"Kau benar, ada seseorang yang membuat Virus tersebut." ungkap Rizki membuat Mika menoleh kearahnya.
"Siapa?"
"Dia seorang profesor yang gila ambisi."
"Bagaimana kau tau tentang itu?"
Reza menghela nafas, "kami semua kenal dengan profesor tersebut yang tak lain dosen kami."
"Kami adalah mahasiswa yang sedang meneliti virus penyakit dari beberapa rumah sakit, namun kami tidak dapat bekerja mengikuti dosen kami. Kami hanya tinggal di rumah skit dekat kampus." jelas Reza.
"Virus buatan itu awalnya hanya untuk di selidiki dari zat mana saja virus itu dibuat. Kami hanya mempelajarinya sampai kami melihat transaksi ilegal milik dosen kepada seseorang yang tidak kita ketahui." lanjut Damar membuat Mika mengerjapkan kedua matanya tanda imposible.
"Lalu virus itu akan di percoba kepada pasien rumah sakit tempat dosen bekerja, ada satu pasien yang cocok dan sepertinya ini berawal dari sana."
"Lalu pasien yang tidak cocok?"
"Mereka meninggal. Dengan alasan, pendarahan." jujurnya.
"Kenapa dosen kaka jahat sekali? Sampai memusnahkan manusia tak tau apa apa seperti kami."
"Maka itu kami juga kecewa kepada beliau karena secara tidak langsung beliau membunuh keluarga kami semua. Walaupun aku tidak tu apa mereka selamat atau tidak."
"Dan maafkan kami, karena kami adalah anggota yang menjaga pembuatan virus dan racun berbahaya itu sampai dosen kami mengambilnya hanya untuk uang."
"Uang segalanya, namun jika sudah begini uang bukanlah apa apa."
"Ya, uang bukan apa apa saat ini."
Dua Bulan Kemudian.
Mika, gadis itu sudah berubah menjadi jago bela diri dengan wajah imut namun bodynya sangat goals.
Dia juga sudah tidak takut lagi dengan sosok diluar sana, ia juga memiliki jiwa petarung dengan pakaian yang pas di tubuhnya berwarna hitam serta jaket hitam milik Ethan.
Saat ini ia sedang keluar bersama ka Ethan dan ka Damar. Mereka keluar karena ingin mencari makanan atau minuman untuk bekal mereka di perjalanan nantinya.
Minimarket itu sudah sangat berantakan hanya beberapa makanan dengan tanggal yang beberapa hari lagi sudah kadarluasa.
"Ini hanya beberapa doang yang kudapat dari sana." gumamnya pelan lalu ia melangkah pelan menuju ka Ethan dan ka Damar namun langkahnya terhenti melihat makhluk itu didekat rak daging yang baunya sudah busuk.
Ia menatap sekitar dan melihat ka Ethan sedang bersembunyi di tempat yang tak jauh darinya.
Saat Mika sudah bersembunyi, berjongkok disamping ka Ethan Zombie itu berjalan ditempatnya ia tadi. Namun dibelakangnya ada suara berisik seperti jatuhnya kaleng, sampai mereka dikejutkan kedatangan Damar.
"Ayo, kita lari!" ujarnya menarik tangan Mika dan Mika menarik tangan Ethan.
Mereka berlari sangat cepat tanpa dilihat zombie itu, Mika mendengar suara seram membuatnya merinding.. "Krrhhh! Krhh!"
Diluar gedung ternyata sudah banyak Zombie berkumpul membuat Mika mengajak kedua pria itu kearah atap gedung. "Kita harus secepatnya pergi dari sini."
"Iya, ini sudah tidak aman lagi."
Mika mengangguk, mereka sudah seperti pemain spider yang merambat, merayap dna melompat dari atap ke atap.
Sesampai di gedung tempat mereka terdiam berdiri menatap rombongan Zombie yang sudah menutupi jalanan. Mika terdiam dan sedikit memfokuskan pandangannya, ia menahan nafas sampai fokusnya diganggu oleh tepukan di lengannya.
"Ayo kita harus masuk karena ditunggu yang lain."
"Eh? iya. Ayo." ujar Mika mengikuti langkah Damar, Ethan dibelakangnya namun sebelah itu ia melirik kebawah dan menyusul gadisnya.
Mereka hening, Ethan dan Damar saling melirik menatap Mika yang terdiam seperti orang bisu. Suasana begini membuat keduanya canggung, sesampai dalam gedung, Mika melangkah masuk ke ruangannya mengejutkan Dahlia yng sedang memasukkan keperluan mereka.
Mika melepaskan ranselnya dan merebahkan tubuhnya membelakangi Dahlia, dan ka Lili melihat getaran punggung adiknya.
"Lala kenapa? Kamu nangis?"
Hiks..
"Kenapa? Sini cerita sama kaka."
Mika bangun lalu duduk menghadap ka Lili dngan mata yang sudah berair. "ka.. kaka bilang bahwa bundaku pasti selamat, tapi mengapa dia ada disana?"
"Disana? Dimana?"
"Di luar sana? bersama mereka.. Bundaku gak selamat! Aku mau ikut aja!"
Dahlia langsung memeluk tubuh mungil itu dengan erat, "menangislah.. kaka disini, kmu gak sendiri la."
"Kaka bohong.."
"Maafin kaka, karena bohong. Kaka gak mau kamu sedih, kamu harus ingat disini kamu gak sendiri. Ada kaka, ka Ethan, ka Damar, ka Rizki dan ka Reza. Kamu harus ingat, bundamu memang pergi namun beliau akan tetap dihati dan di kenanganmu. Kamu simpan semuanya di dalam sini dan sini."
ujarnya sambil menunjuk dada kiri dan kepala Mika dengan lembut. "Jadi jangan bersedih lagi kita akan keluar dari sini dan mencari kehidupan yang baru."
--
Bersambung.
Like.
Komen.
Vote.
Mohon dukungannya.
Love me.
🖤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments