"Kita juara satu," seru Revi dan Mario heboh, penuh semangat. Kelas mereka pun langsung heboh bersorak dan bertepuk ketika jawaban terakhir Aninda menambah poin hingga menjadi yang tertinggi sebagai penutup dari rangkaian sesi rebutan soal.
Aninda tersenyum.pada rivalnya sesama penerima beasiswa berprestasi yang menjadi lawannya dari dua kelas yang lain. Mereka pun balas tersenyum. Selama di SMP, mereka bertiga selalu bersaing menjadi yang terbaik.
Aninda mengalihkan tatapannya pada Gibran yang sedari tadi menatapnya dengan senyum di bibirnya. Aninda pun membalas.
Setelah ini, anak anak basket kelasnya harus bersiap untuk menghadapi babak perempat final.
Sepupunya Radina tadi mengabarinya akan menemani nenek mereka. Mama dan papanya juga ngga akan pulang sore. Jadi dia bisa menonton Gibran tanding sampai selesai tanpa perasaan cemas.
"Gib, kita ke ruang ganti. Ada pengarahan dari guru olah raga," seru Revi sambil menarik tangan Gibran yang masih berdiam menatap Aninda yang akan bangkit dari tempat duduknya.
"Oke," ucapnya kemudian mengikuti langkah Revi dan Mario.
Aninda yang melihat Gibran sudah pergi berusaha maklum. Karena bentar lagi akan tanding basket.
"Selamat ya Ninda," seru Vina riang sambil memeluk Aninda. Laras dan Kirana juga memghampiri sambil tertawa senang.
"Kelas kita bisa juara umum, nih," seru Laras gembira.
"Semoga," balas Kirana, lalu menyusul Laras memeluk Aninda. Mereka pun berlompatan saking senangnya.
"Selamat ya, Aninda," sapa kating kelas mereka, kak Melvi sambil mengulurkan tangannya ketika pelukan keempatnya terlepas.
"Makasih, kak," sambut Aninda pada uluran tangan katingnya.
Kak Melvi tersenyum senang. Kating Riswan dan Kating Guntur juga menghampiri mereka.
"Selamat ya," ucap mereka sing mengulurkan tangan.
"Semoga kelas kita juara umumnya, Oh iya, Kirana, katanya kamu masuk tiga besar untuk lomba pidato bahasa Inggrisnya," tukas Kak Guntur bersemangat.
"Iya, kak?" tanya Kirana antusias. Hatinya sangat senang mendengarnya. Ketiga temannya pun langsung merangkul Kirana.
"Asyiik, Kirana juga juara," respon Laras sangat bahagia.
"Kakak tau dari mana?" tabta Vina pingin tau. Karena sama seperti lomba kaligrafi, lomba pidato belum diumumkan siapa juaranya.
"Panitianya teman kakak," balas Guntur santai kemudian terkekeh bersama dua kating lainnya.
"Ooo," ucap Kirana dan Vina serentak kemudian tertawa bersama Laras dan Aninda.
"Kalo kaligrafi, kita masuk.tiga besar juga kak?" tanya Laras kepo setelah tawanya terhenti.
"Iya," jawab Kak Guntur kemudian tersenyum lebar. Riswan dan Melvi juga ikut tersenyum.
"Kak Melvi malah lebih tau, karena pacarnya yang jadi jurinya," kekeh Riswan mengganggu Melvi memuiat akhirnya Melvi terkekeh juga.
"Juara berapa kak?" tanya Laras ngga sabar dengan mata puppy eyes nya pada Melvi.
"Masih dirahasiakan. Pokoknya masuk aja tiga besar," sahut Melvi dengan masih menyisakan tawa di wajahnya.
Tapi itu jawaban jujur, soalnya Rehan ngga mau memberitahunya secara detil.
"Sabar. Nunggu aja besok ya. Mungkin acara besok sampai malam. Umumkan di grup ya, minta pada bawa baju ganti buat besok," tukas Kak Guntur memberitahu.
DEG
Aninda jadi ngga tenang. Semoga mama dan papanya bisa pulang cepat seperti hari ini, harapnya was was.
"Jangan lupa ijin sama orang tua," sambung kak Melvi cepat.
"Oke, kak," sahut Kirana,Vina dan Laras kompak. Sedangkan Aninda hanya diam, sibuk dengan pikiran pikiran ngga tenangnya.
"Reva mana?" tanya Guntur sambil melihat ke sekeliling, mencari Reva.
"Iya, aku ngga lihat dia dari tadi?" tambah Riswan juga ikut mengedarkan matanya mencari Reva.
"Mungkin dia ke kantin atau lagi ke lapangan basket," sela Melvi agak membela Reva.
"Oiya, mungkin dia haus," tukas Guntur dengan mimik muka lega walau sedikit kesal. Soalnya sebagai kating pembimbing kelas, mereka harus mendampingi siswa siswi kelas mereka.
"Ayo, siap siap nonton basket. Sekarang anak anak basket lagi briefing dengan Pak Sudiro, guru olah raga," imbuh Melvi ngga ingin memperpanjang topik tentang Reva.
"Iya, kak. Nanti kita ngga dapat duduk di bagian depan," sahut Laras agak ketar ketir. Dia ngga mau di belakang. Dia mau berada di depan untuk men support timnya dengan suaranya yang menggelegar.
"Ayo, kita ke lapangan," sahut Melvi bersemangat sambil melangkah pergi, diikuti Laras.
Vina dan Kirana pun menyusul ngga kalah bersemangatnya sambil bergandengan tangan. Salah satu tangan Vina pun menarik tangan Aninda.
"Aninda, bisa bicara sebentar," tukas Riswan membuat ketiganya berpaling. Sedangkan Guntur tersenyum lebar.
"Nanti aja," ejeknya dengan wajah bercanda ketika melewati keempatnya.
"Penting, harus sekarang," kata Riswan setengah memaksa.
Aninda menggenggam tangan Vina erat membuat Vina menoleh padanya.
"Maaf, kak. Kita harus buru buru," tandas Vina sambil menyeret Aninda, seakan tau kalo Aninda enggan bersama Riswan.
"Duluan, ya, kak," pamit Kirana dengan tersenyum sopan sambil mengikuti langkah kedua temannya yang agak tergesa gesa.
Riswan tersenyum hambar mendapatkan penolakan dari adik kelasnya. Dia mengepalkan tangannya saat melihat Guntur menjulurkan lidah mengejeknya.
*
*
*
"Reva, ngga apa kamu di sini lama lama. Kamu, kan, pembimbing," kata Alicia mengingatkan
Saat ini mereka sedang menikmati pangsit mereka di kantin yang cukup rame.
"Aku udah ijin sama Melvi," ucap Reva anteng.
"Ooo, syukurlah," sahut Alicia lagi kemudian memasukkan sumpit yang berisi lilitan mie pangsit ke.dalam mulutnya.
"Cepat makannya. Bentar lagi anak anak kelas Lo tanding," kata Mauren mengingatkan.
Debi melihat hpnya yang menampilkan banyak pesan. Dia melengkungkan bibirnya mengetahui Aninda dan kelompoknya juara satu lomba cerdas cermat.
"Kenapa?" tanya Safa heran melihat wajah sepupunya yang l cerah.
"Tim Aninda menang," katanya setengah berbisik.
Safa tersenyum kecil, ikut senang dengan prestasi yang dimiliki sepupunya. Dia selalu takjub dengan keenceran otak sepupunya itu.
"Wiiih, kelasmu menang cerdas cermat, Rev," tukas Mauren yang ternyata membaca juga pesan pesan dari grup sekolah.
Reva ngga berkomentar. Dia ngga abis pikir kenapa bisa Gibran sedekat itu dengan Aninda. Walaupun dalam rangka acara lomba kelas.
Seharusnya mereka biasa saja, kan, batinnya ngga terima. Apalagi dia melihat sendiri, betapa akrabnya Gibran menarik tangan Aninda. Di depan matanya lagi.
"Sepupu Lo memang seencer itu apa otaknya. Kata anak anak, jarak angka juara satu dan juara dua cukup jauh," terang Alicia melanjutkan dengan nada tidak percaya, begitu memelototi pesan pesan yang tiada hentinya terus muncul.
"Dia memang sangat pintar," tegas Debi sambil melirik Reva yang menatap Alicia ngga senang, karena mrmuji Aninda. Kemudian Reva pun mengalihkan tatapannya pada Debi. Cukup shock dengan ucapan.Debi.
"Dia masuk ke sini pun dengan beasiswa prestasi," imbuh Safa.
"Hebat berarti, ya," sahut Alicia.
"Sudah selesai makannya? Kita ke lapangan basket," ucap Reva sambil bangkit dari duduknya. Dengan ngga acuh, Reva berjalan pelan keluar dari kantin. Telinganya rasamya berdenging mendengar nama Aninda yang selalu di sebut teman temannya.
Keempatnya saling pandang.
"Fix, dia cemburu sama sepupu Lo," bisik Alicia kepo sambil menata Safa dan Debi.
Ketiganya terdiam sesaat, seolah membenarkan.
"Mau sampai kapan kalian di situ?" seru Reva menyadarkan keempat temannya. Reva sudah berada di luar kantin dan menatap ke empat temannya sambil.menggelengkan kepalanya.
"Oke," respon Alicia cepat, kemudian berjalan memyusul Reva. Mauren, Debi dan Safa tanpa kata mengikuti langkah Alicia.
*
*
*
"Kak Riswan sepertinya suka sama kamu," bisik Vina ketika mereka berhasil mendapatkan kursi paling depan.
Aninda ngga menjawab. Dia jadi teringat Martin yang pantang menyerah.
Semoga ngga seperti Martin, batin Aninda.
Aninda melirik Kak Riswan yang duduk di samping sambil memainkan hpnya.
"Kamu suka ngga?" timbrung Kirana ikut ikutan, walau sudah tau jawabannya.
Aninda hanya tersenyum saja sambil.menanggapinya.
"Gantengan Gibran," nilai Vina masih pelan.
"Jelaslah." Kirana balas menyahuti.
"kenapa kalian berbisik bisik," tukas Laras mangkel. Mauren pun menatap Aninda, Kirana dan Vina kesal.
"Kak Riswan naksir Ninda," cicit Vina membuat Laras menatapnya bingung.
Baru dua hari udah cinlok? batin Laras gemas.
"Kak Riswan ganteng juga, kan," cetus Laras.
"Kamu suka?" pancing Kirana.
"Dulu, sih." Laras memamerkan cengirannya membuat mereka sama tersenyum
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
DEBU KAKI
mantap
2022-03-26
3
Dewi Masitoh
♥️♥️♥️♥️
2022-03-25
2
Lenkzher Thea
Semangat lanjut terus 💪💪👍❤
2022-03-25
2