Aninda memutuskan ngga pulang. Dia kembali lagi ke lapangan basket. Agak menjauh dari teman temannya. Tapi Aninda masih bisa melihat Gibran cukup jelas.
Apa yang terjadi dengan mereka akhir akhir ini. Mereka bisa memutuskan jarak. Mereka bisa mengobrol dengan mudahnya walaupun debaran selalu memenuhi rongga dadamya membuatnya sering salah tingkah.
Tiba tiba tatapan Gibran mengarah padanya saat mendribel bola. Aninda tersenyum, begitu juga Gibran yang kembali memfokuskan dirinya di lapangan bersama teman temannya.
Gibran dan teman temannya selalu berhasil mencetak angka. Sepertinya permainan teman temannya sudah mulai menyatu.
Aninda melirik jam di tangannya. Sudah setengah jam lebih dia menonton Gibran. Hari sudah sangat petang. Pukul lima sore lebih sedikit. Aninda pun membalikkan tubuhnya dan bergegas pergi meninggalkan permainan Gibran dan teman temannya yang belum selesai.
Saat Gibran akan melakukan long shoot, hatinya kecewa karena saat menoleh, Aninda sudah ngga ada lagi di tempatnya tadi.
Kenapa? batinnya terus bertanya tanya. Mengapa Aninda sudah pulang, padahal latihan mereka belum selesai. Mengapa juga Aninda ngga menontonnya di pinggir lapangan seperti yang lain. Malah sembunyi sembunyi seperti ini?
Sementara Aninda melangkahkan kakinya dengan cepat pulang ke rumahnya. Jantungnya berdentam memunculkan perasaan ngga enak. Neneknya terlalu lama dia tinggalkan. Seharusnya ada tante tantenya yang menemani selain bibi Anne.
Benar saja begitu Aninda membuka pintu pagar rumahnya, suara sinis mama Zifa memasuki gendang telinganya.
"Anak gadis baik baik, hampir magrib baru pulang."
Aninda terdiam bentar, kemudian menutup pagar. Setelah itu mendongakkan wajahnya menatap wajah masam mama Zifa. Mama Kamila juga ada di samping neneknya.
"Ma, ikut Linda aja. Di rumah ada lebih banyak.orang," kata Kamila setengah membujuk dan setengah menyindir.
"Kamu dari mana aja? Kata Zifa, sekolah udah selesai jam empat sore tadi. Sudah mulai suka clubbing di luar tanpa izin, ya," tuding Mama Zifa dengan nada nyelekit.
Aninda menahan air matanya yang mau turun dengan perasaan yang sangat sakit mendengar tuduhan tantenya yang sangat menyakitkan hatinya. Neneknya hanya diam saja menatapnya, tanpa mau membantah ucapan mantunya.
Tanpa kata Aninda memasuki rumah dengan melewati ketiganya begitu saja.
"Dasar ngga sopan," cicit Linda-mama Kamila gemas.
"Sudah. Ninda mungkin ada tugas sekolah," bela sang nenek akhirnya, tapi ngga bisa menyembuhkan rasa sakit akibat ucapan sinis tante tantenya.
"Mama selalu saja membelanya. Kalo mbak Anne pergi, mama, kan, sendirian di rumah," cicit mama Zifa ngga puas. Masih dapat di dengar oleh Aninda yang baru memasuki rumahnya.
"Untung kita mampir. Kenapa anak angkat dan suaminya itu ngga ngasih kabar kalo pulang malam. Ngga mikir apa.dia kalo anaknya ngga bisa diandalkan," seru mama Kamila keras. Sengaja agar Aninda mendengar.
Aninda memegang dadanya yang terasa amat sakit. Dia pun segera memasuki kamar mandi untuk mendinginkan kepala dan hatinya yang terasa panas dan perih.
Aninda ngga pernah clubbing seperti anak anak tamte tantenya. Dia telat hari ini karena ingin melihat Gibran walau hanya sebentar, masih di lingkungan sekolah juga. Zifa dan Kak Debi, Kak Safa juga masih di sana. Malah belum pulang. Tapi kenapa hanya dia yang dihina seperti ini.
Tante tantenya sangat kelewatan. Padahal itu orang tua kandung mereka. Kenapa mereka ngga pernah ikhlas kalo diminta menenami nenek hanya sebentar, batin Aninda protes bersama air matanya yang turun di bawah guyuran shower.
*
*
*
Aninda sudah berada di bangku penonton. Pagi ini Gibran dan teman temannya akan bertanding dengan kelas sebelahnya.
Penonton memenuhi setiap sudut lapangan.Terutama para perempuan. Para kating pun ngga ketinggalan menonton.
Semoga mereka berhasil, harap Aninda dalam hati sambil melihat teman temannya bersama Gibran yang sedang berkumpul. Hatinya cukup senang walaupun cuma.bisa melihat punggung cowo itu.
Tadi Aninda ngga sempat bertemu Gibran, karena datang agak terlambat. Kejadian kemarin sore cukup mengganggu tidur malamnya.
Untunglah mamanya ngga mendengar kata kata tante tantenya. Karena setelah puas mengata ngatainya mereka pun pulang sebelum orang tuanya pulang.
Tanpa disadarinya, Gibran menatapnya di tengah briefingnya bersama teman temannya.
"Kamu sakit?" tanya Kirana yang baru saja duduk di sampingnya. Tadi dia bersama beberapa teman yang lain mengerubungi Gibran, memberikan semangat secara langsung.
"Engga," sangkalnya kemudian tersenyum tipis. Tapi wajahnya tetap muram dan tertekan.
"Kamu jangan khawatir. Gibran pasti menang," sambung Laras ceria.
"Ngga ada pertandingan lain. Hanya basket. Basket memang selalu jadi maskot SMA ini," tambah Vina bersemangat.
Matanya lebih tertuju pada Revi. Buat apa ikut ikutan suka.pada Gibran. Cowo itu sudah terlihat jelas menyukai Aninda, batinnya sambil melirik Aninda yang kinu fokus melihat hpnya. Hanya sesekali melihat Gibran di lapangan.
"Kamu lagi belajar buat cerdas cermat nanti siang?" tanya Kirana sambil melihat layar hp Aninda.
"Iya," jawab Aninda tanpa membuang fokusnya pada layar hp. Dia masih perlu melihat beberapa detil yang perlu untuk materi cerdas cermat nanti. Tadi malam dia ngga bisa berkonsentrasi. Bahkan sekarang pun pikirannya ngga bisa berkonsentrasi. Aninda memijat kepalanya.
"Pertandingan udah mulai. Yak, Gibran keren banget," seru Kirana keras bersahut sahutan dengan penonton fanatik yang lain.
Kelas mereka memiliki kesempatan pertama memegang bola, dan Gibran melakukannya dengan keren.
Aninda mendongakkan wajahnya ketika Gibran melakukan jump shoot dan berhasil mencetak angka. Padahal saat itu Gibran dikelilingi tiga orang dari tim lawan. Kirana, Vina dan Laras beserta para penonton khususnya perempuan langsung heboh berseru. Bahkan beberapa guru yang ikut menonton bertepuk tangan dengan penuh semangat.
Aninda tersenyum. Dalam hati dia mengakui Gibran memang sangat hebat dan semakin terlihat memukai para kaum hawa. Apalagi tubuhnya juga sangat tinggi dan wajahnya yang sangat tampan.
Eh, kenapa jadi melantur, protesnya dalam hati dengan perasaaan geli. Sejak mimpi aneh itu, kedekatan mereka akhir akhir ini membuat Aninda selalu berpikir aneh aneh.
Wajah Aninda merona ketika Gibran mengedipkan sebelah matanya padanya, sebelum kembali pada timnya.
Aninda ragu, apakah itu untuknya? Aninda jadi tersipu sendiri. Kirana meliriknya iri. Walaupun banyak yang merasa kedipan mata itu untuk mereka yang searah dengan Aninda,tapi Kirana yakin, kedipan itu untuk gadis di sebelahnya. Aninda.
"Gibran memang keren ya, kita bisa final ini," tukas Laras sangat bahagia. Ngga disangka, bisa sekelas dengan Gibran, Revi dan Mario. Anak anak pengusaha besar yang sulit untuk didekati. Mereka ternyata cukup ramah, terutama Gibran yang mencari incaran utama teman temannya dan para kating perempuan.
Dan ngga butuh waktu lama, kelas mereka pun berhasil menundukkan kelas sebelah. Sorak sorai meneriakkan nama Gibran begitu menggema. Walaupun ada juga yang meneriakkan nana Revi dan Mario.
"Kamu ngga ingin ngasih handuk atau minum pada tim kita? Pada Gibran?" tanya Kirana yang menghentikan langkahnya saat melihat Aninda hanya diam saja. Vina dan Laras sudah berlari lebih dulu mendekati tim mereka.
"Duluan aja," kata Aninda sambil menganggukkan kepalanya.
Kirana tersenyum dan berbalik, melangkah cepat ke arah Gibran dan teman teman mereka. Banyak kating dan eman teman mereka maupun yang lain kelas menghampiri Gibran.
Aninda bangkit dan ikut berdiri. Matanya melihat Zifa dan teman temannya yang ikut mendekati Gibran dan tim basket kelasnya. Begitu juga Kak Reva, Kak Debi dan dua teman mereka lainnya. Bahkan Kak Reva sudah sangat dekat dengan Gibran. Aninda hanya tersenyum di tempatnya. Betapa banyak musuh yang akan di dapat jika menjadi pacar Gibran. Sungguh mengerikan.
Suasana kembali heboh ketika Gibran menerima handuk dari Kak Reva. Aninda tersenyum getir. Yang ganteng dan kaya sudah ada pasangannya. Dia pun membalikkan tubuhnya, pergi meninggalkan lapangan basket yang masih riuh rendah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Buna Seta
Semangat selalu
2023-05-24
1
Lee
Mampir lgi kak othor...
2022-04-01
1
MommyAtha
kasian
2022-03-25
1