Tanpa arah.

"Kita harus mencari makan dimana?" keluh Damar.

"Benar sudah berhari-hari kita tidak melihat toko atau warung yang bisa kita tempati." keluh Dahlia membuat yang lain memutar bola mata dengan malas, benar-benar dua saudara ini sangat menyebalkan jika lelah. "Sabar dong ka, rezeki itu gak akan kemana walaupun kita lagi disituasi seperti ini."

"Hei diam."

"Sembunyi buruan." bisik Reza lagi membuat yang lain mau tak mau harus bersembunyi. Damar yang merasakan kakinya sudah lemas langsung terduduk begitu saja diatas tanah. Dan semakin lemah saat melihat sosok yang benar benar membuat mereka bergidik. Siapa lagi jika bukan makhluk otak bodoh. Zombie. Ya mereka melihat sosok itu melangkah pelan melewati mereka dan baru saja mereka ingin keluar tak lama zombie lain ikut keluar dari sana membuat mereka harus menunggu sedikit lama dan mungkin akan bermalam disana dengan tempat yang sangat kecil untuk mereka berenam.

"Jangan bergerak dam." bisiknya membuat pria itu mengerang dalam hati. Ia kesal karena kakinya telah diduduki oleh Reza dan Dahlia. Sumpah ini benar benar menyakitkan untuk dirinya namun karena ia masih ingin hidup ia menahannya.

Zombie itu terus menerus melangkah melewati mereka tanpa mereka sadari langit sudah berubah dari malam menjadi pagi lagi. Dan Zombie itu juga sudah tidak ada berganti dengan sosok pria yang tampan memakai baju seperti selendang namun tetap mengenakan pakaian yang sopan.

Dibangunkannya mereka menggunakan tangan mereka, Damar kaget melihat ada seseorang dengan berbatin, apa mereka akan tertangkap lagi? Apa sesial itu mereka saat ini? itulah yang ada dipikirannya yang langsung membangunkan teman temannya.

Reza yang sensitif langsung terjaga dan mencekal tangan Damar yang melewatinya begitu saja. "Aw!" pekik Damar membuat Reza melepaskan cekalannya. "Oh kau dam. Ada apa?"

"Lihatlah depanmu." ujarnya membuat Reza menoleh kedepan dan sedikit memundurkan kepalanya karena sosok didepannya sangat dekat ia cukup kaget. "Dia siapa? Kau siapa?"

"Bangunkan temanmu, jika masih ingin hidup."

"Maksudmu?"

"Jika kau ingin terbunuh oleh makhluk bodoh semalam."

"Jangan bilang kau yang menatap kami?" curiganya membuat pria itu menyeringai menatap Reza dengan tatapan santainya.

"Ya. Kau benar, dan sangat peka."

"Cepatlah, tidak ada waktu lagi." ujar pria itu yang masih berdiri didepannya membuat Reza mengguncangkan tubuh teman temannya dan menyuruhnya berdiri mengikuti langkah pria yang masih menunggu itu. Rizki dan Ethan diam tidak dengan Dahlia dan Mika. "Dia siapa? Apa kita tertangkap lagi?" tanya mereka dengan serempak.

"Tenanglah, kami tidak akan mengambil darahmu. Kami orang yang sama seperti kalian. Mencari tempat untuk hidup dengan melangkah tanpa arah."

Mereka dengan mode bingung tetap mengikuti langkah pria itu yang tak sadar bahwa pria itu tidak sendirian. Mereka masuk kedalam goa yang ditutupi oleh beberapa tanaman rambat memanjang sampai lantai. Mika ingin kagum namun ia takut berbahaya didalamnya.

Tanda waspada dikepalanya membuatnya mengeluarkan senjata yang langsung diambil oleh pengikut pria itu dengan sigap pergelangan tangannya dicengkram. "AAH!"

"Lepaskan!"

"Ada apa?" pria itu berbalik dan menatap pengikutnya yang sedang menggenggam senjata dan mencekal tangan gadis itu. "Dia membawa senjata."

"Aku kan hanya waspada. Jika kalian jahat kepadaku akan kubunuh."

"Lepaskanlah. Kau menyakitinya."

"Tapi.."

"Tidak apa, kita disini orang yang ingin hidup yang layak seperti biasanya. Lepaskanlah, kekasihnya sudah menatapmu dengan tajam." ujar pria itu dengan santai membuat pengikutnya melepaskan cekalannya dan menatap pria yang menatap tajam dan itu benar benar menakutkan baginya. Ia juga menyerahkan senjata milik Mika kepada Ethan.

"Kau tidak apa apa?"

"Tidak hanya memerah."

"Dasar pria gila. Tangan kecil gini dicekal kuat." kesal Ethan menatap pria itu sampai membuatnya risih. "Maaf, tolong jangan menatapku seperti itu. Sangat menakutkan." lirihnya dengan kepala menunduk. "Pengecut." batin semua orang.

"Ayo kita lanjutkan perjalanannya." ujar pria itu lalu Mika menyipitkan matanya saat ia melihat sosok yang tak asing dimatanya, "ka Rayhan?" panggilnya buat sosok itu menoleh kearahnya lalu berlari kearahnya dan memeluknya erat. "Syukurlah kamu selamat." bisiknya lalu melepaskan pelukannya dan meneliti keseluruh tubuh adik sepupunya itu dengan seksama. "Kau tidak luka kan? Ini tangannya kenapa?"

"Ah tadi ini dicekal oleh itu." unjuknya kepada pria yang membuatnya kesal tadi. Rayhan menoleh lalu mengulum senyum, "kau melakukannya lagi? Kapan kau ingin melawan rasa trauma itu jack? Jika begini terus kau tidak akan bisa memiliki teman."

"Maafkan dia ya dik. Ia memiliki psikis yang sakit akibat sesuatu hal kalian pasti pernah merasakannya." jelas Rayhan membuat yang lain mengangguk. "Ayo kita masuk, kalian pergilah, biar aku yang mengantar mereka."

"Baik kami permisi."

Rayhan mengangguk dan menyuruh Mika dan yang lain mengikutinya. "kalian pernah tertangkap?"

Mika mengangguk, "ya, tapi dia bukan si tuan, dia seperti lawan situan mungkin?"

"Bagaimana bisa kamu tau kalau dia bukan si tuan?"

"Suara."

--

Bersambung..

Like.

Komen.

Vote.

Mohon dukungannya..

Love me.

🖤

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!