Pagi ini seperti biasa Aninda sedang menyusuri jalan ke sekolahnya sendirian. Kalau beruntung, dia akan bertemu dengan teman temanya sehingga mereka bisa berjalan beriringan sambil bercanda.
Sepupunya bersama papanya yang melewati Aninda dengan mobil crv keluaran terbarunya tiba tiba berhenti di sampingnya.
Deby, sepupunya yang cantik dan modis menurunkan kaca jendela mobilnya.
"Aninda, yuk bareng," sapanya manis.
Aninda tersenyum tipis.
""Aku jalan kaki aja, kak. Dekat, kok," tolaknya sopan.
Deby tersenyum, kemudian turun dari mobilnya.
"Udah, ayo," katanya sambil membuka pintu mobilnya. Mau ngga mau Aninda jadi ikut masuk ke dalam mobil.
Papa Deby - Om Tomas, tersenyum ramah padanya.
"Kamu kelas tiga ya, sekarang?" tanya Om Tomas setelah putrinya duduk di sampingnya. Beliau pun menjalankan
mobilnya kembali.
"Iya, Om."
"Bentar lagi SMA, ya," kekehnya pelan.
"Mau masuk SMA mana, Ninda?" tanya Deby perhatian.
"Tergantung nilai, Kak Deby, bisanya kemana," jawab Aninda diplomatis.
"Kamu, sih, pasti bisa masuk ke SMA kakak. Kamu, kan pimtar," puji Deby kemudian tersenyum manis.
"Iya," balas Papa Deby setuju.
"Mungkin kamu bisa dapat beasiswa," kata Deby lagi.
"Iya, kak,: sahut Aninda menahan kepahitan dalam nada suaranya.
Memang itu yang akan dia lakukan. Belajar dengan giat. Aninda menarik nafas dalam.
Bukan sekali dua kali Deby mengajaknya menumpang di mobilnya. Teman temannya yang melihatnya tiap turun dari mobil Deby selalu terkejut. Hingga akhirnya dia bisa diterima di kalangan menengah ke atas.
Karenanya Kalia cs menghargainya membuat Dewi selalu iri dengannya. Tapi Aninda ngga bisa berbuat apa apa. Mungkin juga Gibran pernah melihatnya naik mobil Deby hingga kini bertingkah aneh padamya.
Mereka semua ngga tau yang sebenarnya. Mama Aninda hanyalah anak angkat dari keluarga neneknya, Nenek Asra. Keluarga besarnya memiliki beberapa perusahaan yang dikelola Papa Deby dan dua orang adik laki lakinya. Setiap tahun saat pembagian keuntungan, semua anggota keluarga di bagi rata, termasuk untuk mama Aninda. Hanya porsinya lebih kecil karena ngga ikut di perusahaan. Apalagi statusnya yang anak angkat dan suka sekali di ungkit para istri istri omnya.
Pernah Aninda ikut dalam arisan keluarga besarnya, mereka ngga berhenti selalu menyinggung status mamanya. Tapi mamanya tetap sabar membuat Aninda geram.
Sama seperti dirinya, papanya pun kurang suka melihat istrinya disakiti. Papa pun ngga pernah mau memakai uang pembagian keuntungan perusahaan itu. Beliau masih mampu menghidupi keluarga kecilnya.
Neneknya juga lebih suka di rumahnya, karena keluarga mereka jarang meninggalkan Nenek Asra sendirian. Kalo terpaksa pun saat Aninda les, Bibi Anne selalu menyempatkan diri menemani nenek Asra
Keluarga om omnya sangat sibuk dengan urusan masing masing. Mereka pun termasuk dalam kalangan jetset. Tapi terkadang, sepupunya masih ada yang mau menemani nenek mereka walau sebentar.
Tentu saja mereka harus mau, atau memilih akan dibuang dari daftar kartu keluarga mereka sebagai ahli waris?
Deby yang berhasil masuk ke SMA favorit pun bukan berdasarka kecerdasan otaknya. Tapi dia ikut gelombang tiga. Tentu saja uang yang digelontorkan orang tuanya sangat banyak.
Papa dan mamanya ngga masalah jika Aninda memaksa masuk SMA tersebut jika memang harus ikut gelombang tiga. Tapi Aninda secara tegas menolak. Dia akan berusaha menggunakan otaknya agar bisa tembus jalur prestasi, dan syukur syukur dapat beasiswa. Jika tidak bisa, dia akan mencari SMA biasa yang bisa menampungnya.
Aninda ngga mau dinyinyirin tante tante dan sepupunya yang mulutnya seperti cabe. Mereka akan memfitnahnya kalo dia memaksa meminta uang neneknya. Padahal ngga sama sekali. Ada beberapa sepupunya yang begitu, walupun tetap ada beberapa yang baik
"Sekolah kamu udah sampai," kata Deby membuyarkan lamunannya.
"Oh iya, kak. .Makasih ya, Om, Kak Deby," pamit Aninda ketika mrmbuka pintu mobil.
"Hati hati. Yang rajin belajarnya," kata Om Thomas sebelum Aninda menutup pintu mobilnya.
"Iya Om," balasnya sopan.
" Daag," kata Deby sambil melambaikan tangannya ketika mobil mulai berjalan menjauhinya. Aninda pun balas melambaikan tangannya.
Setelah mobil itu menjauh, Aninda berbalik dan berjalan santai sambil menunduk ke kelasnya.
"Hai, Ninda," sapa Kalia ramah.
"Hai."
Aninda membalas ramah.
"Kamu sodaraan sama Kak Deby ya," tanya Kalia ingin tau. Tadi dia melihat ketika Aninda turun dari mobil Deby.
Nah, kan.
"Iya," jawabnya cepat. Sebentar lagi mereka akan berpisah membuat perasaan Aninda sedikit lega.
Kelas Kalia berada di depan mereka. Sedangkan untuk ke kelasnya, harus naik tangga terlebih dulu.
"Aku duluan, ya," pamit Kalia krmudian tersenyum tipis.
"Iya," jawab Aninda berusaha menahan rasa kesalnya karena Kalia masih memandangnya dengan senyum manis di bibirnya.
Aninda selalu merasa ngga nyaman jika oramg orang mulai bertanya tentang hubungannya dengan Kalia. Aninda was was, apakah mereka rela rela saja mau diakui jadi saudaranya. Aninda tersenyum.kecut.
Apalagi kalo mereka tau status mamanya. Selama ini mamanya selalu sabar setiap ada yang menyindirnya. Tapi Aninda ngga bisa melihat air mata yang berusaha ditahan mamanya. Begitu juga papanya. Hati beliay sakit melihat istrinya terluka.
"Ninda, jangan nunduk terus kalo jalan," tegur Risma mengagetkannya.
"Kaget ih."
Risma hanya tertawa.
"Si Gibran belum datang, ya," bisik Risma.
Aninda mendelikkan matanya.
Ni anak mancing di air keruh.
"Kalo udah datang pasti dia sekarang lagi ngeliatin kamu," kekeh Risma membuat Aninda jadi tersenyum juga.
Gimana kalo Gibran tau dia bukan sodaranya kak Deby. Atau tau kalo keluarganya ngga sekaya keluarga kak Deby. Pati langsung sadar, monolognya dalam hati.
"Setelah lulus aku pindah. Yang aku sesalkan, aku ngga tau progres kamu sama Gibran," kekehnya lagi.
Aninda hanya menghela nafas.
Ngga mungkin ada progres, batin Aninda mengejek.
"Aku sedih kalo kamu pindah," ungkap Aninda jujur.
"Ngga usah sedih. Kita masih bisa telpon sama video call," ucap Risma ringan setelah tawanya reda.
Aninda hanya tersenyum sedih. Risma akan meninggalkannya karena papanya yang hakim akan dipindah tugaskan ke kota lain.
"Pinjam pe er sejarah ya," rayu Risma membuat Aninda tergelak.
"Dasar....," katanya di sela derai tawanya. Pun Risma juga tertawa lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Makin Seru Kk
Ry Benci Pakpol Mampir
2023-03-20
1
Sunmei
3 like hafir kak
semangat
2023-01-15
1
Buna Seta
Aku hadir kak mampir juga ya KAU LUPA ANAK ISTRI MU
2022-04-04
1