Kepergian ibu Zainab

Wisman kembali ke ruang ICU dengan wajah sedih.

" bagaimana kata dokter? " tanya Aisyah sembari menutup al Qur'an kecilnya.

" kondisi ibu benar benar koma, saat ini ia hanya bergantung pada alat alat ini saja " jawab Wisman.

" tapi kita harus yakin akan kekuasaan dan keajaiban Tuhan dan jangan berhenti berdoa agar ibu di beri kesembuhan, jika Tuhan berkehendak tidak ada yang tidak mungkin mas " balas Aisyah. Wisman hanya terdiam melihat wajah tenang ibu angkatnya tersebut. bagaimana pun ia memang jauh dari Tuhan ia jarang melaksanakan ibadah.

" aku ke mushola dulu kamu jagain ibu " ucap Wisman

" ya mas " jawab Aisyah lalu Wisman melangkah menuju musholla.

Wisman menggelar sajadah kemudian sholat ia menengadahkan tangannya menangis memohon pada Tuhan untuk kesembuhan ibu Zainab. terbayang bagaimana pertama kali ibu Zainab mengambilnya dari jalanan. bagaimana kasih sayang ibu Zainab padanya.

dalam doanya ia terus meminta agar ibu angkatnya segera di sembuhkan.

wisman kembali melangkah menuju ruang ICU saat Aisyah menelpon mengabarkan jika kondisi ibu Zainab semakin menurun.

" bagaimana dok? "

" detak jantungnya semakin melemah sebaiknya anda terus berdoa dan berada di dekatnya " terang sang dokter.

Wisman segera mendekat menggenggam tangan ibu Zainab.

" bu maafkan aku belum bisa menjadi anak yang baik yang berbakti pada ibu aku belum bisa menjadi manusia yang baik maafkan aku bu. maafkan semua kesalahan ku bu " isaknya dan tanpa terasa air matanya jatuh menetes di punggung tangan ibu Zainab.

dan beberapa detik kemudian ibu Zainab membuka matanya menatap Wisman dan juga Aisyah secara bergantian

" bu ibu sudah sadar aku panggil dokter " ucap Wisman namun tanggan nya di cengram ibu Zainab lalu menggelengkan kepalanya.

" jaga Aisyah " ucapnya pelan

" bu... " isak Aisyah.

" jaga dia.. dia wanita baik " ucap Ibu Zainab dengan suara lemah.

" ya bu aku janji akan menjaga dan melindunginya. bu maafkan aku... " ucap Wisman. ibu Zainab mengangguk pelan kemudian menutup matanya rapat lalu tampak garis datar dari layar Elektrokardiogram ibu Zainab.

" dokter.. dokter... " teriak Wisman sambil memecat tombol darurat. dokter dan beberapa perawat segara masuk. dokter segera mengecek nafas serta nadi ibu Zainab.

" maaf tuan Wisman ibu anda sudah tiada " jawab dokter tersebut. Aisyah lagsung memeluk ibu Zainab lalu menangis di pelukan ibu mertua nya tersebut, sedang Wisman merosot ke lantai tak percaya atas apa yang sudah terjadi pada ibu angkatnya tersebut.

setelah mengurus segala urusan administrasi jenasah ibu Zainab langsung dibawa ke rumah duka dan orang yang paling bahagia dengan berita kepergian ibu Zainab adalah Iren.

" kamu nggak ke bawah ikut menyambut para pelayat " tegur Wisman. saat tanpa sengaja melihat Iren duduk di atas balkon sambil memegang segelas wiski di tangannya.

" kau tau Wisman aku sangat bahagia, akhirnya nenek tua itu mati juga dan itu artinya sebentar lagi kita akan jadi orang kaya ha ha.. " ucap Iren

" gila kamu di saat situasi seperti ini kamu masih memikirkan harta? apa kamu tau ibu aku meninggal..! "

" alah dia cuman ibu angkat, ayolah kamu jangan naif toh nantinya kamu yang akan diuntungkan atas semua kejadian ini "

" stop Iren semakin ke sini aku semakin nggak mengenalmu, sikap kamu sekarang sudah sangat berubah " bentak Wisman

" tapi aku begini buat kamu sayang aku mau kamu berkembang berjaya berdiri dengan kaki mu sendiri bukan lagi di bawah bayang bayang ibu mu itu "

" berhenti dengan segala omong kosong mu asal kamu tau aku menyesal sudah menyetujui semua ide mu itu"

" ayolah sayang jangan begitu, Oke aku minta maaf atas segala sikap aku yang membuat kamu marah, maaf ya sekarang ayo kita ke bawah kita temui semua tamu " ucap Iren melemah dan memilih mengalah karena ia tidak mau segala rencananya akan gagal.

" Oke aku mandi dulu badan ku terasa gerah " jawab Wisman lalu masuk ke dalam kamarnya. dan tiga puluh menit kemudian Iren dan Wisman turun ke bawah menyapa beberapa tamu yang datang melayat.

menjelang sore hari jenazah ibu Zainab di makamkan banyak rekan kerja teman dan juga para tetangga yang ikut mengantarkan jenazah ke peristirahatan terakhir.

Aisyah masih terisak melihat tanah basah di depannya ia merasa sangat kehilangan,wanita yang selama ini mendukung dan menyayangi nya seperti anak sendiri.

para pelayat satu persatu meninggalkan pemakaman.

" Aisyah ayo pulang hari sudah semakin sore " ajak Wisman.

" sudah Aisyah kamu jangan nangis terus ayo kita pulang atau kamu pulang sendirian " sambung Iren. Aisyah pun bangkit dari duduknya.

" bu aku pamit ya insya Allah aku akan mengunjungi ibu lain waktu " ucap Iren kemudian melangkah menyusul Iren dan Wisman yang sudah lebih dulu melangkah menuju mobil.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!