. Mika membawa ranselnya yang berisi beberapa baju, makanan serta barang berharganya yang tersisa kenangan saja.
Outfit Mikayla..
Outfit Dahlia..
"Bagaimana? Penampilan kami seksi bukan?"
"Apa tidak terlalu terbuka?"
"Apanya? ini sudah termasuk tertutup."
"Perut dan pahamu, Mika. Tutup pakai ini! Cuaca diluar dingin." ujar Ethan menyodorkan jaket hitam miliknya.
Mika langsung mengambil dan memakainya. Setelah itu mereka pergi seperti tadi menaiki atap gedung karena tidak memungkinkan melewati jalan raya biasa.
Seperti biasa, Ethan selalu berdiri dibelakang Mika seraya menjaganya dari tanda bahaya. "Semangat!"
Mika mengangguk dan mengepalkan kedua tangannya keudara gerakannya di perhatikan oleh yang lain.
Sesampai di atap gedung mereka berenam berhenti sebentar menatap arah bawah yang sudah ramai akan Zombie.
"Sudah tidak aman ya.."
"Selamat tinggal kota kenangan!" lirih Mika, ya dia akan pergi selamanya dari kota kelahirannya tanpa bundanya.
Ethan mengelus pucuk kepalanya dengan lembut, " ayo kita pergi."
Mereka berenam memulai peregangan dan melangkah menyebrangi beberapa atap gedung yang dipimpin oleh Reza.
Dibelakangnya ada Rizki, sampingnya Dahlia, dibelakangnya Damar dan seterusnya Mika dan Ethan.
"Kita bertujuan kemana?" tanya Dahlia saat mereka berhenti sebentar.
"Kota saudara III, kita harus melewati kota saudara II terlebih dahulu."
"Apa kita perlu mencari senjata?"
"Ya itu harus."
Di tengah perjalanan mereka berhenti karena hari sudah berganti malam, mereka mencoba mengistirahatkan sejenak sambil menunggu Reza dan Rizki mengecek keadaannya.
"Mau minum?" tanya Dahlia kepada Damar yang langsung diangguki olehnya, "ya tenggerokanku sangat kering.
"Apa kaka lapar? Aku punya kentang nih.."
"Makasih adik." ujar damar setelah mengambil kentang dari tangannya.
Sedangkan Reza dan Rizki melangkahkan kakinya pelan agar tidak membuat suara didalam gedung yang belum mereka ketahui aman atau tidaknya.
Baru saja keduanya ingin masuk, gerakkannya terhenti saat ada dua pria yang sedang berjalan mendekati pintu tersebut. Mereka langsung bersembunyi dan mendengarkan percakapan mereka yang menyebutkan 'si tuan.'
"Bagaimana? Apa tuan akan datang kemari?"
"Sepertinya begitu, kita harus menyiapkan tumbal untuk keselamatan kita."
"Tapi siapa yang akan menjadi tumbal kita? Didalam sana mereka semua keluarga kita."
"Memang, tapi kan jika mereka semua ikut, kita yang akan repot. Lebih baik kita pilih orang yang terlihat repot seperti casey?"
"Ya dia memang harus menjadi tumbal si tuan. Siapa lagi? Apa Erni akan kita tumbal juga seperti saudaranya?"
"Ya dia juga. Loren jangan karena dia pintar untuk diajak kerja sama. Baiklah kalau begitu kita segera masuk takutnya ada yang mendengar."
Reza dan Rizki keluar dari persembunyiannya dan kembali ketempat para kawannya. Setelah mereka pergi, ada satu orang keluar dari pintu yang tadi dengan pelan ia menguncinya dari luar setelah itu menaiki anak tangga yang sangat banyak.
"Disini tidak aman. Kita harus pergi sekarang." ujar Reza diikuti oleh Rizki dibelakangnya. Membuat keempat kawannya refleks berdiri dan bersiap meninggalkan gedung tersebut.
"Memang didalam sana ada zombie?"
"Tidak, adanya orang bodoh yang ingin bekerja sama dengan si tuan."
"Siapa?"
"Mungkin dialah dalang dari segalanya."
"Ayo kita berangkat." ajak Rizki lalu melirik kearah belakang yang ia rasa ada yang mengikutinya.
Mereka kembali menggerakkan kakinya lagi dan mencari tempat sementara untuk mereka tinggali.
Dahlia melirik Rizki yang sedari tadi menatap arah belakang, "ada apa? Apa ada sesuatu yang kau curigai?" bisiknya membuat Rizki sedikit terkejut.
"ya, sepertinya ada yang mengikuti kita." bisiknya lagi tanpa diketahui oleh yang lain. Dahlia mengangguk lalu meraih tangan Rizki untuk segera menyusul yang lain.
"Kita biarkan dia, jika dia mengganggu. Kita datangi.."
Bersambung..
Like.
Komen.
Mohon dukungannya.
Love me.
🖤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments