Kakak sepupu yang Pengertian.

"Udah rame, Ninda," keluh Vina ketika mereka sampai di tengah lapangan.

"Yaa, susahnya mendekat," tambah Laras ikut kesal. Ramenya. Mereka ngga mungkin bisa menembus tujuh apa delapan lapis kerununan perempuan perempuan yang paling banyak.

Kirana dan Aninda pun hanya tertawa kecil.

"Apa ini fans Gibran semua?" kekeh Kirana.

Vina dan Laras yang kesal jadi tertawa mendengarnya.

"Yang penting kelas kita juara," tukas Laras senang.

"Iya," sorak Vina ngga kalah senangnya.

"Tapi harinya udah sore," cetus Aninda ketika melihat langit yang sudah memerah.

"Belum sore banget, Ninda," tepis Vina sambil menatapnya horor.

"Jangan pulang dulu," tahan Vina.

"Bukan gitu, kasian nenekku di rumah. Maaf ya, aku duluan," pamit Aninda mulai resah.

"Nenek kamu ngga ada yang jagain?" tanya Kirana ketika Aninda akan membalikkan tubuhnya.

"Ada, sih, sepupu. Tapi kayaknya dia mau pergi. Kita, kan, gantian," jelas Aninda mencoba memberi pengertian.

"Oke, kalo gitu. Hati hati ya, " kata Vina mengalah.

Setelah melambaikan tangannya Aninda beranjak pergi meninggalkan teman temannya. Dia agak mempercepat jalannya. Semoga Kak Radina masih di rumah, atau paling engga mama dan papanya sudah pulang.

Aninda juga berharap agar tante tantenya ngga ada di rumah saat dia sampai. Telinga dan bahkan hatinya bisa sakit mendengar omelan mereka.

Tapi bibirnya tersenyum senang ketika melihat kakak sepupunya masih di rumah bersama nenek.

"Kok, udah pulang? Kata Debi, kelas kalian lagi pestta karena menang,' kaget Maya melihat kehadiran Aninda.

"Iya, tapi rame banget kak. Aku juga takut kakak mau pergi," ucap Aninda riang. Ternyata ketiga kakak sepupunya ngumpuk.di rumahnya. Kak Maya, Kak Radina dan Kak Kamila.

Maya tertawa mendengarnya bersama Radina. Kamila hanya melebarkan senyumnya saja.

"Malah Debi, Zifa, Safa ikut tuh. Katanya Reva sudah booking kafe depan sekolah kalian," cicit Kamila memberitau.

"Reva gerak cepat, ya," kekeh Radina.

"iya. Mumpung ada kesempatan, kan," tukas Kamila setengah menyindir. Dia kurang suka melihat kelakuan cewe agresif.

"Kapan lagi bisa dekat dan ngobrol sama Gibran cs. Tau sendiri, mereka agak pemilih," sela Radina masih terkekeh.

"Kamu beruntung sekelas dengan Gibran. Zifa yang pengen, salah, sih, beda jurusan," kekeh Maya mencela adiknya.

"Besok sore kita bakalan ke sekolah kalian. Mau nonton tim mana yang bakal melawan tim basket sekolah," kata Kamila penuh semangat.

"Yes, tadi baca grup kelas, pada mau nonton. Bakalan rame banget," tambah Radina.

"Tim manapun, pasti keren banget," timpal Maya.

"Besok aku akan minta mba Ratmi ke rumah buat nemenin nenek. Katanya mama dan papa kamu besok masih seminar, biar kamu bisa ikut acara penutupan," ucap Kamila memberi solusi membuat hati Aninda terharu atas perhatian kakak sepupunya.

"Acaranya sampai malam, jadi kita ngga akan khawatirkan nenek," tambah Maya dengan senyum lebar di bibirnya.

"Siipp," pungkas Maya sambil mengedipkan sebelah natanya pada Aninda dengan tawa kecil. Aninda dan sepupunya yang lain pun ikut tertawa.

Kamila menatap senang pada wajah bahagia sepupunya. Sering dia merasa kasian jika sepupunya mendapat omelan dari mama maupun tante tantenya.

Kebetulan mamanya akan pergi bersama paoanya besok, jadi dia bebas meminta mba Ratmi untuk menemani nenek mereka.

*

*

*

"Gibran, Lo ngga mau ikut? Kating Reva udah booking kafe buat merayakan kememangan kita," ujar Heri heran melihat Gibran, Revi dan Mario yang akan menyelinap lewat halaman belakang.

"Maaf ya, kita ada urusan penting," jawab Revi sambil melangkah pergi.

"Tapi nanti pada kecewa karena kalian ngga ada," tahan Rumi.

"Kan kalian juga pemainnya. Santai, Man," tukas Mario sambil melambaikan tangan.

"Kita tim. Ingat itu," tambah Revi sebelum menyusul Mario dan Gibran.

Rumi, Dino dan Heri hanya bisa bengong melihat kepergian ketiganya.

"Gimana kalo kating kating dan teman teman pada nanya, dimana Gibran?" tanya Dino bingung.

Yang diharapkan ikut makan bareng di kafe yang sudah dibooking itu, kan Gibran dan kedua temannya. Mereka ngga. Mereka hanya beruntung bisa bermain dengan ketiganya..Benar benar keahlian dirinya, Rumi dan Heri sangat jauh dibandingkan Gibran cs.

"Sudahlah. Kita bicara apa adanya," ucap Rumi tenang.

"Kalo traktiran dari kating batal, gue yang ganti traktir," janji Heri yang di sambut tawa ketiganya. Ketiganya pun bukan dari kalangan biasa saja. Tapi orang tua mereka juga samgat kaya raya.

"Ngga bisa aku bayangkan wajah kating Reva kalo sadar Gibran cs ngga ada bersama kita," kekeh Rumi diikuti kedua temannya.

*

*

*

"Datang juga. Selamat, ya," sambut Anggara ketika melihat ketiga temannya datang sambil berlari lari kecil.

"Menang mudah woi," puji Hexa terkekeh.

"Reva katanya booking kafe di depan? Pasti buat Lo," cicit Dio ketika ketiga temannya sudah mendekat.

Yang lain pun terkekeh, termasuk Gibran.

"Anak anak udah nunggu di sirkuit. Balapan kali ini hadiahnya sangat fantastic. Ayo," ucap Hexa sambil masuk ke dalam mobil.

Dia sudah meminta pengawal pribadinya mengantar dua buah mobil.

"Sip, gue siap maju kali ini," kata Dio bersemangat.

"Apa hadiahnya?" tanya Mario penasaran.

"Tiket liburan ke Raja Ampat. Paket lengkap, termasuk snorkeling juga. Keren kan," timpal Hexa dengan mata berbinar binar.

"Boleh juga," tanggap Gibran setelah sedari tadi hanya diam dan mengamati teman temannya.

"Kita harus bisa menamg dan ke raja ampat," cetus Mario.

"Harus," timpal Hexa penuh keyakinan.

Bukan mereka lagi krisis duit, tapi pergi ke Raja Ampat dengan memenangkan lomba adalah yang mereka inginkan. Lebih ke perasaan bangga. Bukan menggunakan duit dari orang tua mereka.

"Lawan tim Lo mungkin besok kta ntar," kata Dio sambil melirik Hexa dan Anggara. Ketiganya terkekeh.

"Siap siap kalah," ejek Revi kemudian tergelak gelak.

"Ngga mungkin lah," bantah Anggara pede.

"Gitu aja ribut," decih Mario dengan mimik memgejek Anggara yang ngga peduli dan malah tergelak.

"Besok kita juga tanding, Rev," kata Hexa mengingatkan.

"Sip. Gue ngga akan ngalah," tandas Revi sombong membuat Hexa terkekeh. Ini adalah duel kesekian kalinya dengan skor tipis.

Cuma besok Revi lebih beruntung karena dia memiliki banyak waktu istirahat. Sedangkan Hexa akan tanding basket. Mungkin selama pertandingan basket besok untuk mendapatkan tiket ke final, Hexa akan duduk sebagai pemain cadangan. Dio dan Anggara pasti bisa meng handle lawan bersama empat teman baru mereka.

"Gib, tadi pun Gue sempat melihat Aninda pergi," bisik Mario di telinga Gibran

Pantasan. Kenapa anak itu suka menghilang, batin Gibran kesal.

"Tadi Aninda mau ngasih ucapan selamat, tapi terlalu rame yang mengerubungi kita," terang Revi.

Gibran manggut manggut.

"Lo serius dengan Aninda,?" selidik Mario ketika ketiganya sudah masuk ke dalam mobil yamg sama. Mario yang memegang stir.

"Banyak tanya Lo. Fokus. Kita sudah ketinggalan," tambah Gibran sambil melihat mobil yang disupiri Dio sudah melesat jauh.

"Lelet Lo," sarkas Revi kesal karena Mario masih terlihat santai.

Mario hanya terkekeh. Kemudian diapun menekan gas dalam dalam dan meninggalkan lapangan sekolah dengan mulai ngebut menyusul Dio cs.

Terpopuler

Comments

Puji Ustariana

Puji Ustariana

semoga semua sepupunya pada tulus baik sama anindia

2025-02-18

1

Buna Seta

Buna Seta

Hadir lagi

2023-06-03

1

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

Makin Seru Kk
Ry Benci Pakpol. mampir

2023-03-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!