Hadiah dari Papa Aninda

"Kamu berhasil," puji papa sambil memeluk putri tunggalnya. Antara bangga dan haru.

Aninda menghapus air matanya. Papa menepuk bahunya pelan setelah melepas pelukamnya. Ganti mama yang memeluknya. Wanita paruh baya ini menangis haru sampai bahunya terguncang.

Air mata Aninda pun mengalir deras. Dia tau apa yang dirasakan mamanya. Papanya merengkuh keduanya dalam pelukannya.

Berhasilnya Aninda masuk lewat jalur beasiswa berprestasi bisa menutup suara suara sumbamg dari pihak istrinya. Bukannya papa Aninda ngga sanggup menyekolahkan putrinya. Sangat sanggup. Tapi ngga akan bisa meredam pedasnya kata kata tante tantenya baik pada Aninda maupun pada istrinya.

"Kita makan di luar ya. Papa tau ada resto yang baru buka," kata papa Aninda sambil memesan taksi online. Mereka memang ngga punya mobil. Hanya ada sebuah motor yang mengantar keduanya bekerja sebagai guru honorer di sekolah kejuruan.

Mama dan Aninda mengangguk setuju.

Nggak lama kemudian taksinya pum datang. Malam ini mereka pun akan diner di sebuah restoran mewah yang baru saja dibuka. Papa sesekali membawanya dan mamanya ke resto mewah, bahkan neneknya pun ikut serta. Hanya kali ini nenek ngga ikut, karena sudah dua hari diajak liburan Om Rino, adiknya Om Tomas, papanya Kak Radina ke Bali. Mereka sekeluarga pergi bersama, hanya keluarga mamanya yang ngga ikut. Om Thomas sempat mengajak mereka, tapi mama menolak dengan alasan banyak pekerjaan sekolah.

Kedua Omnya sangat baik, berbeda dengan kedua tantenya dan istri istrinya. Begitu juga dengan suami dari tante tantenya, yang belerja di luar perusahaan karena memiliki perusahaan sendiri. Hanya papanya yang guru honorer. Tapi Aninda ngga malu,malah bangga karena papanya sangat menyayangi mamanya dan dirinya.

Resto ini sangat mewah. Untung saja keluarga besar mereka sedang di Bali. Jika bertemu mungkin akan jadi cibiran di acara keluarga.

Papa memesan ruang privat agar mereka mendapatkan privasi.

"Rumah kontrakan papa yang di jalan Kusumanegara di kontrak perusahaan seluler. Mama kalo mau berhenti kerja pun ngga apa apa," kata papa dengan raut sumringah.

"Oiya pa?" sambut Aninda antusias.

"Syukurlah pa," sambut mama dengan senyum senang di wajahnya.

"Tadi papa udah nyelesaiin pembayarannya. Sangat banyak," ucap papa dengan wajah senang.

"Tapi mama tetap kerja ya pa," ucap mamanya membuat Aninda tertawa.

"Loh, kok, kamu tertawa?" tanya mama heran, papa juga menatapnya dengan alis berkerut.

"Kata kata mama seperti iklan di tivi," kekeh Aninda membuat kedua orang tuanya berpikir sesaat sebelum akhirnya tertawa.

"Iya ya," kekeh mama.

Mereka pun tertawa bersama.

Akhirnya pesanan pun datang. Gurame asam pedas, sayur asem, ayam betutu, udang galah saos padang plecimg kangkung dan puding serta ngga ketinggalan juice jeruk. Benar benar menyelerakan.

"Kalo mama ngga mau berhenti ngga apa apa. Asal jangan capek kerjanya," kata papa sambil mengambil udang galah yang cukup besar.

"Iya, pa,"sahut mama patuh.

Aninda tersenyum, seakan sedang menonton iklan di tivi.

"Kamu makan yang banyak, Ninda. Besok kita akan berangkat ke Belanda. Kita akan keliling Eropa. Belanda, Prancis, Italia," kata papa mengejutkan mama dan Aninda.

"Jauh amat pa," kata Aninda spontan.

"Biar tante tante mu tambah panas," kekeh papa dengan wajah senang membuat mama juga ikut tertawa.

Aninda menahan tawa

Mama Aninda tau, suaminya sudah muak dengan sikap saudara saudaranya.

"Uang papa banyak banget?" tanya Aninda kaget, ngga percaya.

"Sangat banyak banget. Papa udah booking hotel di Belanda, Prancis dan Italia. Kita akan berada di sana selama tiga minggu," kata papa bersemangat.

"Asyiiik," seru Aninda senang. Akhirnya bisa juga dia ke luar negeri.

Kasian kedengarannya. Tapi papanya ngga mau menggunakan uang warisan mamanya. Sedangkan uang tabungan beliau disimpan untuk pendidikan Aninda. Aninda pun tidak pernah meminta yang aneh aneh dari papanya, karena dia tau, papanya sedang berusaha menjauhkannya dan mamanya dari tante tantenya yang bermulut pedas.

Tapi sekaramg papa sangat yakin sekali akan dapat membawanya dan mamanya pergi liburan tanpa khawatir akan nyinyiran tante tantenya. Pasti uang papanya banyak sekali sekarang.

Gimana nantinya kalo tante tantenya tau mereka akan liburan ke luar negeri. Ke Eropa. Pasti akan sangat shock sekali. Padahal sekarang mereka hanya liburan ke.Bali. Bibir Aninda menyunggingkan senyum senangnya.

"Tapi gimana kalo nenek minta pulang?" tanya Aninda jadi khawatir mikirin neneknya.

Papa tersenyum tenang.

"Jangan khawatir. Om Thomas akan membantu Om Rino menjaga nenek," jawab papa ringan.

Aninda terdiam sedangkan mamanya tersenyum lembut.

"Om Thomas ingin menghabiskan waktu dengan nenek. Sudah lama ngga menjaga nenek, gitu katanya," lanjut papa lagi.

Aninda tersenyum tipis, tapi hatinya tetap ngga tenang. Dia takut neneknya ngga betah. Tapi kemudiam dia mencoba berpikir positif, mungkin Omnya kangen pada nenek.

"Ya pa."

"Nenek aman. Pikirkan liburan kita ya," kata papa lembut.

"Iya sayang. Kapan lagi kamu ke luar negeri," kekeh mama lembut membuat papa ikut tertawa.

Aninda pun tersenyum manis. Ya, kapan lagi dia bersama mama dan papanya menikmati liburan mahal ini. Ke Eropa, jauh dari khayalannya.

"Makasih ya pa, ma. Aninda senang banget," kata Aninda tulus.

"Ngga perlu berterimakasih. Ini kewajiban mama dan papa," tegas papa lembut yang diangguki mama dengan wajah hangatnya.

Aninda tersenyum haru. Aninda akan menikmati liburan yang paling berkesan bersama mama dan papa. Siapa tau bisa ketemu cowo bule yang tampan. Bisa membuatnya melupakan patah hatinya dari Gibran.

*

*

*

"Maksud papi, mama akan tinggal bersama.kita setelah pulang dari Bali?" tanya Risa-mama Debi ngga percaya.

"Ngga apa, kan, ma. Debi ingin dekat dengan nenek," sela Debi yang juga berada di samping papi. Mereka berada di dalam kamar hotel.

"Tapi kita sibuk, takut mama ngga betah sendirian di rumah," ucap mami Debi berdalih.

"Papa akan cuti. Debi juga masih liburan, Faisal. Kalo mama ngga bisa perpanjang cuti lagi, ada Debi yang akan membantu," sambung papi tenang.

Mami terdiam, ngga bisa menjawab. Bukan dia ngga mau cuti, tapi pekerjaaan sebagai desainer gaun pengantin begitu menyita waktu.

"Mami usahakan, cuti. Tapi ngga bisa lama. Paling dua.hari," sesal mama Debi.

"Tenang Mi. Ada Debi sama bang Faisal," tukas Debi senang.

"Oke kalo gitu," balas mami pasrah. Dalam hati dia mengomel karena adik angkat suaminya seenaknya saja pergi lama lama ke Eropa dan membiarkannya mengurus mama.

Apalagi dengar kata Eropa.Hatinya panas. Harusmya mereka lah yang ke sana setelah dari Bali.

"Kok, bisa mereka ke Eropa?" tanya mami dengan nada suara sedikit kesal dan meremehkan.

"Ke Eropa? Keren banget," cetus Debi dengan raut wajah ngga percaya membuat papi dan mami saming pandang.

"Ooo.... mungkin itu hadiah buat Ninda, karena berhasi masuk ke SMA Debi pake beasiswa," lanjut Debi antusias.

"Haaa? Kamu serius?" tanya mami ngga percaya.

"Benarkah? Kalo gitu papi akan memberikan Ninda hadiah," respon papi senang.

"Iya, pi. Nanti aku ikut pas beli kadonya ya," ucap Debi sangat bersemangat.

Mami hanya menggelengkan kepala kesal melihat betapa semangatnya suami dan anaknya untuk membelikan kado buat Aninda.

"Nanti mami bawa kado juga," titah papi membuat mami mengangguk tanpa kata. Hatinya bertambah kesal mendengar perintah suaminya.

"Iya," jawab mami berusaha menekan rasa kesalnya. Dia benar benar terpaksa.

Terpopuler

Comments

Puji Ustariana

Puji Ustariana

kasihan para guru honorer yang belasan tahun masih honorer padahal keluarga mereka juga butuh untuk keseharian😭😭

2025-02-17

1

Lenkzher Thea

Lenkzher Thea

Lanjut thor 👍❤❤

2022-03-04

3

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

triple like 👍👍👍

2022-03-04

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!