Banyaknya Saingan Aninda

"Yang di samping Ninda, kating kelas kita, kan," bisik Revi ketika mereka memasuki lapangan.

Gibran ngga menjawab, dari tadi pun dia agak kesal melihat katingnya duduk di sebelah Aninda.

Tapi bibirnya merekahkan senyum, ketika Aninda bertukar tempat duduk dengan Laras.

"Cieee,,,, apa Aninda sadar ya Lo cemburu?" ledek Mario mencibir membuat Revi terkekeh pelan.

Gibran ngga menggubris. Dia berjalan santai diiringi seruan nananya yang ngga henti hentinya diteriakkan kaum hawa.

Gibran risih mendengarnya. Walaupun sayup sayup terdengar juga nama nama temannya yang lain diserukan, yang masuk dalam timnya.

"Lo dari mana aja Rev?" tanya Melvi ketika melihat kedatangan Reva yang sendirian menghampiri ketiga temannya yang menjadi pembimbing kelas Gibran.

Ketika Reva memasuki lapangan basket, dia melihat Melvi dan Guntur menghampiri Riswan dan duduk di sampingnya. Reva pun menyusulnya.

"Maaf, ya, tadi aku agak lama di kantin," sahut Reva dengan tatapan bersalah karena telah melalaikan tugasnya.

"Lapar ya," ledek Melvi ringan.

"Iya," balas Reva kemudian tertawa pelan.

"Ngga apa," sahut Melvi tulus membuat Reva agak menyesal.

"Gagal ya?" bisik Guntur pelan dengan senyum mengejek, karena kini Laras yang duduk di samping Riswan.

"Hemm," sahut Guntur ngga acuh.

"Kenapa dia?" tanya Reva heran, dengan suara pelan karena mendengar ucapan Guntur pada Riswan.

"Lagi pedekate sama Aninda," tukas Melvi memberitau.

Reva kaget sambil menatap Riswan dan beralih pada Melvi ngga percaya.

"Yang benar?"

"Tapi sepertinya kurang berhasil," bisik Melvi pelan kemudian terkikik.

Guntur yang duduk di samping Melvi pun tertawa. Riswan melirik kesal keduanya. Reva mengulas senyum tipis karena perasaannya tiba tiba jadi senang. Dia akan memanfaatkan situasi ini untuk mendapatkan Gibran. Sepertinya jalannya mulai terlihat cahaya.

"Gibran hebat dan ngga sombong. Revi dan Mario juga. Coba lihat, mereka juga mengoperkan bola pada Rumi, Dino dan Heri. Mereka benar benar bekerja sama," puji Vina sangat kagum. Matanya ngga bisa melepaskan tatapannya pada Gibran yang kaosnya sudah basah oleh keringat. Sangat seksi dan maskulin.

"Iya, pantas banyak yang suka," balas Kirana terus terang sambil melirik pada Aninda yang ngga ikut berkomentar. Tapi Kirana tau, sama seperti dirinya dan Vina, Aninda terus menatap kemanapun Gibran pergi.

"Ninda, apa kalian akrab sejak SMP?" tanya Kirana penasaran akan sikap Gibran yang terlihat dekat dengan Kirana.

Apakah sejak SMP mereka sudah dekat? Tapi gosipnya Gibran berpacaran dengan Marsha. Baru aja putus. Kapan mereka mulai dekat?

"Aku?" tanya Aninda agak bingung. Karena dari tadi dia hanya memperhatikan Gibran, tanpa mempedulikan obrolan teman temannya.

"Kamu sama Gibran, apa kalian pacaran?" todong Kirana membuat Vina, dan Laras menoleh pada Aninda.

Walaupun ucapan itu cukup pelan apalagi ditimpa keriuhan teriakan memanggil nama nama pemain di lapangan, Riswan masih bisa mendengar. Karena sedari tadi dia menajamkan pendengarannya.

"Engga," jawab Aninda jujur.

"Belum, 'kali," cetus Laras menggoda membuat Aninda hanya tersenyum, sedangkan Kirana jadi gerah.

"Kalo aku deketin Gibran, ngga apa ya. Kamu ngga marah, kan, Ninda?" ujar Vina terus terang. Walau dia berusaha mengalihkan perhatiannya pada Revi, tapi pesona Gibran begitu kuat. Vina ngga tau, apa ini hanya sekedar obsesi saja. Atau perasaan bangga bisa mendapatkan Gibran yang ditaksir para hawa hanpir satu sekolah. Apalagi mengalahkan kating mereka yang sangat cantik, yang sangat jelas naksir Gibran. Kak Reva.

"Ngga apa," sahut Aninda berusaha santai untuk menyembunyikan keterkejutannya atas pernyataan terus terang teman sebangkunya.

"Yes, thank's alot, Nin," tukas Vina dengan raut senang. Aninda hanya tersenyum saja.

"Kamu ngga ikutan Kirana?" tanya Laras usil. Dia tau Kirana juga naksir berat Gibran. Dirinya pun begitu.

Kirana ngga menjawab, hanya memutar malas bola matanya membuat Laras tertawa kecil

Sorak sorai kembali terdengar, ketika tim kelas mereka mendapatkan angka lagi. Sepertinya akan menang mudah.

Aninda membalas senyum Gibran, ketika cowo itu memalingkan wajahnya yang diihiasi keringat itu ke arahnya. Gibran pun melemparkan senyumnya membuat cewe cewe yang searah dengan Aninda sangat histeris. Termasuk Vina.

Tanpa Aninda sadari, Kirana dan Reva menatap Aninda kesal. Mereka tau, senyum dan tatapan Gibran buat Aninda.

Selama pertandingan, Gibran selalu menyempatkan dirinya melemparkan senyum dan menatap Aninda. Dia merasa begitu bersemangat ditonton Aninda. Gibran ngga peduli dengan teriakan teriakan cewe cewe yang menyebutkan namanya tiada henti. Hatinya sudah sangat senang walaupun Aninda tidak menanggil manggil namanya sama sekali.

"Cieee..... yang ditatap terus," ledek Revi ketika melewatinya sambil memegang bola membuat Gibran nyengir.

"Semangat kuy, tinggal dikit lagi waktunya. Jangan sisakan," kompor Mario disambut seruan yeaah dari Dino dan Rumi. Lawan mereka sudah ngga bisa mengejar lagi. Selisih angkanya sudah terlalu jauh.

Sementara itu Anye dan Kalia menatap kecewa pada tim kelas mereka.

"Kalo pun yakin kalah harusnya tetap berjuang lebih keras. Ini malah terus memberikan Gibran angka dengan mudah," keluh Anye kesal. Di dalam dadanya bertumpuk tumpuk rasa penyesalan karena ngga sekelas dengan Gibran.

"Mereka sudah berusaha..Gibran memang hebat, tiga teman baru mereka ternyata bisa mengimbangi Gibran, Revi dan Mario," bela Kalia. Kasian juga melihat timnya yang malah ngga didukung teman teman kelasnya. Malahan mereka menyemangati tim Gibran. Parah memang.

"Besok pasti tim Dio, Anggara dan Hexa yang menang. Mereka akan jadi lawan tim Gibran. Finalnya akan sangat alot," seru Rere girang sekaligus bingung. Ngga bisa memastikan tim mana yang akan menang. Karena mereka adalah tim inti basket di SMP. Tapi kini harus terbagi dua.

"Betul. Mereka berenam sangat hebat. Pasti seru sekali," tutur Risa menambahkan.

"Katanya tim pemenang akan melawan tim basket sekolah. Ada Kak Reynol, Kak Rehan, Kak Arga," tambah Yalin, cs nya Kalia penuh semangat.

"Aku tetap mendukung Gibran sama teman temannya. Walau pun tim basket SMA juga ganteng ganteng," seloroh Risa dengan senyum lebarnya.

"Percuma ganteng, mereka semua sudah punya pacar," cibir Rere kesal.

Kenapa cowo cowo tampan dan berkualitas sudah pada punya pacar. Tidak tersisa satu untuknya, umpat Rere dalam hati.

"Kan baru pacar. Belum istri," sela Mita, csnya Kalia.

"Iya juga sih," balas Rere kemudian tertawa kecil bersama Mita.

Kalia saling tatap sekilas dengan Anye sebelum gadis itu membuang pandangannya ke arah lain

Waktu SMP mereka adalah musuh yang saling menyindir karena memperebutkan Gibran. Sekarang mereka malah sekelas dan tanpa sadar mulai akrab. Tapi Kalia ngga akan menyerah untuk Gibran. Apalagi bukan Anye yang dia takutkan bisa memiliki Gibran. Tapi Aninda, gadis yang berpenampilan biasa dan ngga pernah masuk kualifikasi dalam pikirannya selama ini.

Kenyataan yang baru saja dia ketahui sangat mengejutkan. Benar benar di luar dugaan. Aninda bukan gadis biasa biasa saja. Dia sepupu Kak Debi, Kak Safa dan Zifa. Bahkan liburan ke luar negeri. Gila! Kalia sampai ngga bisa berpikir lagi tentang kejutan kejutan yang nantinya akan dia dapatkan tentang Aninda.

"HOORRREEEE!"

"X IPA 2!"

"KITA MENANG!"

Teriakan teriakan dan suara bergemuruh memenuhi lapangan basket membuat konsentrasi Kalia beralih ke lapangan.

Sudah di duga, tim Gibran yang menang. Tapi syukurlah, tim kelas mereka yang kalah tidak emosi, dan maalh ikut bertepuk tangan mengucapkan selamat.

"Ayo, kita hampiri Gibran," ajak Vina sambil menarik tangan Aninda. Kirana dan Laras juga menyusul.

"Aninda, bisa ikut kak Riswan sebentar?" tahan Riswan sambil menghadang langkah Vina dan Aninda.

"Maaf, kak. Kita mau ngasih selamat dengan Gibran dulu," tolak Vina yang menjawab. Dia tau kalo Aninda juga ngga mau, karena gadis itu balas menggenggam erat tangannya.

"Ngga pa pa, 'kali, Ninda. Cuma sebentar," cicit Reva yang sudah berjalan beberapa langkah.

"Iya, cuma sebentar," pinta Riswan agak memohon.

"Nanti aja ya, kak," tolak Aninda terpaksa berjanji.

Riswan menelan salivanya, kecewa.

"Sudah, Riswan. Aninda, kan, sudah janji. Biarkan dia nemuin teman temannya," potong Melvi merasa kasihan dengan Aninda. Riswan terlalu memaksa menurutnya.

"Maaf, kak," pungkas Vina cepat, kemudian menarik tangan Aninda meninggalkan Riswan, sebelum katingnya menahan mereka lebih lama lagi.

Reva meneruskan langkahnya dengan sebal. Kenapa Riswan ngga bisa membawa Aninda pergi jauh jauh dari Gibran.

Terpopuler

Comments

MommyAtha

MommyAtha

kiara mampir thor

2022-04-03

2

Lenkzher Thea

Lenkzher Thea

Mantap, lanjut 👍❤

2022-04-03

2

Nadia

Nadia

hi aku mampir

2022-04-01

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!