Apa dia berubah?

POV Aisyah

mas Wisman tiba di rumah menjelang malam aku yang sibuk di dapur di kagetkan dengan tepukan nya di punggung ku

" masak apa Aisyah? " tanyanya

" eh itu anu ini masak ikan goreng dan tumis kangkung sama tempe " aku yang sedikit kaget menjawab dengan terbata.

" wah enak ni kayaknya aku udah laper banget aku boleh makan sekarang? "

" tapi belum mateng mas ikannya belum di goreng "

" ya udah klo gitu aku mandi dulu " ucap mas Wisman lagi sambil tersenyum hangat kemudian menaiki tangga masuk ke Kamarnya.

lima belas menit kemudian masakan sudah tertata rapi di meja makan kini mas Wisman sudah duduk di meja makan seperti biasa aku menuangkan nasi ke atas piringnya beserta lauknya.

" makasih Aisyah " kembali ia mengucapkan terima kasih dan aku pun mengangguk

" gimana kabar ibu? " tanya nya di sela suapannya

" ya..sudah ada sedikit kemajuan mas, tangan ibu sudah mulai bisa digerakkan "

" ah syukurlah kamu memang pintar merawat ibu Aisyah " ucap nya lagi

aku masih tak percaya mas Wisman memujiku padahal selama ini dia sangat dingin dan cuek padaku.

" ya itu juga karena ibu punya semangat tinggi untuk sembuh " kataku.

selesai makan aku membereskan piring bekas kami makan membawanya ke tempat cucian piring lalu aku menyiapkan makan malam untuk ibu mertua ku.

"kamu mau membawakan ibu makan malam ? "

" iya mas ibu juga belum minum obatnya "

" ayo aku temani aku juga lama nggak melihat kondisi ibu " dan aku pun naik ke lantai atas di iringi mas Wisman yang di tiba tiba saja merangkul pundak ku. aku yang disentuh tiba tiba melonjak kaget.

" kenapa? "

" nggak kaget aja " ucap ku

" kamu harus biasa karena aku ini suami kamu, ayo masuk ucapnya yang kini mengambil alih nampan yang ku pegang tadi.

" assalamu'alaikum " ucap ku bersamaan dengan man Wisman.

" waalaikum salam " saut ibu yang aku lihat sedang melipat mukenahnya lalu meletakkannya pada sandaran kursi

" ibu sudah bisa berdiri? " tanya Mas Wisman sambil meletakkan nampan berisi nasi di atas nakas dan membantu ibu untuk kembali ke kasur.

" ya alhamdulillah tapi berjalan ibu masih harus berpegangan " saut ibu mertua ku

" aku senang akhirnya ibu bisa sembuh " lanjut mas Wisman.

" ini berkat istri mu Man, dia memang sosok malaikat yang di kirim Tuhan untuk ibu, makasih ya Aisyah " ucap ibu sambil membelai punggung tanganku.

" bu ini sudah jadi tugas aku sebagai seorang menantu " jawabku

" Wisman kamu tu harus bersyukur memiliki istri seperti Aisyah jaman sekarang susah mendapatkan istri sebaik dia " ucap Ibu lagi dan mas Wisman langsung merangkul ku meletakkan tangannya di bahu ku seolah memamerkan kemesraan nya di depan ibu

" tentu bu aku sangat bahagia punya istri seperti Aisyah " ucapnya sambil mengusap kepalaku yang ditutupi hijab. aku sedikit risih namun tidak mungkin juga aku menepis tangan Mas Wisman didepan ibu.

" ya udah sekarang ibu makan, masak kita mau ngobrol terus sini aku suapin " kataku berusaha melepaskan rangkulan mas Wisman. karena aku yakin ini hanya aktingnya di depan ibu agar ibu percaya Klo aku istri sungguhan mas Wisman.

aku segera mengambil nampan di atas nakas yang berisi nasi dan lauk untuk ibu dan mulai menyuapinya.

" sayang sini biar aku yang nyuapin ibu " Lagi-lagi mas Wisman berkata manis di depan ku tapi aku tidak boleh baperan aku tau ini hanya sandiwaranya untuk menyenangkan hati ibu klo dia benar benar suami yang baik.

" nggak papa mas " tolak ku

" udah nggak papa sekarang kamu buatkan buah potong untuk ibu biar aku yang menyuapi ibu makan " aku pun patuh dan segera keluar dari kamar ibu menuju dapur

semetara aku ke dapur membuat kan buah potong untuk ibu mas Wisman dengan telaten menyuapi ibu

" ibu sebetulnya sudah bisa makan sendiri tapi Aisyah melarang ibu katanya biar ibu disuapi itu akan jadi ladang pahala baginya begitu katanya" ucap ibu saat aku masuk kembali ke kamar sambil membawa buah potong untuk ibu.

" Aisyah.. Wisman kalian kan menikah sudah hampir enam bulan klo nggak salah apa belum ada tanda tanda Aisyah hamil? " tanya ibu tiba tiba. mas Wisman tiba tiba terbatuk aku hanya terdiam

" mungkin belum bu " jawab mas Wisman sesantai mungkin

" tapi kalian tidak menundanya kan? " tanya ibu lagi.

" tidak bu ya kan sayang? " tanya nya padaku sambil berusaha mencium pipiku dan aku dengan cepat berusaha menghindari dengan berpura pura menoleh ke arah ibu.

" ya bu kami tidak menunda mungkin Tuhan belum mempercayai kami untuk punya bayi " jawabku tenang. sambil melirik mas Wisman. tak akan ku biarkan dia seenaknya menyentuhku sebelum aku tau isi hatinya walau dari tadi sikapnya selalu manis padaku.

" ibu minum obat dulu ya " ucap ku sambil mengambilkan obat dari dalam laci dan menyerahkan air putih ke ibu.

" memang masih harus minum obat ya ibu..? kan ibu sudah mendingan" dengan nada sedikit keberatan mungkin ia capek setiap hari harus menelan obat

" iya ibu ini agar ibu bisa sembuh seratus persen "ucapku dan kini dua butir obat sudah ibu telan dengan bantuan segelas air.

" sudah ini sudah malam sebaiknya kalian istirahat ibu juga mau tidur "

" baik bu klo begitu kita kembali ke kamar, ayo Aisyah " ucap mas Wisman yang gini menggandeng tanganku aku pun pasrah karena nggak mungkin aku menolaknya sedang ibu memperhatikan kami. sampai di luar kamar aku menarik tanganku dari genggaman Wisman

"jangan di lepas pleas sebentar saja " katanya

" udah mas berhenti sandiwaranya sudah tidak ada ibu " ucapku ketus

" aku tidak sedang bersandiwara aku sedang menikmatinya, sepertinya aku mulai tertarik sama kamu Aisyah, bagaimana klo kita memulai hubungan ini " aku terdiam karena di dalam hati kecilku masih terdapat keraguan yang cukup besar

" kenapa apa nggak mau? aku tau aku kemaren salah sudah menyinggung perasaan kamu tapi perlu kamu tau pernikahan kita itu sah dimata Tuhan jadi aku ini suami kamu " ucapnya lagi

" ntahlah mas aku masih ragu maaf aku sudah ngantuk aku mau tidur selamat malam " ucapku kemudian melangkah masuk ke dalam kamar.

Aku termenung di pinggir ranjang memikirkan apa yang barusan diucapkan oleh mas Wisman.

' apa mungkin dia sudah berubah? lalu bagaimana dengan mba Iren bukannya mereka akan segera menikah ?. ah biarlah jika mas Wisman betul betul mau berubah dan menjalani hubungan rumah tangga ini aku mau dia melepaskan mba Iren karena biar bagaimanapun aku ini istri mas Wisman aku nggak mau dia terus menerus melakukan dosa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!