Jalan yang berbahaya.

Saat mereka keluar dari gedung itu sudah pagi. Dan saat ini mereka sedang berjalan menjauhi gedung yang sudah dua hari mereka tinggali, mereka berjalan tanpa henti sampai di sebuah air terjun yang indah membuat jiwa mereka ingin berendam dibawah teriknya matahari dengan air yang sejuk menyegarkan itu.

Damar yang sudah senang ingin menyebur langsung terhenti karena teriakan Mika yang membuatnya urung turun. "Ka Damar berhenti!" membuat yang lain juga diam menatap gadis kecil itu tak terkecuali dengan Ethan yang berada disampingnya menatap dengan kernyitan didahi. "Ada apa? Kenapa kamu berteriak."

Tangan kanan Mika menunjukkan sesuatu yang membuat semua mata kearah tunjukkan itu, betapa terkejutnya melihat sesuatu yang tiba tiba muncul dari danau yang indah itu. Damar langsung berlari ketempat Mika begitupun dengan yang lain. "Sepertinya airnya sudah tercemar oleh sesuatu yang mengakibatkan banyaknya orang tidak tau dan menyebur seperti yang ka Damar inginkan." jelas Mika menatap sesosok yang semakin banyak.

"Sepertinya memang disini belum aman dari tempat gedung itu. Mari kita segera meninggalkan area ini." ujar Reza dan yang lain tidak bisa menolak karena juga masih sayang nyawa.

"Dimana tempat aman itu?"

"Tidak tau, kita harus menggunakan firasat kita jika ingin melewati suatu jalan."

"Dan firasat Mika jalan kearah sini tidak bagus dan kearah sini semakin tidak bagus. Sepertinya kita harus lurus saja jangan berbelok kemana mana." ujar Mika dengan keyakinannya. Jika ia tidak yakin kemungkinan mereka akan tertangkap.

"Firasatku juga seperti itu." saut Rizki.

Mereka sekarang sedang dilema untuk memilih jalan ada tiga jalan satu kiri, lurus, dan kanan. Dan Mika dan Rizki lebih memilih lurus karena mereka tidak merasakan hawa apapun. Dan itu memang patut dicurigai. "Lalu dimana yang menurut kalian tidak bagus untuk dilewati?"

Mika menunjuk kearah kiri begitu pula dengan Rizki. Lalu ia berkata, "jalan lurus memang membuat hati kita tenang namun itu patut di curigai, siapa tau ada jebakan oleh seseorang yang tidak kita ketahui."

Mika mengangguk, "ya, aku setuju."

Reza menatap Ethan, Damar, dan Dahlia yang hanya diam. "Bagaimana dengan kalian?"

"Kami setuju saja dengan perkataan Rizki dan Mika, karena kami juga merasakannya jika tanganku menggenggam daun ini seperti tanda dari ketiga jalan ini." ujar Dahlia yang memang sedari tadi ia diam memegang daun daun disekitar mereka.

"Aku setuju, lebih baik kita melewati jalan yang menurut kita bahaya. Dibandingkan jalan yang menurut kita aman."

"Aman belum tentu aman begitupun dengan sebaliknya. Bahaya belum tentu bahaya." saut Damar yang membuat Reza mengangguk dan melangkah yakin ke jalan bahaya. "Baik ayo kita lanjutkan perjalanan kita."

Awalnya mereka merasakan hawa dingin yang membuat bulu kuduk mereka berdiri. Namun lama kelamaan rasa dingin itu menghilang begitu saja sekejap dan tidak ada tanda - tanda bahaya yang menghampiri mereka. Sampai mereka menemukan sesuatu yaitu kabut yang menutupi seluruh hutan disekitar mereka membuat mereka berwaspada.

Mika dengan berani melangkah masuk kedalam kabut tersebut tanpa mendengarkan panggilan dari Ethan maupun yang lain, dengan kesal Ethan berlari mengikuti Mika diikuti yang lain. Saat mereka sudah masuk, menatap Mika yang terdiam bukan karena omelan Ethan melainkan dunia yang baru saja mereka masuki ini benar benar seperti nyata.

Mika terdiam sebentar menatap keindahan ditempat itu iseng ia menyentuh tangan orang yang melewatinya dan hangat, ia langsung mengatakan maaf. "Ini dunia yang indah. Apa ini tujuan yang aman untuk kita?"

"Tidak mungkin hutan ini diisi dengan kota yang cantik seperti ini." gumam Damar yang berada disamping ethan. "Perasaan apa ini? Mengapa diriku merasa seperti ada sesuatu yang akan datang?" batin Mika membuat dirinya menatap kearah sekeliling tempat itu namun tidak ada perasaan apapun.

"Ayo kita jalan, siapa tau ada tempat penginapan."

Tap!

Tap!

Tap!

Suara beberapa langkah terdengar mendekati mereka yang baru saja selangkah berjalan. Ada orang-orang berpakaian seperti pengawal kerajaan namun negeri ini bukan dunia kerajaan, "berhenti ditempat! Kalian orang asing harus menghadap kepada tuan kami."

"Siapa tuan kalian? Bukankah ini hutan?"

"Kalian akan tau jika ingin selamat." ujarnya dengan nada tegas membuat Mika dan Dahlia ketakutan, Ethan pun langsung mengelus kedua tangan gadis itu agar tetap tenang. "Baik kami akan ikut, tolong tunjukkan jalannya." ujar Ethan sedangkan Reza berada dibelakang mereka dengan tatapan bingung.

"Kau kenapa?" tanya Rizki yang berada disampingnya.

"Mereka seperti tidak menghiraukan kedatangan mereka. Sebenarnya siapa mereka? Dan dimana kita?"

"Kita akan tau segera, mungkin kita akan mengetahui cerita dibalik kehancuran dunia luar." Reza mengangguk setuju, mereka dikawal sampai menuju sebuah istana yang sangat megah dan mewah. "Apa ini kerajaan?"

"Tentu saja ini kerajaan, apa anda tidak mengetahui siapa tuan kami?"

Mika menggeleng. "Siapa dia? Apakah sangat penting untuk diketahui?" tanya Mika dengan nada polos. Membuat beberapa pengawal yang mendengarnya sedikit menganga, "Masih ada saja orang yang tidak mengenal tuan kami."

"Baiklah, anda pasti akan mengenalinya segera. Karena tuan kami sangat spesial bagi anda." Mika mengernyit begitupun dengan Ethan yang menatapnya tidak suka. "Maksud pembicaraan pria ini apa?"

Mereka telah tiba didepan ruangan yang berpintu sangat tinggi. Sampai teriakan si pengawal itu menggelegar sampai kedalam, "tuan! Kami sudah membawa mereka."

"Suruh masuk! Buka pintunya!" ujar seseorang dari dalam dengan suara yang sangat berat didengar oleh Mika dan yang lain.

--

Bersambung...

Like.

Komen.

Vote.

Mohon dukungannya.

Love me.

🖤

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!